22. Ulah Ressa✓

113 8 4
                                    

"Assalamualaikum" ucap Ressa sambil memasuki rumah, di ikuti Vian yang mengekor di belakangnya.

"Inget pulang kalian?" Tanya Dinda menyindir dengan tetap fokus nonton tv.

"Hehe sebenernya nggak sih Ma, cuma si Vian aja yang maksa pulang" jawab Ressa cekikikan sambil duduk di samping Dinda.

"Gimana tadi jalan-jalannya, seru?" Tanyanya sambil mengalihkan pandangan kepada kedua anaknya itu.

"Wihh seru banget Ma, pokoknya Vian itu the best deh" jawab Ressa seraya mengacungkan dua jempol tangannya.

"Mending lo mandi dulu deh Ress, bau kringet tau" ucap Vian tiba-tiba nimbrung lalu duduk di samping Ressa.

"Cihh enak aja, gue masih wangi nih" jawab Ressa tak terima sambil mengendus-endus pakaiannya.

"Kata siapa?" Tanya Vian mengejek.

"Kata gue tadi , lagian gue masih males mandi" jawab Ressa santai lalu mengangkat kakinya menjadi bersila di atas sofa.

"Udah sana cepet mandi , cewe kok jorok" ucap Vian sambil mendorongi tubuh Ressa agar gadis itu bangkit dari duduknya

"Eh  lo sendiri belum mandi njir" ucap Ressa membela diri.

"Guekan cowok , jadi bebas" jawab Vian santai sambil mencomot setoples keripik di atas meja.

"Ogah, gue males mandi" jawab Ressa keukeuh sambil besedekap dada.

"Benar kata Vian itu Ress , anak gadis harus rajin mandi. Sana mandi!!" Ucap Dinda ikut-ikutan mengompori

"Ihh mama sama aja deh" protes Ressa, sedangkan Vian menjulurkan lidahnya mengejek Ressa karena merasa menang.

"Awas lo!! gue bales nanti!" ucap Ressa lalu pergi ke kamarnya, tapi sebelum itu saat lewat di depan Vian ia menoyor kepala Vian

"Anjay lo, dasar adik laknat" maki Vian pada Ressa yang santai menaiki tangan.

"Bomat" jawab Ressa dengan setengah berteriak.


**************


Ressa keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang masih di baluti handuk, saat ia ingin mengambil pakaian di lemari tanpa sengaja ia melihat sebuah amplop.

Ia mengambil salah satu baju dan juga amplop itu, lalu ia meletakkan amplop itu di atas nakas sedang ia memakai pakaiannya.

Setelah ia sudah rapi ia naik ke atas ranjang sambil memegang amplop di tangannya, sejujurnya ia sudah tau apa isi amplop itu karna ia sendiri yang meletakkannya di lemari, ia hanya sedang menghindar, bersikap seolah memang tak terjadi apa-apa, seolah semuanya masih baik-baik saja.

Amplop itu berisi sebuah surat yang di buat 4 tahun yang lalu, saat ia masih duduk di kelas 8, surat itu menyatakan bahwa bahwa ressa telah di vonis menderita leukimia stadium 2a.

"Huft, udah 4 tahun tapi kenapa gue nggak sembuh-sembuh?" Tanyanya pada dirinya sendiri dengan memandangi surat itu.

Padangan Ressa beralih ke atas nakas , di sana ada banyak obat-obatan dan juga segelas air putih, obat yang hanya ia yang tau apa fungsinya, karena orang-orang mungkin mengira itu hanya obat biasa.

Ia bohong pada orang tuanya kalau dia baik-baik saja, ia bohong pada Dion kalau ia hanya sakit biasa, ia bohong pada Vian kalau ia sudah sembuh, ia bohong pada Retta kalau ia tak kenapa-kenapa, dan ia bohong pada Dian kalau ia selalu bahagia. Hidupnya hanya di isi oleh kebohongan tentang dirinya sendiri, ia memang pembohong yang handal.

AntaressaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang