Hai, kamu! Gimana hari-hari kamu berjalan? Semoga kamu selalu baik-baik saja, ya!
Kalau ada typo jangan lupa untuk beritahu author✨
Jangan lupa untuk vote & komen
Happy Reading ❤️
***
Setelah perjalanan pendek yang terasa panjang, karena keheningan diantara Annette dan Avarant. Akhirnya kereta kuda yang melintasi jalanan ibukota yang ramai itu sampai di kediaman Rouge. Annette bisa menghela nafas lega, karena bisa terbebas dari aura mematikan kakaknya.
Kusir membukakan pintu kereta. Annette terdiam beberapa saat menunggu agar Avarant turun lebih dulu dan meminjamkan tangannya untuk membantunya. Tapi, sayangnya Avarant tidak tertarik untuk melakukan itu. Avarant membuang mukanya ke arah lain.
Annette baru turun dari kereta kuda saat Royce, ksatria pribadinya muncul. "Nona, mari saya bantu," Royce tentunya menyadari ada yang tidak beres diantara kedua majikannya.
Avarant adalah tipe kakak yang sangat memerhatikan adik-adiknya. Ia akan memastikan adik-adiknya baik-baik saja dengan kedua matanya sendiri. Jarang sekali Avarant bisa memercayakan kedua adiknya pada orang lain. Tapi, pengecualian untuk saat ini. Avarant akhirnya membiarkan Royce membantu Annette.
Avarant langsung menyuruh kusir untuk mengantarnya kembali ke istana. Begitu sampai di istana, Ia menghiraukan segala sapaan dari para prajurit bawahannya. Para pelayan juga sontak menjauh begitu melihat wajahnya dari kejauhan. Avarant memasang raut datar dan dingin. Aura disekitarnya membuat orang-orang enggan mendekat.
Prajurit yang berjaga di depan pintu ruang kerja raja kembali mengumumkan kedatangannya. Avarant membungkuk hormat dihadapan rajanya. "Duke Rouge memberi salam pada Baginda Raja,"
Raja yang berada di balik mejanya menatap Avarant dengan raut bingung. "Duke, apa masih ada yang ingin kau sampaikan?"
Avarant mengangkat kepalanya, ia mengangguk tegas. "Saya ingin membicarakan tentang pertunangan adik saya dengan putra mahkota, yang mulia,"
Raja mendengus. "Kau membuang-buang waktu ku. Yang memegang otoritas pertunangan putra mahkota adalah ratu, bukan aku. Jika ada yang ingin dibicarakan, maka temuilah ratu," Raja memusatkan perhatiannya pada tumpukan berkas laporan di atas mejanya. Ia mengabaikan Avarant.
"Hal ini akan lebih baik jika dibicarakan dengan, Baginda Raja," ucap Avarant dingin, sedingin tatapannya. Tapi, sayangnya raja tidak terpengaruh dengan intimidasi Avarant.
Raja melempar berkas ditangannya keatas meja. Ia berdecak kesal. "Bahkan jika kau ingin membatalkan pertunangannya, aku tidak akan ikut campur,"
Avarant bertanya-tanya apa yang sedang dipikirkan oleh raja. Raja selalu bersikap tidak peduli padahal ia sudah menunjukkan niatnya untuk membatalkan pertunangan itu.
"Baginda, saya serius,"
Raja kembali terfokus pada berkas di tangannya, ia bahkan tidak menaikkan tatapannya untuk menatap Avarant. "Ya, kau serius. Sekarang keluarlah dari ruang kerjaku, jika kau tidak ingin membicarakan sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan. Aku sibuk!"
Avarant mengepalkan tangannya, menahan kekesalan. Bibirnya menipis. "Saya undur diri, Baginda," ia membungkuk hormat.
Raja bahkan tidak mengatakan apapun sampai Avarant keluar dari ruangannya.
Avarant menyusuri lorong istana dengan perasaan kesal yang tidak disembunyikan. Ia menghentikan salah satu pelayan.
"Dimana Baginda Ratu?" Tanyanya datar, sedatar wajahnya. Ia juga tidak menatap pelayan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNETTE I | Blazing Lady [TAMAT]
FantasyBuku pertama dari seri : Annette Genre : Fantasi, Romansa Menjadi ratu kerajaan Rotherham bukanlah tujuan Annette yang sebenarnya, melainkan hanya sebuah batu loncatan untuk sesuatu yang lebih besar. Seharusnya Annette menaruh curiga pada takdir yan...