Happy Reading ❤***
"Aku menginginkan jawaban untuk dua pertanyaan tadi," Annette menatap tajam Ratu Ophelia dan Countess Colleen yang hanya terdiam di tempat mereka. "Satu, dimana bola mata ibuku. Dua, dimana keberadaan perawat dan bidan yang membantu persalinan Cecilia,"
Annette berpaling menatap ke Aesther. "Aesther, kenapa tidak menggunakan sihir untuk membuka mulut mereka?" Annette menghentakkan kakinya dengan kesal. Ia tidak terbiasa menunggu lama untuk apapun itu. Tapi, dua wanita dihadapannya sudah membuang-buang waktunya dengan memutuskan untuk tidak membuka mulut mereka sedikit pun.
"Tidak perlu terburu-buru. Kita harus menikmati ketakutan mereka," ucap Aesther. "Nah, lihatlah wajah siapa itu," Aesther membuat sebuah lingkaran sihir yang mengambang di udara. Lingkaran itu menunjukkan wajah putri Countess Colleen yang sedang tertidur nyenyak.
"Putriku! Apa yang akan kau lakukan?!" Countess Colleen menatap lingkaran sihir itu dengan panik juga cemas.
"Putrimu tidak bisa mendengar kita. Tapi, aku bisa menyentuhnya dari sini," Aesther mengeluarkan sebuah belati dari dalam saku bajunya. Ia memasukkan tangannya ke dalam lingkaran dan keluar dengan potongan rambut coklat sepanjang pergelangan tangannya.
Countess Collleen terbelalak saat menyadari kalau itu adalah rambut putrinya. "Kumohon jangan sakiti putriku," Ia memohon dengan berurai air mata.
Aesther mengangkat potongan rambut itu kehadapan wajahnya sendiri. "Ups. Aku terlalu bersemangat saat memotong rambutnya tadi,"
"Untung saja kau tidak salah dengan memotong telinganya. Penglihatanmu sangat buruk," Annette tertawa.
"Kau benar. Aku tidak bisa menjamin kepalanya akan baik-baik saja jika aku memasukkan tanganku lagi,"
Annette dan Aesther tertawa terbahak-bahak dengan lelucon yang menurut dua wanita lainnya sangatlah keji.
"Ja-jangan masukan tanganmu lagi. Kumohon," Countess Colleen sudah berlutut sambil memegangi tangan Aesther.
"Harleen! Dinginkan kepalamu! Jangan berlutut pada siapapun kecuali aku," Ratu Ophelia berucap dari tempatnya sambil berusaha menahan agar dirinya tetap terlihat tenang walaupun sebenarnya ia sudah sangat gelisah saat ini. Ia tidak akan menunjukkan kegelisahannya.
"Aku tidak akan melakukan itu jika kau mau menjawab pertanyaan tadi," jawab Aesther.
Countess Colleen terlihat ragu, tapi ia dengan segera mengusir rasa ragu itu saat tangan Aesther sudah setengah masuk ke dalam lingkaran sihir.
"Matanya ada di tembok di balik perapian,"
"Harleen! Kau gila! Tutup mulutmu, bodoh," Ratu Ophelia membentak marah.
"Apa katamu? Nyawa putriku menjadi taruhannya. Kau pikir aku akan lebih memilihmu dari pada putriku sendiri?" Countess Colleen balas membentak.
Annette meraba-raba tembok perapian yang penuh dengan sisa-sisa abu sampai ia menemukan sebuah celah yang dapat dibuka. "Kau mengawetkan bola mata ibuku?" Annette terlihat marah saat ia menemukan sebuah kotak kaca yang berisi sepasang bola mata abu-abu yang masih terlihat baik-baik saja.
"Ratu menyukai matanya, karena terlihat indah," Countess Colleen menjawab karena wajah nyenyak putrinya masih terlihat dari lingkaran sihir.
"Kau tidak membunuh ibuku hanya karena menginginkan matanya, bukan?" Annette menatap sang ratu dengan pandangan jijik dan tidak habis pikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNETTE I | Blazing Lady [TAMAT]
FantasyBuku pertama dari seri : Annette Genre : Fantasi, Romansa Menjadi ratu kerajaan Rotherham bukanlah tujuan Annette yang sebenarnya, melainkan hanya sebuah batu loncatan untuk sesuatu yang lebih besar. Seharusnya Annette menaruh curiga pada takdir yan...