45

1.4K 110 15
                                    

    Happy Reading ❣

***

  "Kau itu pelayan senior disini, kan? Aku mengingat wajahmu," Annette memerhatikan pelayan yang sedang menunduk di hadapannya dengan tatapan lekat.

    "Wah, dia memang tidak tahu diri," Alcina mencibir dari balik punggung Annette.

     "Hei, angkat kepalamu. Aku ingin menanyakan beberapa hal," Aesther memerintahkan, tapi pelayan itu bergeming di tempatnya.

    "Rupanya kau lebih senang menunduk, ya? mau kubuat seperti itu selamanya?" Aesther menyelinap di hadapan Annette. Aesther menekan puncak kepala gadis pelayan itu dengan keras.

   "To-tolong hentikan. A-apa ya-yang anda la-lakukan pada saya?" pelayan itu berusaha menghentikan tindakan Aesther dengan memegang tangannya. Namun, tangan kecilnya tidak memberikan dampak apapun pada Aesther.

    "Diam," kata Aesther yang langsung membuat kedua tangan pelayan itu bergerak dengan sendirinya. Pelayan itu terlihat kebingungan karena kedua tangannya yang sedang menahan tangan Aesther di kepalanya tiba-tiba bergerak sendiri dan seperti menempel erat di sisi tubuhnya.

     "ARGHHHH. Tuan, saya mohon hentikan,"

    "Berteriaklah sekencang mungkin. Tidak akan ada yang bisa mendengarmu," Aesther sudah memasang sihir yang membuat suara apapun dari kamar Annette tidak terdengar ke luar.

     Annette bisa melihat dari kepalanya yang semakin menunduk erat, pelayan itu meneteskan banyak air mata dan lendir dari hidungnya.

     "Hei, kau itu harusnya memohon pada Nona Annette. Kau harus meminta maaf karena telah meracuninya," Aesther mencengkram kepala pelayan itu dengan erat sambil tetap menjaga agar kepalanya tetap menunduk.

     "No-nona Annette, sa-saya mohon maaf. To-tolong lepaskan saya," pelayan itu memohon sambil sesenggukan.

    "Lepaskan saja, Aesther," kata Annette yang langsung dituruti oleh pria itu.

    Annette menggeser tempat Aesther. Ia bersedekap di hadapan pelayan itu. Saat tangannya memegang dagu si pelayan dan mengangkat kepalanya, suara retak terdengar. Annette jelas tahu kalau leher si pelayan cedera, tapi ia justru semakin bersemangat untuk mengangkat kepalanya. Pelayan itu sangat pendek jika dibandingkan dengan Annette yang semampai.

     Annette menatap pelayan itu tepat di kedua matanya. "Sekarang katakanlah siapa yang sudah menyuruhmu untuk melakukan itu?"

    Dengan berderai air mata, pelayan itu tetap bungkam. "Kau kan punya mulut, kenapa tidak digunakan?"

    "Aku sobek saja bibirnya, bagaimana menurutmu?" Aesther menimpali dengan semangat sambil menunjukkan sebilah pedang sihir yang menyusut menjadi pisau kecil dengan cahaya berwarna biru yang memercik menyelimutinya.

     Pelayan itu menjadi ketakutan setengah mati dan rasa takut itu memunculkan sebuah keberanian untuk melakukan sesuatu yang nekad. Pelayan itu menyentak tangan Annette dan berlari ke arah pintu kamar. Tapi, ia terlambat. Kakinya berhenti berlari dan dengan sendirinya berjalan kembali ke hadapan tiga orang yang mengintimidasinya itu.

    Aesther mengibaskan tangannya di depan wajah pelayan itu dan serbuk halus berpendar kebiruan berjatuhan di wajahnya. Pelayan itu menatap kosong saat bibirnya membongkar semua yang ingin Annette dengar. "Saya iri dengan Nona Annette yang memiliki hidup sempurna. Karena itulah saya menawarkan diri pada Lady Remington untuk menjadi matanya di kediaman ini--" Aesther menjentikkan jarinya dan pelayan itu kembali tersadar.

ANNETTE I | Blazing Lady [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang