35

1.2K 140 51
                                    

   Hai! Vote dan komen untuk menyemangati aku ya

Happy Reading ❤️

***

   Annette berusaha menyingkirkan rasa tidak nyaman di hatinya setelah kembali dari istana. Ia menenggelamkan dirinya di balik tumpukan dokumen dan menghabiskan sisa waktunya di ruang kerja. Avarant tidak berkomentar apapun saat ia tidak melihat kehadiran Annette di ruang makan saat waktunya makan malam. Semua sudah tahu kalau Annette memang bertambah sibuk akhir-akhir ini dan gadis itu menyukai kesibukannya. Penghuni rumah mulai  mengira kalau Annette sangat menikmati waktunya bersama tumpukan dokumen di ruang kerjanya, karena memang sudah selama itulah Annette berada di dalam ruang kerjanya.

    Suara pintu yang diketuk sekali tidak dapat membuat Annette mengalihkan perhatiannya. Alfred membuka pintu dengan wajah yang terlihat lelah. Pria paruh baya itu menunduk hormat di depan meja.

     "Sudah hampir tengah malam, nona,"

      "Aku tahu," Annette menjawab singkat. Tak urung ia meletakkan dokumen yang ada di tangannya ke atas meja. Annette beranjak mendekati Alfred, lalu menepuk hangat bahunya. "Terimakasih sudah mengingatkan. Aku akan kembali ke kamar," ujar Annette dengan senyuman tipis.

     Alfred menatap wajah seorang gadis muda yang sudah bekerja keras sejak usia belia. Alfred mengira kali ini ia akan melihat wajah lelah nona-nya. Ternyata yang ia dapatkan hanyalah wajah cantik yang masih terlihat bersinar tanpa ada tanda-tanda lelah sedikitpun. "Beristirahatlah dengan baik, nona. Selamat malam,"

     Alfred menatap nanar punggung Annette yang menjauh dari pandangannya. Ia tahu betapa kuatnya sang nona yang kehilangan orangtuanya di usia muda dan harus bekerja keras mengurus keluarga duke untuk membantu sang kakak yang sama sibuknya. Tapi, daripada itu, Alfred lebih tahu lagi kalau nona muda yang sudah ia lihat sejak masih bayi itu paling pintar dalam menyembunyikan emosinya. Lagi-lagi yang Alfred lihat hanyalah senyum tipis yang terasa hambar.

***

     Sudah tengah malam saat Annette pergi ke bagian paling belakang istana. Dengan warna rambut dan warna matanya yang segelap malam. Diatas kudanya ia menunggu orang yang menyamar menjadi pelayan itu. Annette mengelus surai kudanya saat kuda itu mengikik pelan.

     Annette segera turun dari kudanya saat ia melihat pelayan itu meloncati tembok tinggi istana dengan santainya. Pelayan biasa tidak mungkin bisa melakukan itu, tapi anggota guild yang Annette bayar ini tentu bisa melakukan apa saja untuk mendapatkan kepingan koin emas.

     "Apa kau mendapatkannya?" tanya Annette langsung.

     Pelayan itu mengangguk, kemudian mengeluarkan sebuah atasan yang sudah dilipat dari balik pakaiannya. Annette langsung menerima atasan satin berwarna putih itu. Betapa terkejutnya ia saat melihat atasan itu sudah terkoyak di bagian punggungnya. Bercak darah yang sudah mengering meninggalkan warna kecoklatan di sekitar bagian yang terkoyak. Annette mengendus baunya dan ia langsung tahu kalau ini memang pakaian milik Rikhaleid. Ia bisa mencium sisa-sisa wewangian yang dipakai pria itu.

     "Jadi?" Annette menatap pelayan itu meminta penjelasan.

     "Ratu sepertinya mencambuk Putra Mahkota secara berkala. Saat beliau masih dalam pengaruh alkoholnya pagi tadi, saya bisa menggeledah kamarnya dengan leluasa dan saya menemukan cambuk yang disembunyikan dengan sangat baik di salah satu laci. Bahkan pakaian ini tidak disembunyikan dengan baik oleh sang ratu," jelas si pelayan.

      Annette sudah menduga jika ratu lah yang melakukan itu pada Rikhaleid. Biarpun begitu, Annette tetap saja sangat terkejut saat mendengarnya secara langsung.

ANNETTE I | Blazing Lady [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang