Empat || Drama

1.8K 175 15
                                    

    "Andai ini semua adalah kenyataan bagiku bukan hanya sebatas drama saja" -Zianna

Suara adzan terdengar sayup sayup di telinga seorang gadis yang masih bergelung dengan selimut nya. Terlihat jelas di wajahnya tercetak menyiratkan kecapean dan kesedihan

Suara adzan semakin terdengar jelas di telinga Zia, tak lama kemudian ia beranjak ke dalam kamar mandi untuk membersihkan badannya terlebih dahulu sebelum melaksanakan kewajiban sebagai umat muslim.

Setengah jam berlalu, Zia sudah rapi dengan rok hitam panjang atasan sweater berwarna merah itu dan dipadukan dengan kerudung pashmina berwarna hitam. Kemudian berjalan menuju salah satu ruangan kecil yang di dalam nya terdapat alat alat sholat baginya

Memang dikamar Zia itu di tempat kan ruangan kecil untuk shalat. Ruangan kecil ini dibuat saat mendiang mamanya masih hidup, karena baginya harus mempunyai ruangan khusus untuk shalat karena katanya disitulah kita sedang menjalin silaturahmi dengan sang maha kuasa

Zia membentangkan sajadah nya dan mulai memakai mukena berwarna putih itu lalu bergegas melaksanakan shalat subuh dengan khusyuk

"Assalamualaikum warahmatullahi, Assalamualaikum Warahmatullahi"

Tangan itu mengangkat keatas membentuk sebuah mangkok.  matanya menatap sebuah kaligrafi yang terpasang di dinding. Bibirnya mulai mengeluarkan kata demi kata

"Ya Allah, Hanya engkau lah satu-satunya Tuhan di dunia ini. Engkau maha mengetahui dan maha melihat. Ya rabb tolong jadikanlah Zia wanita yang Sholehah dan wanita yang kuat dalam setiap menghadapi cobaan dari engkau, Zia tau engkau disana melihat kehidupan Zia yang penuh cobaan ini. Zia takut kalo Mama lihat Zia di atas sana di perlakukan seperti ini oleh Papa, Mama akan kecewa dan sedih maka dari itu Zia mohon kepada mu agar mama tidak melihat Zia seperti ini di atas sana. Zia gak tau harus cerita kesiapa lagi hanya kepadamu lah tempat bercerita dan sandaran yang paling baik Wahai Rabbku, Aamiinnn"

Zia mengucapkan kata demi kata itu dengan penuh keyakinan. Tanpa disadari air matanya mengalir begitu saja tanpa permisi.
                         ****
Selepas melaksanakan kewajiban nya, Zia turun kebawah untuk menyiapkan sarapan pagi keluarganya. Zia memang lihai dalam hal memasak dari kecil ia selalu membantu mendiang Astrit memasak untuk dirinya dan sang Papa

Gadis itu menatap dapur minimalis yang terlihat elegan tersebut. Senyuman manis terbit di bibirnya

"It's time to play with the kitchen" gumam Zia kemudian membuka kulkas, disana hanya terlihat Ayam yang sudah di ungkep serta sisa sisa bumbu nasi goreng

"Astagfirullah, Zi. Lupa beli bahan bahan makanan" Zia menepuk jidatnya dan merutuki kebodohan nya

"Bisa di marahin Mama ini. Tapi, gapapa deh dari pada gak masak. mending gue masak Ayam goreng aja sama Nasi goreng"  Ucap Zia pada dirinya sendiri

"Kata Lia goreng itu jelek, jadi Goreng di adu sama goreng ya? Biarin lah siapa tau jadi jelek iya gak?" Zia tertawa kecil menghibur dirinya sendiri. Hal kecil seperti ini bisa membuat Zia bahagia

Zia memulai mengolah bahan bahan yang terdapat di dalam kulkas untuk dijadikan hidangan yang akan menggiurkan lidah

Suara langkah kaki terdengar di Indra pendengaran Zia, lalu menoleh ke belakang dan melihat Mama nya yang sudah berdiri di dekat meja makan

"Masak apa kamu hari ini?" Tanya Kartika dengan ketus

"Masak yang ada aja Ma, soalnya bahan bahan udah pada habis."

"Iya apa? Ngomong tuh yang jelas"

"Masak ayam goreng sama nasi goreng aja,Ma"

"Ck! Kamu gak beli bahan makanan? Apa Papa mu mau makan sama menu sederhana itu?" Jawab Kartika sinis tangannya bersedekap dada

KENZIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang