Dua Puluh Sembilan || Makan Malam Bersama

846 95 38
                                    

Adzan isya sudah berkumandang sejak lima menit yang lalu, dan kini keluarga Kennan sedang bersiap siap untuk melaksanakan sholat isya berjama'ah. Di rumah orang tua Kennan memang terdapat musholah kecil yang memang sengaja di buat agar keluarga mereka selalu shalat berjama'ah.

"Ken, kamu yang jadi Imam." Ucap Zaky yang sudah berdiri tegak di samping Kennan

Kennan mengangguk dan langsung menempatkan diri di barisan paling depan, untuk imam. "Maaf, tolong rapikan shaf nya." Ucap nya dengan nada yang begitu tenang. Mereka semua langsung merapikan shaf mereka masing masing agar sejajar dan rapi

"Allahu Akbar" Kennan mengucapkan takbir seraya mengangkat kedua tangabnya, mereka terlihat begitu khusyuk saat bersembahyang dengan penciptanya. Tidak ada suara lain kecuali suara Kennan yang melantukan bacaan Qur'an dengan fasih dan menenangkan.

Selepas shalat mereka semua bersalaman dan berdoa, para wanita seperti Mama Ellis, Zia, Kak Ana, dan Oma Sadiqah keluar mushola untuk mempersiapkan makan malam bersama. Sedangkan para lelaki mereka mengaji terlebih dahulu, apalagi Kennan yang sudah tidak lama mengaji bersama Papa nya alhasil Ken harus mengaji terlebih dahulu.

Di dapur, Zia sedang membantu Mama mertuanya menaruh masakan yang telah jadi ke meja makan.

"Zia, kenapa senyum senyum sendiri sayang?" Tanya Ellis yang melihat menantunya seperti itu

"Eh, enggak Ma." Sahutnya

"Kennan membaca Al-Qur'an nya fasih banget ya." Lanjut Zia seraya menatap Ellis

Ellis tersenyum. "Alhamdulillah, Kennan memang sangat fasih membaca Al-Qur'an. Mama aja suka tenang kalo dengar dia mengaji."

"Ohh jadi, itu toh yang membuat kamu senyum senyum sendiri." Ellis menggoda menantunya ini.

"Ciee, Ziaa salting sama suara ngajinya Kennan." Ana ikut menggoda adik iparnya

Oma sadiqah hanya tersenyum melihat istri dari cucunya ini malu malu, buktinya sekarang pipi Zia sudah merah merona bak kepiting rebus.

Ken, aku senang banget karena ini pertama kalinya aku shalat di imamin kamu. Tapi, apa ini termasuk sandiwara Batin Zia

"Zia, Kennan itu dulu sempat menjadi penghafal Qur'an. Saat SD sampai SMP Kennan lebih lama tinggal bersama Oma dan Opa nya."

"Ken selalu belajar mengaji sama Opanya, sampai Ken lulus SD dia dimasukan ke pesantren disitu dia mulai menjadi anak yang rajin banget menghafal Al-Qur'an, dia mulai tumbuh menjadi anak yang sholeh dan dewasa." Lanjut Ellis menjelaskan

"Hanya saja semenjak Opa nya meninggal, Ken menjadi anak yang murung sudah jarang menghafal Qur'an dan ia kecewa pada dirinya sendiri karena belum sempat khatam 30 Juz Al-Qur'an. Opa nya sudah meninggal terlebih dahulu. Disitu Ken keluar pesantren dan melanjutkan ke SMA biasa."

Zia sempat tidak menyangka ternyata seorang Kennan sempat memasuki penjara suci, yaitu Pesantren. Hatinya mulai menghangat betapa beruntung nya ia mendapatkan seorang suami penghafal Qur'an walaupun penampilan dan sikap nya sedikit kasar.

"Maa syaa Allah, Ken sempat menjadi penghafal Qur'an. Tapi, Ma kenapa Ken keluar pesantren?" Tanya Zia

"Karena, Ken putus asa. Ken selalu merasa tidak ada lagi yang harus diperjuangkan apalagi Opa nya sudah tidak ada. Ken merasa sia-sia menghafal Qur'an." Kali ini yang menjawab bukan Ellis melainkan Oma sadiqah. Terlihat raut sedih di wajah sang Oma membuat Ellis mendekat dan mengelus pundak ibunya itu.

KENZIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang