Empat Belas || Hukum Berdua

987 92 7
                                    

"Lebih baik menutup mulut, dari pada berbicara yang bisa nya menyakiti hati orang lain" -Zia.A.H




Happy reading ❤️

"Awas Kenan kalo kamu sampai Kabur, ibu pastiin orang tua kamu di panggil kesekolah!" Ancam Bu Tuti

"Hm"

Zia menatap Bu Tuti. "Gak Bu, Zia salah. Jadi Zia harus di hukum Zia hormat bendera juga Bu" Salah satu prinsip Zia adalah ini, berani berbuat berani bertanggung jawab

"Baiklah, kalo itu mau kamu. Ibu tidak bisa memaksa. Kalo gitu awasi Kenan jangan sampai kabur. Ibu Permisi" Bu Tuti pergi meninggalkan mereka

Kenan meninggalkan Zia dan pergi menuju lapangan bendera yang sangat luas, setelah sampai di depan bendera Ken mengangkat tangannya memberi hormat pada bendera sang saka merah putih

Wajahnya mendongak menatap Bendera diatas, tangan kirinya berada di dalam saku seragam abu-abunya.

Matahari sudah sedikit menaik dari arah timur, tepat sekali cahayanya itu tertuju kepada wajah Kenan. Membuatnya terlihat lebih tampan

Ck! Males gue tiap hari di hukum Batin Kenan

Setelah Kenan pergi meninggalkan nya, Zia langsung menyusul Kenan ke lapangan sesampainya disana Zia langsung berdiri di samping Kenan tapi sedikit berjarak. Karena katanya bukan Mahram

Zia mengangkat tangan kanannya dan memberi hormat pada sang saka merah putih. sinar matahari tidak mengenai wajah Zia karena sedikit terhalangi oleh tubuh Kenan yang jauh lebih tinggi dari dirinya.

Beberapa menit telah berlalu tidak ada yang bersuara sedikit pun. Mereka sibuk dengan hukuman mereka masing-masing, hanya terdengar suara kicauan burung dan waktu semakin berjalan dengan cepat, tak terasa sebentar lagi bel istirahat akan berbunyi.

Tangan Zia sudah terasa pegal karena sedari tadi terus saja memberi hormat, tak lama kemudian Zia mulai menurunkan tangannya dan mengambil sapu tangan yang berwarna putih dengan sedikit bercorak dari dalam tas nya

Tangannya mulai mengelap keringat yang sedikit mengucur di dahi yang tepatnya berada di balik jilbab putihnya, Kenan yang melihat itu mulai memberanikan suaranya dan berdehem pelan

"Ekhem...Kalo Lo pegel, duduk aja disana" Kenan berdehem kecil dan dagunya mengarah pada kursi yang ada di koridor

Ya, walaupun Kenan cowok yang terkenal dengan sadis dan kejam tapi dia masih punya sedikit rasa peduli kepada perempuan

Zia rasa cowok itu berbicara padanya, karena disini hanya ada mereka berdua. Tidak ada siapa-siapa lagi.

"Iya, saya gapapa kok," sahut Zia kemudian menyimpan kembali sapu tangan putihnya dan mengeluarkan lagi sapu tangan yang berbeda kali ini berwarna hitam garis-garis

Zia menyodorkan sapu tangan itu di depan tubuh Kenan, pandangan Zia menunduk kebawah

Kenan heran dengan gadis di samping nya ini kenapa menyodorkan sapu tangan? Kenan melirik ke arah Zia dan mengerutkan keningnya bingung

KENZIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang