|| 39. Pemakaman 2

277 28 18
                                    


Hai selamat membaca!

Semoga suka!

___


Danial menatap pemakaman Dandi dengan pandangan kosong, air matanya berjatuhan. Rasa kehilangan itu lebih mendominasi dari kekecewaan itu sekarang.

Hari ini tepatnya, pemakaman Dandi di lakukan. Pria yang bergelar papa kandung Danial tersebut benar-benar telah pergi.

Kenapa keluarga Danial pergi dengan cepat begini? Kenapa rasanya juga menyakitkan?

Cella yang berada di samping Danial, berusaha memberikan kekuatan pada Danial. Ia mengusap punggung Danial.

Dua Minggu setelah kepergian Veni, kini Dandi juga pergi. Ia pergi. Benar-benar pergi.

Dandi di makamkan di samping makan Veni. Kuburan Veni masih basah, lalu Dandi juga sudah menyusulnya.

Veni Mahendra
Tanggal lahir : 04 Juni 1980
Wafat : 3 September 2021

Disampingnya, nisan bertuliskan.

Dandi Mahendra
Tanggal lahir : 03 Januari 1979
Wafat : 17 September 2021

Pikiran Danial menerawang saat ia masih remaja dahulu. Keluarganya begitu harmonis dan bahagia. Selalu ada kehangatan di rumahnya, canda juga tawa, itu tak lepas dari hari-hari mereka. Namun, itu dulu.

"Jangan takut jatuh ada, papa."

"Semangat sekolahnya, anak papa!"

"Anak cowok gak boleh lemah. Harus kuat."

"Jangan suka buat mama nangis." Itu adalah ucapan Dandi, saat tidak sengaja Danial berteriak kepada mamanya hingga wanita itu menangis.

Saat itu Danial masih kelas 2 SD, ia lupa membawa buku PR nya sehingga mendapatkan hukuman di sekolah dan marah pada Veni yang lupa memasukan bukunya, saat ia sudah sampai rumah. Kebetulan saat itu Dandi sedang libur, sehingga Dandi memarahinya.

Namun, justru Dandi lah yang membuat Mamanya menangis lama, hingga hampir depresi. Lalu, akhirnya meninggal. Danial tidak menyalahkan Dandi atas kepergian Veni, mungkin itu takdir. Namun yang membuat sakit hati, karena penghianatan Dandi.

"Mama gak marah sama Danial."

"Danial harus jadi anak hebat."

"Mama gak marah Danial gak dapat juara, mama tetap bangga kok sama Nial." Itu adalah kata yang di ucapan Veni saat Danial tidak mendapatkan juara ketika SD. itu adalah kali pertamanya ia tidak masuk tiga besar. Danial menangis saat itu, karena takut Veni kecewa atau memarahi dirinya. Namun saat itu reaksi Veni sebaliknya.

"Gak boleh nakal, Nial."

"Anak mama udah mau nikah aja. Gak kerasa secepat ini, Nial mama besar." Ucapan itu ketika Danial akan melangsungkan akad nikah. Veni saat itu terus saja menggodanya.

"Mama kuat, Nial." Kata-kata itu, adalah kata-kata yang di ucapkan Veni. Saat wanita itu mengalami drop, depresi ringan karena mengetahui perselingkuhan suaminya. Veni sangatlah terpuruk saat itu. Danial menyemangatinya, sedangkan Veni berkata tidak apa-apa. Padahal Danial tau Veni sangat tidak baik-baik saja.

"Setelah mama pergi, kamu jangan kayak papa kamu, ya, nak?" ucap Veni, saat Danial menyuapinya makan di rumah sakit kala itu.

"Cella itu baik. Baik banget malah. Mama benar-benar kecewa kalo kamu kayak papa kamu." Veni berucap dengan tegas. Sedangkan Danial tersenyum saat itu, lalu menganggukkan kepalanya dengan mata berkaca melihat kerapuhan mamanya.

"Pesan mama terakhir. Kamu jaga Cella dan jangan menghianati pernikahan. Rasanya sakit banget, Nial."

Awalnya Danial beranggapan bahwa kata-kata Veni saat itu adalah pesan, bukan pesan terakhir. Pesan yang harus di jaga. Pesan itu adalah ucapan terakhir yang Danial dengar dan di ucapakan oleh Veni padanya.

"Nial. Kita pulang yuk! udah mulai gelap." ajak Cella, hari ini benar-benar mendung. Suara guruh seolah saling menyahut.

Danial bergeming. Ia lalu menatap Cella sendu, lalu menganggukkan kepalanya. Sebelum itu ia sempatkan menoleh pada Anggun. Istri kedua papanya, yang juga tengah menangis memeluk nisan Dandi.

Kemarahan terpancar jelas di matanya, pada wanita yang lebih cocok menjadi adiknya tersebut.

Anggun, wanita itu menoleh lalu menatap Danial yang menatapnya sekilas. Ia menghindari tatapan mengintimidasi dari Danial, anak tirinya. Ia menangis dengan memeluk nisan Dandi. Wanita itu sepertinya benar-benar kehilangan seseorang yang berharga di hidupnya. Sepertinya ia benar-benar mencintai Dandi, tulus.

Cella menyadarinya, ia menyadari bahwa Anggun benar-benar kehilangan Dandi. Namun, entah itu cinta atau hanya sekedar nafsu. Merebut bukanlah hal yang di benarkan.

"Kita pulang, Nial." Cella langsung memeluk tangan kanan suaminya erat, lalu mengajaknya pergi dari sana.  Cella tidak ingin, Danial menjadi meluapkan emosi nya. Ini bukanlah hal tepat.

"Semoga lo dapet ganjaran, yang lebih menyakitkan dari mama gue." ucap Danial, sebelum keduanya benar-benar berlalu pada Anggun, saat Cella menarik paksa  Danial.

____

Pendapat kalian mengenai Part ini?

Kata-kata untuk,
Danial? Cella? Anggun? Veni? Dandi?

Pesan buat author?

____

5september2021

Danial & Cella [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang