|| 31. Rumit

470 49 40
                                    


Hai selamat membaca!

Semoga suka!

___

"Kenapa lo gak cerita masalah ini sama gue?" tanya Cella. Danial dan Cella tengah berada di ruangan Danial sekarang, setelah rapat tadi selesai. Ini juga sudah tengah hari.

"Gue gak mau buat lo khawatir," ucap Danial jujur.

Cella menghela nafas panjang. "Justru dengan lo gini, Nial. Gue jadi merasa gak berguna dan kayak di belakangi." ucap Cella.

"Gue istri lo, jadi gue berhak tahu. Emang nantinya gue kepikiran, tapi dengan lo berbagi gue jadi percaya kalo lo benar-benar percaya sama gue," jelas Cella tegas.

Sejujurnya sampai sekarang pun, ia masih sangat kesal karena Danial membohonginya. Sungguh.

"Maaf," lirih Danial. Ia benar-benar tidak tahu, bahwa kebohongannya akan begitu menyakiti Cella.

"Lain kali, jangan gini lagi. Ngerti?"

Danial menganggukkan kepalanya patuh.

"Sekarang gak ngambek lagi?" tanya Danial ragu.

"Masih!" ketus Cella. Danial menggaruk tengkuknya, bingung harus bagaimana.

"Boleh peluk?" tanya Danial. Cella menganggukkan kepalanya, membuat Danial tersenyum lalu memeluk istrinya dengan posesif.

____

"Besok aku pergi lagi, Cell." Danial berucap, sembari memperhatikan Cella yang tengah menyapu kamar mereka.

"Kenapa? Kemana?"

"Beberapa perusahaan yang kerjasama, sama DaC'gruops pengen aku datang ke luar kota. Mereka mau bahas soal kerugian, juga tentang uang investasi juga kerja sama." jelas Danial jujur.

Danial sudah menduga akan hal ini, tentu saja ini akan membuat banyak masalah nanti. Apalagi yang tabungan Danial tidak cukup untuk mengganti dana mereka yang bahkan ratusan miliar. Danial juga belum menggaji pekerja bangunan yang telah selesai mengerjakan proyek bangunan. Ia benar-benar mempunyai masalah cukup besar.

"Mereka nanti pasti mau tarik dana investasi, juga batalin kerja sama, secara perusahaan rugi dengan keadaan yang cukup besar." Danial menganggukkan kepalanya, membenarkan ucapan Istrinya.

"Uang kamu pasti gak cukup. Sekitar berapa lagi uang ganti rugi, Nial?"

"Puluhan miliar," lirih Danial, dan Cella masih dengan jelas dapat mendengarnya. Cella mendekat lalu duduk di samping Danial, setelah meletakkan sapunya tadi di sudut ruangan.

"Berapa?"

"Sekitar 45 miliar. Tapi lo gak usah khawatir gue bisa tangani kok," ucap Danial. Ia tidak ingin Cella juga terbebani dengan ini. Walaupun nyatanya ia sendiri bingung mau bagaimana nantinya. Apalagi ini tinggal menunggu hari esok.

"Tabungan lo udah di pakai berapa? Semuanya?" tanya Cella, yang mendapat anggukan Danial.

"Gue ada uang sekitar satu miliar, pakai aja! Itu tabungan gue dulu. Lo pakai aja, walaupun gak terlalu mengurangi beban lo."

"Enggak usah, simpan aja."

"Tapi —"

"Lo simpan aja. Ngerti? Ini biar gue yang tangani. Ok."

Nyatanya, Cella tidak bisa jika untuk tidak ikut campur dalam urusan Danial.

"Nial gue mau bantu lo."

"Gak Cell, uang itu simpan aja dulu. Kita gak tau kedepannya kayak apa dan gimana kalo ada kebutuhan mendesak. Apalagi sekarang gue lagi gak punya apa-apa." Penjelasan Danial ada benarnya, sekarang keuangan mereka menipis. Jika semua uang mereka gunakan, bagaimana mereka akan makan. Cella pasrah, lalu setuju dengan ucapan Danial.

Hening. Mereka berdua larut dalam diam, setelah perdebatan tadi. Sampai akhirnya suara ketukan pintu membuat keduanya beranjak. Keduanya turun dari kamar menuju lantai bawah.

"Aku buka pintu dulu." Danial menganggukkan kepalanya.

"Mama!"

"Papa!"

Danial langsung berdiri, lalu menyambut hangat kedua mertuanya. Mereka duduk di sofa ruang tamu, dengan Andika dan Fera yang duduk berhadapan dengan Cella juga Danial.

"Saya datang kesini, karena saya tahu tentang masalah Danial. Kenapa kamu tidak meminta tolong papa, nak? jika kamu mengalami masalah besar seperti ini." Andika menjelaskan maksud kedatangan mereka ke sini.

"Saya tidak ingin merepotkan papa," ucap Danial jujur.

Danial bukan tipe orang yang suka merepotkan orang lain, walaupun dalam hal terdesak ia akan mencoba menyelesaikan masalahnya dengan sendirinya. Bagaimanapun juga caranya.

"Papa tidak akan repot dan keberatan jika ini menyangkut anak papa sendiri. Anggap papa sebagai papa kandung kamu Danial. Papa akan dengan senang hati membantu kamu." jelas Andika tegas.

Danial menganggukkan kepalanya mengerti. Sungguh ia sangat mengagumi ketegasan seorang Andika.

"Saya bukan hanya akan membahas masalah ini. Saya bahkan juga sudah tahu masalah keluarga kamu, Nak."

Ucapan Andika membuat Danial, yang sedari tadi menunduk mendongakan kepalanya. Danial memalingkan wajahnya, saat matanya memanas.

"Kami sudah tau semua, Danial."

Hal yang membuat Cella yang tadi menyimak dengan kebingungan dalam diam, akhirnya bicara, apalagi saat melihat Danial seperti ingin menangis. Masalah apalagi? Sebanyak apalagi masalah Danial yang Cella tak ketahui?

"Masalah apa, pa?"

____

Pendapat kalian mengenai Part ini?

Kata-kata untuk,
Danial? Cella? Andika? Fera?

Pesan buat Author?

_____

28agustus2021


Danial & Cella [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang