|| 25. Masalah

485 53 33
                                    


Hai selamat membaca!

Semoga suka!

___

"Assalamualaikum, ma!"

"Waalaikumsalam." Cella langsung memeluk Mamanya, saat  Fera membuka pintu. Fera membalas pelukannya.

"Tumben kesini pagi-pagi." Cella hanya tersenyum saja.

"Cella bakal nginap disini ma, soalnya Danial ada dinas keluar kota selama dua hari," ucap Cella. Fera menganggukkan kepalanya, lalu mengajak Cella ke dapur.

"Sini! Mama lagi masak semur ayam." Cella menganggukkan kepalanya, lalu mengekori Fera. Mereka larut dalam pembicaraan, dan Cella bisa melupakan sejenak masalahnya.

____

"Maaf, Cell. Gue harus pergi, nanti gue pulang." Setelah mengatakan itu Danial beranjak, lalu memasuki kamar mereka mengambil koper dan mengambil bajunya yang akan ia bawa untuk menginap.

Danial menghela nafasnya panjang, ia harus pergi. Ia keluar dari kamar, setelahnya ia menatap sejenak kamar tamu dimana Cella berada.

Ada rasa keinginan untuk memeluk dan melepaskan rasa penatnya pada Istrinya, namun ini bukan saatnya. Lebih tepatnya karena mereka bertengkar. Danial belum bisa membagi masalahnya sekarang.

Danial lagi-lagi menghela nafasnya panjang. Ia lalu berlalu menuruni tangga, sesekali mengusap air matanya yang menetes.

"Maaf, Cell, tapi gue harus pergi dulu."

Danial memasuki mobilnya, menatap sejenak ke atas jendela kamar tamu. Di sana tidak ada Cella. Danial menghela nafasnya lagi-lagi, ia segera mengendarai mobilnya dengan mengatur emosinya. Bagaimanapun juga ia tidak bisa pergi dengan kendaraan dengan emosi, jika tidak ingin ada hal-hal yang tidak di inginkan.

Drttt... Drttt

Danial mengangkat ponselnya yang berbunyi.

"Halo, No!"

"Gue ke sana sekarang."

____

"Kenapa lama?" tanya pemuda itu, saat melihat Danial yang baru datang. Apalagi keadaan pemuda itu cukup kacau. Hal itu tentu saja menarik perhatiannya.

Danial berada di restoran cepat saji, yang dimana ia sudah ada janji dengan seseorang.

"Gue ada masalah dikit."

"Jadi gimana?" tanya Danial to the point.

"Besok kita cari bukti lagi, terus lusa baru kita simpulkan. Jangan gegabah Danial, lo tahu kan ini bukan masalah sepele. Ini menyangkut banyak orang." Danial menganggukkan kepalanya mengerti, saat mendengar penjelasan sahabatnya yang berprofesi sebagai polisi.

"Gue harap ini bakal jadi bukti yang kuat."

"Semoga."

"Gimana sama cewek yang lo cari? Udah ketemu?" tanya Danial, mencoba mengalihkan pembicaraan antara keduanya.

Pemuda itu tersenyum tipis, lalu menggelengkan kepalanya.

"Gue sering ngeliat dia, tapi gak berani nyapa duluan."

"Jadi cowok harus berani, No."

Pemuda itu adalah Fano Anggara. Mantan Cella dan sayangnya Danial tidak tahu itu.

"Gue juga penasaran banget sama istri lo, kapan-kapan ajak ketemu sama gue dong," ucap Fano. Danial menanggapinya dengan senyuman.

"Setelah masalah ini selesai bakal gue kenalin." Fano menganggukkan kepalanya.

"Gue bersyukur banget lo pindah ke sini, jadi gue gak perlu nyari orang buat di mintai tolong sama nyari orang jujur," jelas Danial jujur. Fano tertawa menanggapinya.

"Lo kayak sama siapa aja, santai ajalah kita kan udah temenan dari kecil."

"Meskipun temenan dari kecil, lo sering pindah-pindah tempat tinggal," ucap Danial, menghadirkan tawa antara keduanya. Setelahnya keduanya larut dalam cerita.

"Gue pulang dulu, ya. Udah malam, nanti gue kabarin lagi. Assalamualaikum." Pamit Fano. Danial menganggukkan kepalanya, setelah mengucapkan terimakasih sekali lagi.

"Waalaikumsalam."

Danial juga beranjak dari duduknya, lalu membayar makanan yang tadi ia pesan. Setelahnya, ia mencari hotel tempat menginap. Sejujurnya ia berbohong pada Cella saat mengatakan akan dinas di luar kota. Ia tetap berada di kota ini, hanya saja ia tidak mau Cella tahu. Ia tidak mau Cella khawatir dengannya, apalagi jika mengetahui masalahnya.

____

Fano baru saja keluar dari rumah yang baru ia tempati sehari, lalu matanya menatap seorang wanita yang tengah berdiri di depan pagar sebelah rumahnya. Ia sangat mengenali wanita itu. Sangat. Tanpa berfikir panjang ia langsung menghampirinya.

"Cella!" Fano makin berbinar saat melihatnya. Orang yang selama ini ia cari-cari. Ternyata Jika memang di takdir, pasti mereka akan bertemu.

Apalagi saat melihat Cella sudah memakai hijab dan pakaian panjang. Jantungnya rasanya makin berdebar melihatnya.

"Lo apa kabar?"

"Baik." Cella menjawab seadanya.

"Lo kenapa disini?" tanya Cella.

"Gue kemarin baru pindah, di samping. Ini rumah gue!" jawab Fano, sembari menunjuk rumah berlantai tiga yang berada di samping rumahnya.

"Bareng istri?"

"Gue belum menikah, Cell."

"Ouh."

"Gue duluan ya, gue mau ke rumah Mama. Assalamualaikum," pamit Cella. Fano menganggukkan kepalanya.

"Waalaikumsalam." Ia memandang mobil yang membawa Cella pergi, ternyata tidak salah pilihannya untuk tinggal disini. Sungguh ia senang.

"Akhirnya gue ketemu lagi Samo lo, setelah sekian lama Cell. Gue bakal berjuang."

____

Pendapat kalian mengenai Part ini?

Kata-kata untuk Cella, Danial sama Fano?

Pesan buat Author?

Sampai ketemu di part selanjutnya. Bye-bye!

____

26Agustus2021

Danial & Cella [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang