|| 28. Masalah Danial

512 47 39
                                    


Hai selamat membaca!

Semoga suka!

___


"Kasus korupsinya harus di tangani, pak. Saya harap bapak mengambil langkah yang tepat." Seno berucap sembari menatap Danial.

"Ini bisa mengancam banyak karyawan pak, ratusan malah. Dana itu juga hanya tersisa 15% lagi. Saya harap bapak segera mengambil tindakan ke rana hukum."

Danial menganggukkan kepalanya.

"Saya sudah bawa kasus ini ke rana hukum, sen. Saya harap kamu menutupi kasus ini dahulu dari desas-desus media. Saya takut banyak karyawan yang kecewa akan kehilangan pekerjaan padahal kasus ini belum menemukan titik terang." jelas Danial.

Seno menganggukkan kepalanya saja. "Kapan bapak membawa kasus ini ke rana hukum? Kenapa tidak memberi tahu saya?" tanya nya.

"Sebelumnya saya masih kurang percaya, tapi setelah di selidiki ternyata benar. Saya hanya menunggu bukti, sen. Bukti yang saya punya tidak akurat, sekarang saya sedang mencari bukti yang lebih akurat. Bagaimana dengan rekaman cctv-nya? sudah kamu lihat, apa yang saya suruh tadi?"

"Sudah pak."

"Kalau begitu saya keluar dulu, pak. Permisi," pamit Seno sembari berlalu, setelah Danial mengizinkannya.

Sudah dua hari Danial tidak pulang. Danial ingin pulang sebenarnya, namun besok dia ada dinas keluar kota selama dua hari, tidak enak rasanya jika baru pulang semalam langsung izin pada Cella kembali.

Danial sering bertukar pesan dengan Cella, syukurlah Istrinya mengizinkannya.

Awalnya Danial takut, Cella akan kecewa padanya. Namun nanti setelah masalah ini selesai ia akan bicara pada Cella, mengatakan kejujurannya. Yang menjadi pikirannya bukan hanya masalah uang perusahaan yang di korupsi, namun masalah keluarganya. Papa Danial selingkuh.

Dandi. Alias papa kandung Danial selingkuh dengan wanita yang bahkan umurnya jauh di bawah Danial. Sekarang mereka juga tengah mengurus perceraian. Papa nya sudah berselingkuh sekitar setahunan dan sekarang wanita yang menjadi selingkuhan papanya tengah mengandung. Mengandung anak Dandi. Sekarang juga Veni, Mama Danial. Wanita itu masih di rumah sakit, belum sadarkan diri, karena percobaan bunuh diri.

Selama beberapa hari ini, Danial berusaha menyembunyikan emosinya dan masalahnya. Itulah mengapa ia lebih memilih tinggal terpisah dengan Cella, karena masalah keluarganya juga. Ia juga selalu menginap di rumah sakit untuk menemani Mamanya yang masih tidur damai.

Danial frustasi akan hal ini. Apalagi ia masih tidak menyangka papanya tega mengkhianati mamanya, bahkan di usia yang tidak muda lagi. Apa artinya 30 tahun bersama sebenarnya bagi papanya itu? Apa cuman ajang permainan? Sehingga bertemu dengan wanita yang bahkan baru berusia 19 tahun, selama setahun langsung menghancurkan hubungan mereka yang telah lama.

Orang-orang terdekat bahkan yang sangat di percayai nya, benar-benar tega menghianatinya.

Orang kepercayaannya, ternyata menipunya. Papanya yang selama ini ia anggap sebagai orang hebat, ternyata tak lebih dari pemain film handal yang bersembunyi di balik topeng kebaikan.

Sungguh hidup yang melelahkan. Seminggu lalu, ia baru mengetahui tentang perselingkuhan papanya, orang yang selama ini ia jadikan panutan dan orang ke banggaan nya.

Apalagi jika Danial mengingat tangisan pilu mamanya, tangisan menyakitkan dari orang yang berjuang mempertaruhkan nyawa demi dirinya. Jika bukan karena Gavin, Danial pasti tidak akan mengetahui masalah mama dan papanya. 

Danial lagi-lagi menyalahkan dirinya. Sungguh tidak berguna ia menjadi anak, tentang keluarganya pun ia harus mengetahui masalahnya dari orang lain.

___

Beberapa hari yang lalu...

"Danial!"

"Kenapa?" tanya Danial, saat Gavin datang menghampiri dirinya di kantor dengan tergesa.

"Lo harus pulang ke rumah sekarang!" perintah Gavin. Danial mengerutkan keningnya, bingung, apalagi saat melihat raut wajah Gavin yang terlihat begitu gelisah.

"Pokoknya harus pulang."

"Kenapa?" tanya Danial. Ia tidak mau dibodohi oleh Gavin lagi.

"Pulang."

"Kenapa?"

"Pulang sekarang." tekan Gavin.

"Gue tanya kenapa?" tanya Danial tak sabaran.

"Bokap lo selingkuh. Sekarang nyokap lo lagi beres-beres mau pergi dari rumah."

"Jangan bohong."

"Sekarang lo pulang. Lo buktiin sendiri."

Danial langsung berlari menuju mobilnya, mengabaikan Gavin. Saat melihat raut wajah Gavin yang sepertinya benar-benar serius, Danial jadi yakin jika perkataan Gavin adalah benar.

___

"Mama!"

"Mama!"

Danial berlari memasuki rumah yang menjadi saksi dimana ia tumbuh besar. Ia makin khawatir saat melihat keadaan rumah ini yang kacau, kaca-kaca pecah serta guci-guci yang biasanya tertata rapi semuanya pecah dengan menyisihkan serpihannya.

"Ma!" Danial berlari menuju lantai atas, dan melihat Mamanya terkapar dengan tangan yang penuh darah.

"MAMA!"

____

Gimana pendapat kalian Mengenai Part ini?

Kata-kata untuk,
Danial? Gavin? Dandi? Veni?

Pesan buat Author?

Sampai ketemu di part selanjutnya.
Bye-bye!

____

27agustus2021

Danial & Cella [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang