|| 43. Cella tidak meninggal

307 30 13
                                    


Hai selamat membaca!

Semoga suka!

----

Danial menatap Cella yang terlelap di brankar rumah sakit, ruangan warna putih mendominasi. Ia kembali mangusap air matanya yang menetes.

Kenapa Cella sekejam ini kepada dirinya?

Jika benar, Cella benar-benar telah melakukannya.

Setelah Kedua orangtuanya pergi, Cella tidak mungkin akan sejahat itu pada dirinya. Cella tidak mungkin melakukannya.

Sudah empat hari berlalu, Cella juga tak kunjung bangun dari koma nya.

Cella mengalami koma sesaat setelah melahirkan, istrinya langsung drop saat itu. Bahkan tidak begitu jelas penyebabnya apa tapi yang pasti fisik Cella sangat lemah, dokter sudah mengatakan bahwa kondisi Cella benar-benar lemah.

Kemarin malam tepatnya, dokter mengatakan bahwa Cella telah tiada namun saat itu Danial bersikeras menyangkalnya. Ia bahkan memberontak dan mengatakan bahwa Cella tidak meninggal.

Ia bahkan mengancam sang dokter, mengatakan bahwa Cella tidak meninggal.

Danial benar-benar marah saat itu, ia bahkan terus memeluk tubuh kaku Cella yang dingin dan lemah. Berteriak marah jika ada orang yang mendekati mereka. Walaupun ia juga merasakan denyut nadi istrinya sudah tak lagi. Lagi-lagi Danial menyangkal bahwa itu hanya karena Cella lelah, bukan meninggalkannya.

Sampai akhirnya satu jam berlalu, tiba-tiba Cella mengalami sesak nafas dan jantungnya tiba-tiba berdetak lagi walaupun lemah. Sehingga para medis kembali melakukan perawatan terhadap Cella.

Cella dinyatakan hidup kembali. Danial kembali menyangkal bahwa Cella hidup kembali, bukankah Cella nya tidak pernah pergi kan? Orang-orang di sekitarnya benar-benar bercanda.

Pikiran Danial menerawang saat kejadian sebelum-sebelumnya berputar-putar di pikirannya.

"Kalo bayinya udah lahir terus aku pergi, menurut kamu gimana?" tanya Cella saat itu sembari mengusap rambut hitam tebal milik Danial yang berada di pangkuannya.

"Jangan ngawur deh!"

"Cuman tanya." Danial hanya bergeming tak menanggapi ucapan sang istri yang benar-benar ngawur menurutnya.

Lalu saat mereka sedang menonton TV.

"Bakal kangen pastinya sama suasana ini nantinya," ucap Cella, sembari memasukkan keripik pisang ke dalam mulutnya, sedangkan matanya fokus menatap tv yang menampilkan film horor.

"Kayak mau kemana aja."

"Bisa jadi karena hidup aku gak lama lagi, kan?"

"Jangan bicara makin ngawur, Cell. Aku benar-benar gak suka," ketus Danial.

"Bisa aja deh, Nial. Gak usah sensi banget, ih." Cella memukul bahu Danial, sedangkan sang suami hanya bergeming.

"Cukup mereka yang pergi. Kamu jangan. Aku bisa mati kalo itu beneran dan jangan pernah buat aku takut Cell, itu bener-bener kelewatan." Setelahnya Cella diam, tak lagi berbicara saat merasakan Danial benar-benar sedang marah kepadanya.

Juga saat mereka sedang memasak bersama kemarin, sesat sebelum Cella melahirkan kata-kata Cella benar-benar menakutkan bagi Danial.

"Kalo aku gak ada, pasti nanti aku bakal kangen masak-masak bareng sama suami aku." Cella bermonolog sendiri, sembari menggoreng tempe.

Danial hanya bergeming saja mendengarnya.

"Misalnya aku gak ada, kamu pasti kangen masak bareng aku kan, Nial?" tanya Cella menghampiri Danial yang sedang membersihkan ikan, lalu memeluk Danial dari belakang.

"Hmm," Danial hanya bergumam menanggapi ucapan istirnya.

"Jawab, ih!"

Danial memilih bergeming, seolah menganggap bahwa ucapan Cella hanya angin lalu yang berlalu begitu saja setelah di rasa.

Cella Benar-benar aneh akhir-akhir ini. Apalagi mengenai ucapannya.

"Danial —"

"Tempe nya nanti gosong," ucap Danial. Ia mencoba mengalihkan pembicaraan dan syukurlah Cella akhirnya tidak fokus pada topik pembicaraan mereka lalu fokus memasak kembali.

*

Danial menggenggam tangan Cella yang hangat, tubuh Cella sekarang benar-benar kurus.

"Anak kita cowok loh Cell, dia nangis terus kangen kamu. Kamu gak pengen ketemu sama dia apa?" tanya Danial, walaupun nyatanya ia tau Cella tak akan meresponnya.

Danial hanya bicara saja.

"Kapan kamu bangun? Gak kangen sama aku?"

"Kamu jangan kayak gini terus." Tangis Danial pecah, ia memeluk tubuh Cella dengan tangis sendu.

Ia benar-benar merindukan Cella. Istrinya.

"Kamu berhasil buat aku benar-benar mau mati, Cell. Selamat."

-----

Pendapat kalian mengenai Part ini?

Spam komen ya, supaya aku semangat ngetiknya.

Happy End or Sad? Komen kalian menentukan ending.

28/09/2021

Danial & Cella [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang