|| 37. Mengetahui

498 48 32
                                    


Hai selamat membaca!

Semoga suka!

___

"Ia memang sedang lelah, namun bukan berarti harus lemah, kan?" authorli

___

Danial menggenggam tangan Cella, saat keduanya keluar dari mobil. Danial khawatir pada Istrinya tersebut, wajah Cella juga benar-benar pucat. Setelah dari pemakaman tadi Danial lebih banyak diam.

Danial membuka pintu rumah mereka. "Lo gak enak bada? Istirahat aja. Nanti —"

"Aku Gakpapa."

Danial bergeming. Menatap Cella lamat ke dalam mata Cella, sampai mata indah itu tertutup.

Danial refleks memeluk tubuh Cella yang begitu dingin, mungkin efek karena ke hujanan tadi. Bukan hanya itu yang membuatnya panik. Cella juga mimisan.

Danial tanpa pikir panjang, langsung membawa Cella ke rumah sakit.

____


Danial masuk ke dalam ruangan Cella, lalu menatap istrinya sendu. Rasanya ia sudah sangat lama, tidak menghabiskan waktu lama dengan istrinya. Memang benar adanya dan Danial menyadarinya.

"Gimana keadaan Cella, dok?" tanya Danial, pada dokter wanita paruh baya tersebut.

"Alhamdulillah. Kondisi istri bapak dan kandungannya sehat. Kandungan ibu Cella kuat. Jadi tidak berefek pada kandungannya, sedangkan kondisi badan ibu Cella memang cukup lemah. Ia sepertinya kebanyakan pikiran dan jarang tidur." jelas dokter tersebut. Penjelasan dokter tersebut membuat Danial bergeming.

Cella hamil? Sungguh.

"Hamil dok?" tanya Danial memastikan.

"Iya. Kandungan sudah sekitar empat Minggu."

Sungguh ini adalah anugrah terindah yang Danial dengar dan dapatkan. Senyumannya langsung merekah, lalu menatap Cella nya dengan binar, sekaligus sendu menyadari bahwa ia jarang bersama Cella padahal istrinya tersebut tengah mengandung.

"Ini resepnya pak, nanti bapak tebus di apotek. Vitamin nya juga, sudah saya catat resepnya apa yang harus bapak beli. Saya pamit pak," jelas wanita itu, setelahnya ia berlalu pergi setelah pamit.

Setelah dokter tersebut pergi, Danial langsung duduk di kursi samping brankar Cella. Ia menggenggam erat tangan Cella, lalu memandang wajah Cella yang terlelap damai dengan nafas teratur.

Sejam sudah berlalu, perlahan mata Cella mulai terbuka. Danial tersenyum, lalu mengusap kepala Cella.

"Minum," lirih Cella. Danial menganggukkan, kepalanya mengerti. Lalu dengan sigap mengambil minum di atas meja samping brankar Cella dan membantu istrinya itu untuk minum.

"Udah enakan?" tanya Danial, setelah meletakkan gelas yang sudah setengah isinya tersebut.

Cella menganggukkan kepalanya.

"Kepala kamu masih pusing?" tanya Danial lembut. Cella menata Danial dengan cukup terkejut. Kenapa nada suara Danial saat berbicara jadi begitu lembut begini? Cella takut Danial kenapa-kenapa.

"Gak juga."

"Mau makan?"

Cella menggeleng. "Enggak."

Danial & Cella [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang