|| 40. Menolak

240 26 37
                                    


Hai selamat datang di Cerita MPC!

Selamat membaca!

___

"Pak Dandi memberikan 60% warisan kepada anda. Ia juga telah melunasi hutang-hutang perusahaan DaC'gruops, juga memberi penanaman saham dana bersih pada DaC'gruops sebesar 12 Miliar untuk penanganan pendirian DaC'gruops kembali."

"Sesuai surat pernyataan ahli waris dana yang di berikan kepada DaC'gruops juga yang lainnya tidak ada sangkut pautnya dengan warisan, yang berarti dana tersebut adalah pemberian almarhum pak Dandi untuk anda. Dana tersebut bersih dan berbeda dengan warisan, yang mencakup beberapa bagian seperti tanah, perkebunan dan lainnya. Semuanya sudah di tulis di surat pernyataan ini.

Danial bergeming, mendengarnya penjelasan pengacara almarhum papanya. Sama seperti Cella yang berada di sampingnya, gadis itu hanya diam.

Pagi tadi, saat Danial baru saja akan berangkat ke kantor. Kedua pengacara almarhum papanya datang, ia meminta Danial untuk menunda pergi ke kantor dengan mendengar ucapan juga pernyataan ahli waris pada Danial.

"Warisan 40% nya lagi, di berikan kepada Anggun juga calon anak yang sedang di kandungnya. Almarhum pak Dandi, menyatakan bahwa pernyataan ini di buat dengan sadar." jelas pria paruh baya tersebut.

Ia memberikan surat pernyataan, juga bukti-bukti akurat lainnya pada Danial. Danial menerimanya dan membacanya.

"Sebelumnya, ini adalah pesan terakhir yang di berikan almarhum sebelum bunuh diri." Salah-satu dari seorang pengacara, memberikan sebuah surat pada Danial.

Danial menerimanya lalu, meletakkan di sampingnya. Entahlah rasanya hambar, ia tidak bisa menerima ini semua.

"Sebelumnya maaf pak Bara, namun saya tidak bisa menerima ini semua," ucap Danial jujur.

Mendengar ucapan Danial, Bara namanya, pengacara almarhum Dandi mendongakkan kepalanya.

"Kenapa?"

"Saya benar-benar tidak bisa. Mengenai warisan, bisa bapak berikan kepada istri keduanya dengan penuh 100%. Saya tidak akan menuntut." jelas Danial.

Yasa, salah satu pengacara kedua juga tangan kanan almarhum Dandi, menatap pada Danial dengan Lamat.

"Saya tau kamu kecewa —"

"Mengenai masalah keluarga saya, saya tau pak Yasa mengetahui segalanya. Namun saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Saya benar-benar tidak ingin bapak membahas masalah pribadi saya." Danial berucap dengan penegasan. Ia sudah tau Yasa akan bicara membahas kemana.

Sejujurnya ini benar, Danial tidak bisa lagi menerima semua hal tentang papanya. Bukannya ia tidak memaafkan, namun ia bahkan sudah lama mencoba memaafkan. Namun ikhlas juga kekecewaan itu benar-benar besar, ia belum bisa untuk tidak kecewa.

Danial sudah berusaha, namun rasa sakit harinya kembali mendera saat mengingat tangisan pilu sang mama. Tangisan Veni yang di selingkuhi, juga kekecewaan Mamanya seakan berputar di kepalanya.

Apalagi saat mendengar hal yang bersangkutan paut dengan Dandi, almarhum papanya. Entahlah kenapa rasanya masih begitu sangat menyakitkan, walaupun sekuat apapun ia mencoba melupakan, ia tidak bisa.

Mengenai warisan, Danial sama sekali tidak mengharapkan itu, setelah kejadian ini. Bahkan dari dulu, ia bukan orang gila akan harta. Ia hanya ingin hidup bahagia, sesederhana itu saja.

"Tapi Danial, almarhum berkata ini tidak. Ia bahkan seolah memprediksi bahwa kamu tidak akan menerima warisannya, sehingga dia memberikan saya wasiat. Sebagaimana pun kamu menolak, ini tetap untuk kamu. Warisan ini juga tidak bisa di berikan kepada orang begitu saja, termasuk istri keduanya." jelas Yasa.

Almarhum Dandi pernah berpesan itu padanya, seolah tau bahwa Danial akan menolak pemberian dari beliau.

"Saya tetap menolak, pak. Mengenai dana perusahaan, saya akan kembalikan. Saya tidak ingin ini semua," ucap Danial tegas.

Yasa dan Bara menghela nafasnya panjang, mereka berdua memang tau masalah pribadi keluarga Mahendra. Itulah mengapa sehingga mereka lebih memilih bungkam, karena tidak ingin membuat Danial murka.

"Kamu serius Danial?" tanya Bara memastikan.

Danial menganggukkan kepalanya mantap.

Mau memaksa seperti ucapan almarhum Dandi, keduanya memilih mengalah karena Danial benar-benar keras kepala.

"Jiak Danial tidak mau, maka paksa tak apa. Ini haknya." Pesan almarhum kala itu, pada Bara dan Yasa.

"Tapi, almarhum bilang kamu tidak boleh memberikan warisan ini pada istri keduanya. Karena ini hak kamu, terserah kamu mau apakan," jelas Bara.

Danial menganggukkan kepalanya.

"Tanda tangani surat pernyataan ini Danial. Jika memang kamu tidak ingin, juga kami akan akan tangan setelahnya. Terserah mau  kamu apakan warisan juga semua uang ini."

Danial langsung mengambil berkas tersebut, dan menandatanganinya tanpa ragu. Cella hanya diam saja sedari tadi, ia tidak mau ikut campur masalah ini.

"Semua warisan dan dana yang sudah di beri oleh almarhum pada saya, saya sumbangkan semuanya dengan orang-orang kurang mampu, juga para anak yatim." jelas Danial tegas.

Yasa dan Bara hanya menganggukkan kepalanya, pasrah akan keputusan Danial.

"Saya Danial Mahendra, dengan sadar memberikan semua warisan saya dari almarhum papa saya, Dandi Mahendra kepada orang-orang yang membutuhkan."

____

Pendapat kalian mengenai Part ini?

Kata-kata untuk,
Danial? Cella? Yasa? Bara? Dandi?

Pesan buat author?

____
6

September2021

Danial & Cella [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang