|| 24. Pertengkaran

529 55 40
                                    


Hai selamat membaca!

Semoga suka!

___

"Cell! Aku ada dinas di luar kota selama dua hari. Kamu gakpapa kan sendirian?"

Cella yang tengah menonton televisi tersentak. Kenapa Danial bicara begitu? Maksudnya ini terkesan tiba-tiba, apalagi Danial bicara seakan ini adalah keputusannya sendiri. Walaupun nyatanya Danial sendiri memang Bosnya, tapi kenapa sekarang tiba-tiba bicara padanya? Apa karena pertengkaran tadi?

Cella menatap Danial yang juga tengah menatapnya.

"Kenapa mendadak?"

"Sebenarnya enggak mendadak tapi gue lupa ngasih tahu kamu kemarin."

"Boleh gue ikut?"

"Aku cuman pergi untuk kerjaan, Cell."

Cella tersenyum samar, sepertinya Danial tidak mau ia ikut bersamanya.

"Kenapa? Gue nanti cuman di penginapan aja, gak bakal ikut lo kemana-mana. Apalagi ganggu kamu kerja," jelas Cella. Ia menatap Danial yang hanya bergeming saja.

"Cell. Lo harus ngerti aku cuman pergi dua hari aja," ucap Danial.

"Tapi gue gak bakal ngerepotin lo, Danial."

"Tapi gue yang repot!"

"Kenapa lo repot? Gue cuman mau ikut aja, udah. Gue sama sekali gak bakal ganggu kerjaan lo."

"Sekali aja ngertiin gue, Cell."

"Kapan gue gak ngertiin lo. Ha?!" sentak Cella. Danial mengusap wajahnya kasar.

"Gue cuman pergi dua hari. Cella lo gak perlu ikut. Ini permintaan gue sama lo, gue harap lo ngerti!" Danial mulai meninggi kan suaranya. Cella hanya bergeming.

"Kenapa gue gak boleh ikut?"

"Jawab Danial!!" sentak Cella.

"Cell —"

"Apa? Kenapa? Gue cuman pengen ikut udah. Lagian kenapa kalo gue ikut? Itu bakal ganggu lo? Apa karena lo  mau berduaan aja sama selingkuhan Lo!"

Plak.

Cella memegang pipinya yang baru saja di tampar oleh Danial, rasanya panas dan dadanya sakit. Cella mendongakan wajah memandang Danial yang juga tengah menatapnya. Ini adalah kali pertama Danial main tangan padanya. Kenapa rasanya begitu menyakitkan? terutama hatinya.

"Lo nampar gue?"

"Apa bener apa yang gue bilang? Lo selingkuh! Bajingan lo." Cella berlari keluar dari kamar mereka menuju kamar tamu menutup pintunya dengan keras, dan menguncinya.

Danial menatap tangannya yang tadi menampar Cella, tangannya gemetaran begitu juga dengan tubuhnya. Entahlah z tapi semuanya tadi terjadi dengan begitu tiba-tiba. Sungguh.

Danial mengejar Cella, lalu menggedor pintu kamar tamu tersebut, hatinya seperti tersayat mendengar tangisan pilu istrinya.

"Cell, maaf," lirihnya.

Danial mengusap wajahnya frustasi, lalu memukul dinding dengan kuat berkali-kali, hingga tangannya mengeluarkan darah. Ia mengeram frustasi.

"Maaf, Cell. Maaf."

Ia merosot lalu menangis, bersandar pada pintu dimana Cella juga bersandar.

"Maaf, Cell. Gue harus pergi, nanti gue pulang." Danial berucap di depan pintu, tapi Cella masih dengan jelas dapat mendengarnya.

Danial memilih tetap pergi setelah semua masalah mereka? Sungguh? Cella rasanya ingin tertawa juga menangis secara bersamaan. Ia berharap Danial membujuknya ternyata salah, sangat salah. Ia merutuki kepercayaan dirinya yang begitu besar. Benar-benar lucu.

Cella berdiri, berjalan menuju jendela saat mendengar suara deru mobil Danial. Ia menatap pada mobil Danial yang benar-benar berlalu pergi.

Danial meninggalkan Cella dengan luka, juga tangis pilunya.

Ada apa dengan Danial? Kenapa Danial nya berubah? Apa ada orang yang lebih bisa membuatnya tersenyum sehingga mengalahkan dirinya sebagai istri?

Dan keputusan Danial, benar-benar membuat Cella kecewa. Sangat.

___

Hari ini Cella akan pergi ke rumah Ibunya. Semalaman ia menunggu pesan dari Danial, namun suaminya itu sama sekali tidak mengirimkannya pesan. Entah untuk menanyakan kabar pun tidak sama sekali. Apalagi untuk sekedar basa-basi, pertengkaran mereka tadi seolah angin lalu bagi Danial. Lagi-lagi Cella hanya tertawa melihat harapannya, pada Danial yang nyatanya mungkin sekarang tidak memikirkannya. Cella ingin mengirim pesan atau menelpon, tapi ia gengsi sejujurnya. Apalagi Danial yang bersalah disini, menurutnya.

Ia keluar rumah,  sembari menunggu taksi yang ia pesan.

"Cella!"

Cella menoleh saat merasa seseorang memanggil namanya. Ia cukup terkejut melihat.

"Fano," lirihnya.

"Lo apa kabar?" tanya pria itu.

"Baik." Cella menjawab seadanya.

"Lo kenapa disini?" tanya Cella, cukup mengejutkan baginya saat melihat Fano.

"Gue kemarin baru pindah, di samping. Ini rumah gue!" jawabnya, sembari menunjuk rumah berlantai tiga yang berada di samping rumahnya.

Cella menganggukkan kepalanya mengerti. Entah kebetulan atau apa, ia bisa bersebelahan dengan Fano. Mantan pacarnya. Sama halnya seperti Danial, Cella juga mengakhiri hubungannya dengan Fano karena pria itu selingkuh. Namun Cella sama sekali tidak tau Fano selingkuh dengan siapa. Ia juga tidak ingin tahu lagi.

"Bareng istri?"

"Gue belum menikah, Cell."

"Ouh." Cella hanya menganggukkan kepalanya saja.

"Gue duluan ya, gue mau ke rumah Mama. Assalamualaikum," pamitnya lalu berlalu. Ia langsung melambaikan tangannya saat melihat taksi tersebut, lalu segera masuk setelah pamit pada Fano yang masih menatapnya tanpa melepaskan pandangannya.

____

Gimana sama part ini?

Kata-kata untuk Cella ataupun Danial?

Pesan buat Author?

Sampai ketemu di part selanjutnya. Bye-bye!

____

26Agustus2021

Danial & Cella [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang