10

265K 43.2K 1.6K
                                    

Skaya jadi tidak tidur nyenyak karena terbayang tontonan semalam. Saat ini dia sedang menjaga perpustakaan setelah diterima oleh penanggungjawab perpustakaan.

Berulang kali dia menguap sambil menggosok matanya. Menahan kantuk yang terus melanda.

Tadi malam dia harus tersiksa menonton film sialan, baginya. Untungnya, setengah jam video itu terputar, Sagara menghentikannya.

Dari yang Skaya lihat, Sagara nampaknya kurang tertarik menonton sebab dia terus memainkan ponselnya. Hanya beberapa saat saja dia akan melirik video kemudian kembali menatap ponselnya.

Skaya ingin melakukan hal seperti Sagara, namun Zahair dan Alwin terus mengejeknya. Sedangkan Sagara, mana berani mereka melemparkan ejekan tersebut. Itulah yang membuat Skaya geram setengah mati.

Hampir seharian ini Skaya malu bertemu tiga laki-laki itu. Dia merasakan hati nuraninya bersalah. Meski tiga laki-laki itu tidak tahu siapa dirinya yang sebenarnya, tetap saja Skaya tidak enak. Seorang gadis menonton film tidak senonoh dengan tiga laki-laki. Bisa-bisa Skaya gila memikirkan fakta itu.

Tapi bagaimana pun Skaya mencoba menjauh dari teman-teman sekamarnya untuk sementara, dia tidak bisa mengusir yang satu ini.

“Kenapa Big Bos ke sini?”

Sagara memasukkan tangannya ke kantong celana sembari mengedarkan pandangan. “Bagus juga.”

Lalu tatapannya beralih pada Skaya yang menatapnya cemberut. “Emang gue gak boleh ke sini?” tanya Sagara datar.

Skaya mengerjap pelan. Tersadar bahwa dia tidak boleh membuat Big Bos marah, segera dia memaksa ujung bibirnya terangkat membentuk senyuman.

“Siapa bilang! Sembarang aja. Gue senang kok Big Bos bisa meluangkan waktu ke perpustakaan.” celetuknya sambil keluar dari balik meja. “Biar gue kasih kursi terbaik di perpus. Gimana, Big Bos?”

Skaya rencananya mau menempatkan Sagara di deretan tempat membaca yang jauh dari tempat penjaga berada, tapi Sagara malah menghentikannya.

“Di sini pas.”

Skaya menganga lalu membujuk, “Tapi—”

Sayangnya Sagara tidak mendengarkannya dan langsung pergi mencari buku. Skaya mencuatkan bibirnya kesal dan kembali ke mejanya. Dia melirik ke arah di mana Sagara pergi sebelum menunduk membaca novelnya.

Perpustakaan sangat hening. Hanya terdengar berbagai suara gesekan kertas samar. Apa lagi aroma buku yang melayang di udara, memberi kesan menyenangkan bagi pencintanya.

Skaya sementara tenggelam dalam bacaannya. Dan begitu dia mendongak, tatapannya jatuh pada Sagara yang duduk tak jauh menghadap ke arahnya sambil membaca dengan tenang.

Dari tempat Skaya, dia bisa melihat dengan jelas sosok laki-laki itu. Garis-garis wajahnya yang bagus dan matanya yang dingin tertuju pada buku. Terkadang Skaya heran mengapa ada manusia setampan itu di sampingnya. Tersadar dirinya jatuh ke dalam pesona seorang Sagara lagi, dia segera menggeleng sembari menepuk pipinya pelan.

“Untuk saat ini lo gak boleh, Skay.” gumamnya mengingatkan diri. Kan tidak menyenangkan jatuh cinta pada Sagara di saat dirinya masih beridentitas sebagai laki-laki.

Ngomong-ngomong tentang Sagara, Skaya jadi teringat Raya. Sebuah ide tiba-tiba muncul di otaknya. Dia tersenyum miring lalu mengirim chat kepada gadis itu dan melirik Sagara sambil berharap. Semoga Big Bos menggunakan kesempatan ini dengan baik.

Sepuluh menit kemudian, Skaya melihat Raya mendekati tempat Sagara dan duduk di sampingnya. Skaya tersenyum, lalu kembali menunduk dan membiarkan kisah cinta mereka berkembang dengan sendirinya.

Beberapa kali siswi-siswi datang untuk mengajukan peminjaman buku. Skaya berpikir bahwa perpustakaan sekolah ternyata sangat lengkap sehingga semua orang betah di sini. Yah, sejauh ini dia merasa bahwa tidak sia-sia mengeluarkan uang banyak untuk bersekolah di sini.

Karena tidak ada lagi yang mengganggunya, Skaya kembali tenggelam dalam imajinasinya hingga mendengar ketukan di atas mejanya.

“Mau minjam bu—” kata-kata Skaya terputus begitu mendongak. “Big Bos? Masih di sini?” tanyanya heran lalu menoleh ke arah di mana Sagara duduk tadi. Tapi di sana sudah kosong, tidak terlihat sosok Raya sama sekali.

“Waktunya pulang.” Sagara mengingatkan sembari mengedikkan dagu menyuruh Skaya melihat jam tangannya.

“Oh, bener.” Skaya sedikit linglung karena tiba-tiba berhadapan dengan Sagara. Dia melihat sekeliling yang sudah sangat sepi dan merapikan buku-bukunya.

Setelah mengunci perpustakaan dan mengembalikan kunci kepada satpam yang berjaga, akhirnya Skaya dan Sagara bisa kembali ke asrama.

“Gue liat tadi Big Bos sama Raya. Gimana?”

Sagara yang sedari tadi diam meliriknya. “Siapa?”

“Raya. Cewek yang duduk di sebelah Big Bos,” kata Skaya mengingatkan.

Kening laki-laki itu mengerut. “Gak ada.”

“Ada!” seru Skaya gemas. “Jelas-jelas dia ngajak Big Bos ngobrol! Masa nggak inget?”

Sagara menatapnya sambil tersenyum. “Lo tadi merhatiin gue?”

“Hah?”

“Kalo gak, gimana lo bisa tau dia di samping gue.” kata laki-laki itu samar.

Skaya merasa topik mereka menjerumus ke arah yang salah. Dia kan membahas Raya, mengapa jadi dirinya!

“Skara.”

Gadis itu tersentak dari lamunannya. “Hm?”

Sagara ragu-ragu sejenak sebelum mengeluarkan kartu dari dompetnya dan memberikannya kepada Skaya. “Kalo lo butuh sesuatu, beli pake ini. Pinnya 0 enam kali.”

“Big Bos?” Skaya menatap kartu berwarna perak bingung. “Kenapa Big Bos royal banget? Gue gak butuh.”

“Yakin?”

“Astaga, iya Big Bos. Jangan kasih gue uang terus.” Skaya memang suka uang. Tapi jika diteror diberikan uang seperti ini, dia jadi takut juga.

Akhirnya Sagara menyingkirkan kartu tersebut dan menghela napas. Dia kira Skaya sangat kekurangan uang sehingga mencari pekerjaan dan kemarin hanyalah alasan agar tidak dikasihani. Dia ingin membantu, namun Skara nampaknya tidak suka itu.

Tapi tetap saja Sagara tidak ingin menyerah. “Ingat, kalo butuh sesuatu terutama uang bilang ke gue.”

Karena sifat Sagara yang terlalu royal, Skaya jadi takut laki-laki itu menemukan pacar yang matre.

Untuk menghilangkan rasa malunya, Skaya berusaha merangkul pundak Sagara, meski tidak sempurna karena perbedaan tinggi dan besarnya badan. “Oke, Big Bos. Aman.”

Sagara tersenyum lalu menepuk kepalanya. “Bagus.”

Skaya merapatkan bibirnya, menahan senyum yang hendak bermekar di bibirnya. Dia benar-benar merasa bahwa Sagara dan dirinya seperti sepasang adik kakak penuh kasih. Ya, Sagara adalah kakak sedangkan dia adalah adik Sagara yang tercinta.

TBC

May 20, 2021.

Gak kerasa Skaya & the Big Bos udah menemani kalian selama 10 hari berturut-turut😌 vote komennya jangan dilupa.

Mau spoiler ahh. Nanti Sagara bakalan sangat-sangat bucin🤪

Skaya & the Big Boss ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang