15

251K 39K 3.6K
                                    

Tidur nyenyak Skaya terganggu karena dering telepon yang terus menggema. Dia mengucek matanya lalu mendesah pelan. Berusaha bangun mencari biang keladi yang memutuskan mimpi indahnya, dia pada akhirnya menerima telepon tersebut dengan mata terpejam.

Dengan suara lemah dan serak karena baru bangun, Skaya bertanya, “Halo?”

Hening. Tidak ada tanggapan. Kening gadis itu mengerut kesal. “Siapa sih? Cici? Kalo gak bicara gue matiin!”

“Lo siapa?”

Mata Skaya seketika melek mendengar suara berat namun familier itu. Dia buru-buru bangun dan terduduk di atas kasur dengan piama serta rambut berantakan lalu bergegas melihat nama penelpon.

Tubuh gadis itu langsung kaku. Dia kira Cici yang menelpon, maka dari itu dia menggunakan suara aslinya. Tapi yang dia dapati adalah Big Bos! Sagara menelponnya!

Mata Skaya berpedar mencari ponsel aslinya. Melihatnya tergeletak di atas nakas, dia menggigit bibir bawahnya gugup.

Ragu-ragu Skaya menempelkan kembali ponsel tersebut ke telinganya. Sambil memejamkan mata, dia berceletuk, “A-aku Ilona. Maaf ya, kukira ini ponselku. Kamu temannya Kak Skara?”

Oke, nama samaran Ilona sangat bagus! Puji Skaya pada dirinya sendiri dalam hati.

“Kak Skara?” tanya ulang Sagara di seberang, seolah meyakinkan.

Skaya dengan cepat mengangguk dengan serius. Tersadar Sagara tidak dapat melihat anggukannya, dia segera menjawab, “Iya, aku adiknya Kak Skara. Kamu temennya?”

Terdiam sejenak, Sagara akhirnya menyahut, “Hm.”

Skaya menghela napas lega. Benar-benar menegangkan. Untung saja Sagara percaya. Dia ingin menutup telepon ini segera!

Baru saja gadis itu hendak mencari kalimat untuk mengakhiri panggilan, suara Sagara kembali terdengar. “Skara di mana?”

“Oh, itu ....” Skaya mengedarkan pandangan, berusaha mencari alasan. “Kak Skara lagi check up ... iya bener, lagi check up.”

“Pagi tadi di asrama dia sakit. Sekarang dia baik?”

“Iya, Kak. Baik kok. Kak Skara kalo lagi kambuh dikit ya gitu.” Skaya berbicara dengan lancar. Memutar otak sebentar, dia tiba-tiba mendapat ide cermelang. “Di kontak ini Kakak namanya Big Bos. Berarti ini Kak Sagara, ya?”

Sagara di seberang mengerutkan kening sedikit mendengar gadis itu memanggilnya kakak dengan suara riang. Memutuskan berbincang sebentar dengan 'adik Skara', Sagara menyandarkan punggung pada dinding. “Hm. Tau dari mana?”

Skaya menampar pahanya pelan, seolah sangat bersemangat. “Kak Skara sering cerita Kakak, loh! Katanya Kak Sagara itu baik banget, ganteng, terus kuat juga!”

Bahkan di saat-saat seperti ini Skaya berusaha mengoles kebaikan untuk dirinya di mata Sagara.

Sudut bibir Sagara terangkat. Suasana hatinya langsung membaik mendengar kata-katanya itu. “Skara bilang gitu?”

“Iya. Kadang Kak Skara cerita lewat chat. Tadi pagi aja Kak Skara masih sempet buat ceritain Kakak.”

“Oh,”

Skaya menaikkan satu alisnya mendengarnya. Namun dia bisa merasakan dari nada suara Sagara, dia tidak nampak marah. Malah... bahagia?

“Kak Sagara, aku dipanggil Bunda, nih. Aku tutup teleponnya, ya?”

“Tunggu.” Gerakan Skaya yang hendak mengakhiri panggilan terhenti. Sagara kembali bersuara, “Kasih tau Skara, telepon gue kalo dia bebas.”

“O-oke.”

“Hm. Matiin teleponnya.” celetuk Sagara.

Mata Skaya mengerjap. Dia menatap panggilan yang masih tersambung sebelum mematikannya.

Berpikir bahwa Sagara tidak ingin menjadi pihak yang mengakhiri panggilan, wajah gadis itu memerah sambil menenggelamkan wajahnya di atas bantal.

Ahhh! Dia paling suka cowok sopan jika di telepon seperti Sagara!

Di sisi lain, Sagara menatap riwayat panggilan dengan pikiran melayang dan berpikir, jika Skara adalah perempuan, pasti suaranya akan semanis adiknya tadi.

***

Keesokan harinya, Cici yang tadinya berjalan riang seketika terpaku di pagar rumah Skaya. Menatap sosok berambut pendek dan menggunakan hoodie putih, dia mengerutkan kening ragu.

“Lo Skara?”

Skaya tergelak. “Bego!”

Mata Cici melebar. Dia segera menutup kembali pagar dan mendekati Skaya. Memegang kedua pundak sahabatnya sembari menatapnya bolak-balik. “Eh! Lo beneran Skaya bukannya Skara?”

“Enggak, gue Skara.”

Plak!

“Ego. Lo kirain gue bakal kemakan omongan lo!” dengkus Cici sembari melenggang masuk ke rumah Skaya.

Skaya menggosok kepalanya yang ditabok Cici dan meliriknya kesal sebelum mengekori Cici yang masuk seolah-olah ini adalah rumah miliknya sendiri. “Kalo dah tau ngapain tanya, cacing.”

“Bentar, bentar! Gue capek banget.” ujar Cici setelah rebahan di atas sofa.

Skaya terbiasa melihat tingkah laku sahabatnya dan memutuskan mengobrak-abrik tas yang dibawa Cici. Mengangkat wig dari tas, tiba-tiba tangannya dicekal.

“Jelasin dulu. Ngapa rambut lo jadi pendek dan lo minta wig?” selidik Cici penasaran.

Skaya tersenyum miring. “Jalan-jalan dulu, Ci. Pulang nanti baru gue jelasin sedetail-detailnya.”

Cici cemberut. Baru ingin menolak, Skaya segera menariknya. “Bantu gue make up sekalian pakein wig.”

“Iya, Iya, nyonya Skaya.” jawab Cici sambil memutar bola matanya.

TBC

May 25, 2021.

Mau liat Skaya gak? Harus liat dong!

Ini Skaya versi cowok dengan hoodie putih.

Ini Skaya versi cewek dengan rambut panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini Skaya versi cewek dengan rambut panjang.

Ini Skaya versi cewek dengan rambut panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Skaya & the Big Boss ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang