28

232K 40.5K 5.2K
                                    

Happy 10k viewers. Moga bisa sampai 100k, 1M, terus jadi 10M viewers. Muehehe. Berharap dulu.

Jangan lupa vote dan spam komen ya 💫

***

Sagara menatap kursi seberang yang terdapat sang mami dan Skaya. Sedari tadi dia tidak memiliki kesempatan untuk menjauhkan kedua orang itu sebab Iris yang terus menghalanginya mendekat.

“Skara,” panggil Sagara membuat semua atensi beralih padanya. Namun tatapan laki-laki itu lurus tertuju pada Skaya. “Ikut gue pesen.”

Alis Iris terangkat. Ada pelayan yang akan mencatat makanan mereka, namun mengapa Sagara masih repot-repot ke sana? Sebagai orang yang melahirkan Sagara, tentu saja Iris bisa menebak apa yang ingin dilakukannya. Maka dari itu, sebelum Skaya menanggapi, Iris menahannya.

“Skara temenin Mami.” kata wanita itu tanpa berniat membiarkan Sagara menyela. “Zahair sama Alwin temenin Sagara pesen. Apa aja boleh, Mami traktir.”

“Beneran Mih? Asik,” sahut Alwin yang segera berdiri.

Kening Sagara mengerut, tidak setuju dengan pengaturan sang mami. “Mih...”

Iris mempelototinya. “Cepet ke sana.”

Di bawah tatapan Iris, dengan setengah hati Sagara bangkit menyusul Alwin dan Zahair yang pergi duluan. Bahkan sebelum beranjak dari tempatnya, dia masih sempat melirik Skaya yang hanya berdiam diri.

Melihat punggung Sagara yang menjauh, Iris berdecak dan menoleh ke Skaya. “Gimana di asrama? Mereka gak apa-apain kamu, kan?”

Punggung Skaya seketika menjadi tegak. Dia menatap Iris hati-hati. “Mereka baik kok, Tante.”

“Gak perlu pura-pura. Mami tau kamu cewek.”

Deg!

Mata Skaya terbelalak menatap Iris. “Aku—”

“Skara, kamu gak mungkin berpikir bohong ke Mami, kan? Sekilas lihat, Mami langsung tau kamu cewek.” Iris menyunggingkan senyuman tipis. “Mami gak sebodoh mereka ya, Skar.”

Skaya menggigit bibir bawahnya. Tangannya langsung berair saking gugupnya. Iris tidak akan berpikir dia terlalu mesum hingga menyamar menjadi laki-laki demi tinggal di asrama, kan?!

Benar-benar mengerikan! Bagaimana ada orang secerdas Iris yang langsung tahu identitasnya? Bahkan guru di sekolahnya pun tidak tahu!

“Itu... Tan— eh Mami.” Skaya menelan salivanya. “Aku gak sengaja kok. Sebenernya...” Dengan kilat dia menjelaskan kondisinya saat ini.

Iris mendengarkannya penuh perhatian. Dia menatap Skaya dan merasa hatinya meleleh melihat wajahnya yang manis. Awalnya dia marah karena Sagara mengatakan suka laki-laki bernama Skara. Namun kalau laki-laki palsu seperti yang didepannya, Iris pikir tidak apa-apa. Mengulurkan tangan, dia mengelus kepala Skaya lembut.

“Kamu nyaman di asrama bareng cowok? Apa Mami perlu urus biar kamu punya kamar sendiri di asrama?” tawar Iris tidak tega. Pasti sangat berat dikelilingi laki-laki setiap saat. Apa lagi dia gadis. Bagaimana jika terjadi apa-apa?

Mendengar nada kekhawatiran Iris, mata Skaya terasa memanas. Dia terharu karena perhatian wanita ini padahal mereka sendiri baru bertemu beberapa saat yang lalu.

“Gak perlu, Mi. Mereka gak curiga kok.” jawab Skaya apa adanya. Dia tidak bisa menerima kebaikan Iris begitu saja meski di lubuk hatinya ada keinginan tersebut.

“Kelewat bodoh sih mereka.” Nyinyir Iris sinis.

Skaya terkekeh. Ternyata Mami Sagara orangnya begitu asyik dan berpikiran terbuka. Pasti sangat menyenangkan memiliki orang tua sepertinya.

“Kembaran kamu nama Skara, terus kamu namanya siapa, sayang?”

“Skaya, Mih.”

“Oalah, beda satu huruf aja ya.” Iris manggut-manggut. “Pasti orang tua kamu senang punya putri semanis kamu. Sayang sekali Mami gak bisa hamil lagi. Cuma punya anak yang otw jadi malin kundang kek Sagara.”

Skaya hanya tertawa mendengarnya.

“Oke, berhenti bicara. Mereka datang.” Iris mengingatkan ketika melihat tiga sosok yang kembali. Di dalam hati dia tidak bisa menahan kesal. Sagara pasti buru-buru seolah takut dia memakan kekasihnya!

“Mi, soal ini....” Skaya sengaja menggantungkan kalimatnya.

Iris memikirkan perasaan Sagara pada Skaya dan tanpa sadar tersenyum miring. “Tenang aja, Mami orangnya baik kok. Mami gak akan kasih tau Sagara meski dia anak Mami.”

Siapa suruh menjadi anak duharka! Biarkan saja Sagara berpikir dirinya gay.

Sagara duduk kembali di hadapan Skaya. Menatap gadis itu sementara sebelum beralih pada Iris. “Kalian ngomongin apa aja tadi?”

“Kepo kamu.” jawab Iris tenang.

Kening Sagara mengerut karena sifat kekanak-kanakan Maminya dan lebih memilih menanyai Skaya dari sorot matanya. Namun Skaya yang melihatnya hanya menyengir tanpa menjawab, membuat laki-laki itu tidak bisa membantu tetapi berdiam diri hingga acara makan-makan mereka selesai.

“Sering-sering Mih, dateng berkunjung.” celetuk Alwin dengan senyuman lebarnya. Kepuasan tercetak jelas di wajahnya.

“Iya Mami Iris. Lama tak bersua, Mami Iris makin cantik aja.” Zahair mulai mengeluarkan gombalan recehnya.

“Duh, Mami pusing dengerin suara kalian.” Cibir Iris. Begitu sampai di parkiran, dia menarik Skaya untuk cipika-cipiki. Mengabaikan wajah Sagara yang semakin datar. “Skara, nanti Mami hubungin ya. Jangan lupa balesin.”

“Oke, Mi.”

Iris tersenyum dan pergi menaiki mobil yang menjemputnya. Ketika dia pergi, Sagara mendekati Skaya dengan wajah muram.

“Mami bilang apa aja ke lo?”

Skaya tersentak karena tangannya dicekal Sagara. Melihat wajah tertekuk laki-laki itu, dia bertanya-tanya dalam hati apa yang salah? Tidak mungkin Sagara marah karena sedaritadi dia diabaikan maminya sendiri, kan?

“Mami gak ngomong apa-apa kok.” kata Skaya berusaha meyakinkan.

Tapi Sagara tidak mempercayainya secepat itu. “Beneran?”

“Iya, Big Bos.”

Tin tin

“Big Bos! Skara! Ayok naik!” pekik Zahair yang meletakkan tangan di jendela mobil sambil menatap mereka.

“OKE!” balas Skaya dan pergi ke mobil meninggalkan Sagara di tempat.

Sagara menyugar rambutnya. Karena Skaya masih tenang ketika dia mendekat, berarti Maminya belum mengatakan apa-apa tentangnya. Jadi, dia harus memikirkan cara agar meminimalisir pertemuan Skaya dari Iris di masa depan. Untuk berjaga-jaga.

TBC

June 7, 2021.

Skaya & the Big Boss ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang