68

207K 39.8K 13.6K
                                    

Selamat! Kalian bertemu author yang sangat plin-plan dan tidak bisa menerima ending ceritanya sendiri. Setelah 24 jam bertapa, akhirnya aku memutuskan lanjut untuk menutupi kegelisahan diri karena ketidakpuasan terhadap ending cerita S&TBB.

Bagi yang merasa endingnya cukup memuaskan di part lalu, boleh berhenti membaca.

Anggap saja ini season 2 :v

7K votes dan 10K komen for next part.

Sama-sama.

***

Akibat postingan Sagara di akun Instagram pribadinya dua bulan yang lalu, semakin banyak siswi yang menatapnya terang-terangan. Bahkan lebih berani mengungkapkan kasih sayang mereka kepadanya.

Di pikiran mereka, Sagara sebelumnya terlihat sangat sulit untuk didekati, intinya susah tersentuh oleh orang luar. Bahkan mereka hanya bisa mendapati Zahair dan Alwin di sekitar laki-laki itu.

Sebagian orang tak tanggung-tanggung melabeli dirinya merupakan seorang aseksual karena tidak pernah menjalin hubungan dengan lawan jenis. Ada sebagian orang lagi yang menduga dia adalah maho. Dan objeknya antara Zahair dan Alwin.

Mendengar berita itu, Zahair dan Alwin melompat dari tempat saking kagetnya dan mempertegas bahwa mereka tidak!

Masih segar di otak semua siswi atas alibi yang dilayangkan keduanya waktu itu.

BRENGSEK! SIAPA YANG KURANG KERJAAN BILANG GUE GITU?”

“KELUAR ANJIR! MAU BUKTI? SINI MASUK KAMAR ABANG!

Semua siswi langsung meringsut takut karena raungan itu. Namun selain Alwin dan Zahair, tidak ada tanggapan dari Sagara. Hening, seolah laki-laki itu tidak pernah mendengar gosip hangat yang menyebar di seluruh sekolah.

“Gila, kenapa pada semakin agresif ni cewek-cewek?” umpat Zahair yang memegang setumpuk hadiah.

Alwin dengan santai membuka satu bungkus cokelat yang terlihat mahal dan memakannya. “Kita jual lagi aja dah,”

Zahair melirik beberapa boneka dan bergidik. “Ngapain anjir anak cowok dikasih boneka? Sableng ni cewek-cewek.”

Dibanding kedua laki-laki itu yang heboh dan terus menyinyir, Sagara masih tenang duduk di kursinya sambil bertopang dagu. Matanya yang tidak terdapat riak membaca paragraf demi paragraf dari buku di atas meja. Dia pintar karena rajin belajar, meski kelakuan buruk.

Saat ini kelas hanya tersisa ketiganya. Semua jendela terbuka, membiarkan angin alam menjadi AC alami. Sagara menoleh ke jendela di sampingnya, menatap langit biru tanpa awan. Membosankan.

Sejak Skaya tidak tinggal bersama mereka, pintu asrama tertutup untuk orang luar. Mereka tidak menerima pendatang baru. Kata Sagara, kasur Skaya tidak boleh ditempati orang lain.

Beberapa gadis mengintip girang dipinggir pintu. Ingin masuk, namun tidak bisa menahan jantung berdebar di dada. Apa lagi melihat sosok yang duduk di pojok dekat jendela. Sial! Bisa-bisa mereka akan mimisan jika terus melihatnya.

“Masuk, oi!” teriak Alwin yang tak tahan lagi melihat para gadis itu saling mendorong, menentukan siapa yang maju lebih dulu.

Gadis cantik paling tinggi di antara mereka berdeham pelan, merapikan rambut panjang cokelat yang terurai dan masuk, diikuti empat gadis yang bergerak malu-malu.

“Halo, Kak.” sapa gadis itu dengan senyum terbaiknya. Dia memang menghadap Zahair dan Alwin yang duduk di meja, namun matanya diam-diam mencuri pandang pada Sagara.

“Zah, tulis, Zah. Ada lima cewek tambahan.” bisik Alwin kepada Zahair lalu memasang cengiran lebar pada gadis itu. “Iya adek-adek cantik. Perlu apa?”

Selagi Alwin menarik perhatian gadis-gadis itu, Zahair menulis di bukunya. Matanya memutar, hari ini sudah ada 64 gadis yang secara terang-terangan datang ingin berkenalan dengan Sagara.

“Kak Sagara beneran punya pacar, ya?” tanya gadis itu pelan sambil melirik Sagara yang masih bergeming di tempatnya.

“Hooh dek, udah ada pawang dia.” sahut Zahair sambil membuka satu snack pemberian fans Sagara dan memakannya tanpa beban.

“Aaa! Bener dong,” Bukannya sakit hati, lima gadis itu malah menghentakkan kaki tak tahan sambil memegang pipi mereka menahan semangat.

Zahair dan Alwin saling melirik, bingung. Mereka semua punya masalah apa sih? Bukannya menyukai Sagara? Kok malah senang?

“Gak sakit dek? Kan Sagara udah punya ciwi.”

Para gadis itu dengan serempak mengibaskan tangan. “Senenglah kak, berarti kami ada peluang. Cewek lain aja bisa, kenapa kami enggak?”

Ah, begitu! Zahair dan Alwin seketika mengerti pola pikir siswi yang datang bagaikan banjir sejak dua bulan yang lalu.

Gadis lain yang sejak tadi melirik Sagara memukul tangan teman di sampingnya. “Tangan difoto mirip tangan Kak Sagara! Ih iri gue sama tu cewek!”

Mata terang gadis lain segera memberi informasi yang didapatnya. “Ke mana gelang difoto? Kok gak ada?”

“Jangan-jangan Kak Sagara gak punya rasa sama ceweknya! Buktinya gak mau pake gelangnya!” simpul gadis lain bersemangat.

Padahal mereka tidak tahu saja, ketika Sagara pulang ke asrama dengan gelang itu, dia melepaskannya dengan hati-hati lalu meletakkannya di kotak mewah dan menguncinya rapat. Seolah benda itu sangat berharga.

Drttt

Getar dari ponselnya mengambil atensi Sagara. Dia mengambil benda pipih di atas meja, membuka chat yang masuk lalu berdiri dan keluar dari kelas dengan tergesah-gesah. Meninggalkan Zahair dan Alwin yang nampak biasa saja serta 5 gadis yang kaget karena kecepatan perginya.

“Kak Sagara mau ke mana?” tanya salah satu gadis, kecewa.

Zahair mengibaskan tangan dengan enteng. “Paling sembelit.”

Meski lingkungan SMA Lesmana sangat luas, dengan kedua kakinya yang panjang, Sagara hanya butuh waktu selama 15 menit untuk sampai di gerbang sekolah.

Panas menyengat dari atas kepala. Ditambah berlari, ada beberapa bulir peluh di wajah laki-laki itu. Matanya berpedar panik, melihat dengan jelas ke sekelilingnya sebelum terpaku pada sosok kecil berhoodie abu-abu yang menutup kepalanya dengan tudung hoodie.

Sosok itu mendongak bingung mendengar derap langkah yang semakin mendekat. Melihat Sagara, senyum lebar terbit di bibirnya. “Yo Big Bo—”

Ucapannya terpotong karena sebuah pelukan erat yang datang. Awalnya dia kaget. Namun begitu tersadar, dia langsung tertawa geli.

“Aya ... kangen,”

Oke, Skaya seketika mengerti perasaan bersama pacar yang bertingkah seperti bayi besar yang sering disebutkan dalam novel.

TBC

July 20, 2021.

Skaya & the Big Boss ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang