Pada saat ini, ketiga laki-laki itu sudah berada di dalam mobil dengan posisi Alwin sebagai pengemudi, Zahair di kursi samping Alwin, dan Sagara duduk sendiri di jok belakang sambil memejamkan matanya. Raut wajah kelelahannya nampak jelas oleh Alwin dan Zahair, namun seberusaha apa pun mereka menahan laki-laki itu untuk mencari Skaya, mereka tidak bisa menghentikannya.
Tadi tatkala Sagara serta Alwin yang berjalan di belakangnya keluar dari UKS, mereka bertemu dengan Zahair yang rempong mencari mereka di segala tempat. Mendengar keduanya akan mencari Skaya, tentu saja Zahair tidak akan ketinggalan keseruan dan ikut bergabung.
Seperti kata Zahair kepada Skaya, mereka harus bersusah-susah bersama demi memperkuat solidaritas teman sekamar. Meski Skaya ketahuan sebagai seorang gadis, Zahair rasa dia lebih bersemangat untuk menemukannya dan meminta pertanggungjawaban.
Begitu Alwin menghentikan mobil di depan sebuah pekarangan rumah sesuai alamat yang disebut Sagara tadi, dia melirik ke belakang dengan bingung. Sagara terlihat sangat tenang sejak dia mulai memejamkan mata, membuat Alwin takut untuk membangunkannya jika ternyata laki-laki itu sedang tidur.
Namun apa yang dipikirkan Alwin malah berbanding terbalik dengan Zahair. Dia membuka safety beltnya dengan girang seraya berkata dengan tergesah-gesah, “Big Bos, udah sampe!”
Mata Sagara perlahan terbuka. Dia menoleh menatap keluar dan melihat pemandangan sebuah rumah yang agak familier sembari mengatur suasana hatinya.
Melihat Sagara akhirnya membuka pintu dan keluar setelah hening beberapa menit, Zahair dan Alwin segera mengikuti. Dengan langkah pasti mereka mendekat pada rumah tersebut, mengedarkan pandangan mengamati suasana yang sangat hening.
Sagara menekan bel, dan menunggu penghuni rumah tersebut keluar. Namun hingga beberapa saat, tidak ada sosok yang muncul.
“Ini beneran rumahnya Skaya?” tanya Alwin ragu sembari mencoba melihat ke dalam melalui celah pagar.
Sagara hanya meliriknya ringan, namun tidak membalas. Keningnya mengerut begitu merasa bahwa tidak ada orang di dalam. Mungkinkah Skaya tidak di sini?
“Ck, lama ah,” kesal Zahair lalu mulai mengeluarkan aksinya. “SKAYAAA! MAIN YOK!!!”
Alwin langsung menjitak kepala Zahair hingga membuatnya meringis. “Jangan teriak di rumah orang, ogeb!”
“Si babi main mukul kepala gue terus. Kalo gue jadi bego beneran gimana?!” protes Zahair sambil mengusap kepalanya.
“Diem.”
Dengan satu kata dari Sagara, mereka berdua dengan patuh mengikuti dan berdiri diam menonton Sagara menekan bel berulang kali.
“Big Bos, keknya yang di dalem budeg. Udah, pake cara gue aja.” Zahair memberikan ide dan kembali berteriak dengan heboh, “SKAYA, KELUAR WOI! YOK MAIN LAYANG-LAYANG!”
“Berisik anjir,” kata Alwin kesal sambil mengusap kupingnya.
“ASTAGA SIAPA YANG BERISIK SEKALI!”
Pekikan dari dalam membuat Zahair memandang Sagara dan Alwin penuh bangga. “Kan, gue bilang apa. Keknya gue terlalu pinter buat kalian yang biasa-biasa aja.”
Baru ingin Alwin membalasnya, pagar di depan mereka terbuka, menampilkan seorang wanita paruh baya memakai daster yang mengernyit tidak suka.
“Kalian siapa?”
Zahair langsung mengambil postur lurus sambil mengatupkan kedua tangannya di depan dan berkata dengan sopan, “Selamat sore, Bibi. Perkenalkan, nama saya Zahair si ganteng. Saya sebagai perwakilan di sini ingin bertanya, apakah ini rumahnya Skaya? Jika benar, bisa dipanggil majikannya, Bi?”
Mata wanita itu melebar dan mengangkat tangannya yang memegang kemoceng untuk menggertaknya karena marah. “Majikan apa?! Saya bundanya Skaya!”
“Pftt—” Alwin meletakkan kepalan tangannya di depan bibir dengan mimik menahan tawa hingga punggungnya bergetar.
Mulut Zahair terbuka lebar. Melihat dari atas hingga bawah, tenggorokannya seketika terasa kering. Dan mendapati pelototan wanita itu, dia menyeret kakinya dengan kikuk untuk bersembunyi di belakang Sagara.
“Tante pake daster, rambut berantakan terus ada serbet di bahu, sih. Saya kira kan pembantu,” cicit Zahair yang telah bersembunyi aman dibalik sosok Sagara.
Meski Zahair mencicit, namun suaranya cukup besar untuk didengar Verana. Dia sontak memegang rambutnya yang terikat berantakan dengan kening berkerut. Dia sedang membereskan rumah sejak tadi karena baru kembali dari Bandung, jadi tentu saja penampilannya sangat berantakan.
Menatap para remaja di depannya dengan risih, Verana bertanya tidak ramah, “Ada perlu apa kalian rusuh di rumah saya? Perlu saya panggil polisi buat usir kalian?!”
“Eh, jangan Tante.” Alwin mengangkat tangannya untuk menolak. “Kami anak baik, kok.”
Terdiam sejak tadi, akhirnya Sagara membuka mulut, “Maaf mengganggu, kami di sini mau nyari Skaya. Dia ada, Tante?”
Verana akhirnya menjatuhkan matanya pada sosok Sagara. Dia terdiam sesaat sebelum menjawab, “Kenapa nyari anak saya?”
“Kita temennya Skaya, Tan.” Sahut Alwin cepat.
“Dia gak punya temen di Jakarta, jangan nipu saya ya kalian.” sungut Verana masih curiga.
“Kita juga temennya Skara. Mau nyari kembarannya buat ngumpul bareng doang, Tan. Nanti anaknya dibalikin lagi kok ke sini.” bujuk Alwin dengan mata berbinar.
Verana masih curiga, namun mendengar mereka menyebut Skara, dia mulai tenang. “Skaya gak di sini. Dia sekolah di luar kota. Kalian pergi main sama Skara aja. Skaya gak bisa temenan sama cowok.”
Alis Sagara terangkat. Teringat ucapan Skaya sebelumnya, dia mulai mengerti secara langsung. Sepertinya Verana tidak suka Skaya bergaul dengan laki-laki.
“Sekolah di mana?” tanya Sagara membuat tatapan Verana kembali padanya.
“Buat apa kamu tau? Udah kalian balik sekarang, jangan ganggu saya lagi.” Verana dengan tegas menutup pagar kembali dan masuk ke dalam.
Ditinggal dengan kejam, Mereka bertiga terdiam sesaat tanpa sedikit pun bergerakan.
“Buset, si Tante garang banget.” Alwin mengembuskan napas sembari mengusap dadanya.
“Gue gak salah sangka dong tadi. Siapa suruh tantenya cosplay kek pembantu.” Zahair yang sejak tadi menyembunyikan diri karena takut setelah menyinggung Verana pun bebas bersuara.
Alwin melirik Sagara dengan tatapan penuh arti. “Big Bos, mertua lo tuh. Hati-hati entar pas nikah lo dimakan! Rawr!”
“Gue nikahnya sama Skaya, bukan emaknya. Jadi gue yang makan anaknya. Jelas?” Sagara melirik keduanya sambil tersenyum miring sebelum berbalik meninggalkan keduanya yang melongo. Sebagai sesama laki-laki, mereka langsung mengerti arti dari kata-kata Sagara.
“SHIT! KITA MESTI AMANKAN SKAYA DARI BIG BOS NANTI!”
TBC
July 04, 2021.
Jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya buat update besok! Spam next di sini sabilah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skaya & the Big Boss ✓
Fiksi Remaja[SUDAH TERBIT & Part Masih Lengkap] Karena suatu alasan, Skaya Agnibrata harus menyamar menjadi seorang laki-laki dan tinggal di asrama laki-laki sekolah. Penyamarannya menuntut Skaya mengubah kebiasaan dan perilakunya. Ada seorang siswa yang disega...