Skaya mengedarkan pandangannya, menatap bar yang ramai dan berisik membuat telinganya berdengung sebentar. Dia menggosok telinganya sambil meringis pelan. Melihat ketiga laki-laki itu semakin masuk, dengan terburu-buru dia mengekori.
“Uhuy! Akhirnya balik lagi.” celetuk Alwin bahagia menatap orang-orang yang bergoyang mengikuti musik dari DJ. Dia tidak sabar untuk ikut bergabung dan menjadi bagian dari mereka.
Sagara menarik Skaya yang menatap sekitarnya untuk duduk memesan minuman. Diikuti Zahair di belakangnya.
“Mocktail satu.” kata Sagara kepada bartender.
“Cocktail satu, bro.” Zahair ikut memesan.
Skaya menatap Zahair dan Sagara bergantian, kurang mengerti jenis minuman apa yang mereka pesan. Mencoba mengingat minuman yang sering dipesan pemeran utama dalam novel, mata Skaya berbinar.
“Vodka satu!”
Sagara dan Zahair menatap Skaya kaget. Jelas tidak menyangka dia akan memesan minuman alkohol itu.
“Punya dia nggak usah, njir.” sahut Zahair cepat. “Ngapain lo ikut pesen, ngab? Big Bos udah pesanin buat lo.”
“Oh gitu? Gue kira buat Big Bos sendiri.” balas Skaya sambil cengengesan.
“Sejak kapan Big Bos ke sini cuma pesen mocktail?” Zahair menggeleng-gelengkan kepala. “Baru pertama kali ke sini lo?”
Skaya mengangguk antusias. “Bonyok gue gak suka gue ke tempat ginian.”
“Haduh, the real anak rumahan.” gumam Zahair kasihan.
Sagara hendak mengatakan sesuatu namun seorang pria datang mendekatinya dan berbisik sesuatu. Keningnya berkerut sedikit dan menatap Skaya yang sedang memperhatikan bartender tengah membuat minuman.
“Lo di sini sama Zahair dulu, gue harus ngurus sesuatu.” kata laki-laki itu kepada Skaya yang segera disetujui gadis itu.
Melihat Sagara pergi diikuti pria tersebut, Skaya menoleh ke Zahair dengan penasaran. “Tadi sore kata Alwin ini bar milik Big Bos. Beneran?”
“Hooh. Big Bos mah usahanya banyak, bukan bar doang. Dia buat tempat ini cuma iseng. Makanya jangan heran duitnya banyak.”
“Wow.” gumam Skaya penuh apresiasi.
Begitu kedua minuman yang dipesan tadi datang, mata Skaya berbinar. Dia segera mengambil yang ada di hadapannya dan menyesapnya.
Kening Skaya mengerut dan merinding merasakan minuman tersebut. “Asem pahit!” gumamnya.
Mengerjap pelan, dia kembali menyesapnya. Setelah beberapa kali merasakannya, mata Skaya berbinar karena merasa minuman itu sangat enak membuatnya ketagihan.
Zahair yang melihat tingkahnya menggeleng pelan. Skaya saat ini seperti anak kecil yang baru mendapat mainan kesukaannya. Sambil mengamati Skaya, dia menyeruput minumannya. Namun seketika wajahnya berubah.
“Shit. Ini mah mocktail!” seru Zahair begitu hanya menemukan rasa manis dari jus buah. Dia melirik minuman di tangan Skaya, membuat gadis itu merasa bahaya dan segera meringsut menjauh.
Zahair berdecih kesal melihat sikap defensifnya. “Gak bakal gue rebut, bazeng!”
Terpikirkan sesuatu, Zahair segera mengeluarkan ponsel dan mencari sesuatu di google. Melihat bahwa tidak ada yang mengatakan seseorang yang memiliki penyakit jantung tidak boleh minum alkohol, dia bernapas lega.
“Bro, cocktail satu lagi.” pesan Zahair.
“Gue juga!” pekik Skaya dengan suara ceria.
Kepala Zahair tertoleh ke Skaya. Melihat masih ada setengah di gelasnya, dia mencerca, “Masih ada itu, Skar. Jangan mubazir!”
Mata Skaya menyipit menatap Zahair. “Gak ada urusannya sama lo, jelek!”
“Apa? Jelek?!” Zahair melotot. “Coba ngomong lagi kalo berani!”
“Jelek, jelek, jelek, jelek, jelek!” kata Skaya berulang-ulang kemudian tertawa lepas. “Zahair jelek!!!”
“SKARA!” Zahair menarik napas lalu menghembuskannya, berusaha tenang. Mengamati wajah Skaya, jelas bahwa dia sudah sangat mabuk. “Cih, baru segitu doang udah teler lo.”
Ketika minumannya datang lagi, Zahair segera menyeruputnya. Dia kemudian melirik Skaya yang masih minum dengan ekspresi penuh kepuasan. Kalau saja Big Bos tidak menyuruhnya menjaga Skaya, mungkin dia akan segera bergabung dengan Alwin di lantai dansa.
Begitu Sagara datang, yang dia lihat adalah dua orang yang tengah mabuk. Sorot matanya berubah dingin menatap Zahair yang masih sibuk menegak minumannya.
Skaya menoleh tatkala merasakan seseorang mendekat. Melihat Sagara, mata Skaya melebar senang. “Ah! Cowok ganteng!”
Zahair yang mendengarnya menoleh. Mengetahui siapa yang dipanggil, dengan segera dia berdiri. “Big Bos.”
Sagara menatap Skaya yang melihatnya gembira dengan wajah memerah karena mabuk sebelum mengalihkan tatapan ke Zahair. “Kenapa dia bisa mabuk?”
Zahair menggaruk tengkuknya, sedikit merinding mendengar nada suara Sagara yang dingin. “Minuman gue sama Skara ketuker. Pas gue sadar, dia udah mabuk aja.”
“Ganteng, jangan ngomong sama orang jelek.” nasihat Skaya sambil menarik-narik tangan Sagara yang berdiri di sampingnya.
Mata Zahair melotot, sedangkan Sagara merasa sedikit lucu.
Begitu Skaya hendak minum lagi, Sagara segera menarik minumannya menjauh. “Stop minum. Lo udah mabuk.”
Skaya menatap Sagara dengan memelas. Air mata memenuhi pelupuk matanya. “Cowok ganteng jahat... hiks,”
“Heh, Skara. Itu Big Bos, bukan cowok ganteng.” kata Zahair mencoba membuat Skaya sadar.
Mata Skaya mengerjap. Dia menatap Zahair lalu kembali pada Sagara. “Big Bos?”
“Pinter.” Zahair mengangguk-angguk puas.
Namun yang tidak disangka, Skaya malah melompat ke dalam pelukan Sagara dan melingkarkan kedua tangannya di leher laki-laki itu dengan erat. “Huaaa! Big Bos marah sama gue, hiks.”
Sagara termundur beberapa langkah karena pelukan tiba-tiba itu sebelum mendapat pijakan yang seimbang. “Gue gak marah.”
Skaya menggeleng di ceruk leher Sagara. “Marah!”
“Enggak, Skara.” Sagara sedikit tidak berdaya menghadapi Skaya yang mabuk. “Kapan gue marah?”
“Waktu itu di UKS! Terus paginya Big Bos ke sekolah gak ngajak gue. Hiks,”
Sagara terkekeh. “Gue gak marah.” Dia cuma merasa bingung tentang perasaannya.
“Marah!”
Menghela napas, Sagara menatap Zahair. “Cari Alwin dan balik ke asrama. Gue duluan sama Skara.”
“Gerbang belakang gak dikunci.” Kata Zahair menyetujui.
Penjagaan sekolah sangat ketat. Mereka ke sini saja harus menyelinap diam-diam melewati gerbang tersembunyi yang mengantarkan mereka pada basement tempat anak-anak SMA Lesmana menyimpan kendaraannya.
Setelah itu, Sagara menarik Skaya yang masih keras kepala untuk minum. Begitu sampai di mobil, Sagara berkata, “Masuk.”
Mata Skaya mengerjap. Kepalanya sedikit pusing. Mendengar suaranya, dia menoleh dengan penasaran. Tatkala melihat wajah Sagara, dia tersenyum cerah.
“Cowok ganteng!” sapa gadis itu dan kembali melemparkan diri ke dalam pelukan Sagara dengan cengengesan, “Hehehehe....”
Oke, Skaya tidak boleh mabuk lagi di masa depan. Komitmen Sagara dalam hati.
TBC
May 28, 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skaya & the Big Boss ✓
Novela Juvenil[SUDAH TERBIT & Part Masih Lengkap] Karena suatu alasan, Skaya Agnibrata harus menyamar menjadi seorang laki-laki dan tinggal di asrama laki-laki sekolah. Penyamarannya menuntut Skaya mengubah kebiasaan dan perilakunya. Ada seorang siswa yang disega...