69

200K 38K 12.5K
                                    

Dulu Sagara berpikir, pacaran itu terlalu membuang waktu. Kadang mendengar Zahair dan Alwin berbicara mengenai gadis-gadis yang mereka kencani, dia hanya melirik mereka aneh. Terlalu sia-sia, pikirnya. Apa lagi mendengar pasangan yang memiliki hubungan jarak jauh. Sagara pikir, jika suatu saat nanti dia pacaran, dia tidak akan seperti orang lain yang mengeluh hingga merengek merindukan pasangannya.

Namun pada kenyataannya, dia malah mengalami semua itu setelah menjalin hubungan dengan Skaya. Dua bulan berpisah karena sekolah hingga kota yang berbeda, dia hampir berpikir untuk pindah sekolah.

Tetapi siapa Skaya? Gadis keras kepala yang tidak akan mengizinkannya melakukan semua itu. Skaya sangat menyukai SMA Lesmana, jadi tentu tidak akan membiarkan Sagara keluar dari sana.

Memeluk gadisnya dengan erat, Sagara sangat enggan untuk berpisah. Namun di bawah desakan Skaya, akhirnya dia melonggarkan pelukannya dan mengelus kepala gadis itu yang masih terbungkus tudung hoodie.

“Kenapa gak bilang-bilang mau dateng?” tanya laki-laki itu lembut.

Skaya terkekeh sambil menjaga jarak. Tak lupa dia mengedarkan pandangan dan berharap tidak ada yang melihat mereka. “Surprise!

Alis Sagara terangkat. “Gak sekolah?” Pasalnya Skaya sangat menjunjung tinggi presensi di sekolah. Dia bahkan tidak sungkan untuk marah jika Sagara ketahuan membolos. Informasi yang dia dapat dari mulut embernya Zahair dan Alwin.

“Libur kenaikan kelas, dong.” Balas Skaya senang. Mengamati Sagara yang masih mengenakan seragam, dia menyeringai sambil menyodok dada laki-laki itu menggunakan jari telunjuknya.

“Belum ujian? Kasihan,” ejek gadis itu dengan nada miris.

Sagara menangkap jarinya yang terus menusuk dadanya. Melihat wajah gadis itu yang menyeringai licik, dia terkekeh lalu mencubit pipinya. “Tunangannya siapa, sih? Gemesin banget.”

“Gak tau. Lupa.”

Karena wajah gadis itu yang memerah, Sagara berhenti menggodanya. Dia menautkan jemari mereka erat dan bertanya, “Mau mampir ke kamar asrama?”

“Hah? Boleh?!” Mata Skaya berbinar semangat. Namun memikirkan sesuatu, dia segera mengambil sikap defensif. Matanya memicing. “Lo ....”

Sagara tersenyum lalu mendorong keningnya pelan. “Apa?”

“Emang gak papa? Nanti Zahair dan Alwin malah heboh gimana?”

“Ada gue. Emang mereka berani?” tanya Sagara penuh percaya diri lalu menarik Skaya memasuki lingkungan sekolah.

Mengamati lingkungan yang amat dia kenali, Skaya segera menarik tudungnya untuk menutup wajahnya sebisa mungkin. Jangan sampai ketahuan!

“Skara?”

Buru-buru Skaya melepaskan gandengan tangannya dengan Sagara begitu mendengar sapaan tersebut. Menoleh, dia mendapati dua laki-laki yang agak akrab di ingatannya.

“H-hah?”

Alis Sagara terangkat lalu menahan senyuman yang hendak terulas begitu mendengar suara rendah buatan Skaya. Sepertinya dia akan memasuki akting menjadi Skara.

“Bukannya tadi lo di kantin? Kenapa bisa di sini?” tanya salah satu laki-laki penasaran. “Wih, hebat juga lo, kantin jauh di sana dan dalam 10 menit udah berubah baju aja.”

Skaya tanpa sadar hendak menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Untung saja dia menggunakan hoodie oversize yang menutupi sosoknya!

“Gak tau lo gue punya kekuatan super?!” balas Skaya tajam.

Skaya & the Big Boss ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang