61

198K 40K 14K
                                    

“SKAYA!”

“Bu, tenang!”

“Gimana Ibu bisa tenang! Skara lagi terluka!”

Iris menatap dua sosok yang mendekat sontak berdiri. “Maaf, ini rumah sakit. Bisa volume suaranya dikecilkan?”

Nenek Naya meliriknya dan membuang muka. “Di mana kamar Skaya?! Tadi kata perawat di sini?”

“Ada apa dengan Skaya sampai nyonya datang mencarinya dengan keributan?” Danar menatap mereka datar, dalam hati sudah membuat spekulasi tersendiri tentang mereka.

“Ini masalah keluarga saya. Kamu orang luar tidak perlu ikut campur.”

“Ibu, tenang.” Verana berbisik pada Nenek Naya, membuat wanita tua itu menatapnya tidak senang.

“Kamu gak kasihan Skara apa? Badannya luka-luka gitu. Skaya juga ada di sana tapi kenapa Skara bisa terluka?” ujar Nenek Naya penuh kekesalan.

Kening Iris mengerut dalam mendengarnya. “Jika berbicara mengenai hal ini, bukan hanya Skara saja yang terluka tapi Skaya juga. Kepalanya terluka parah hingga perlu dijahit berulang kali dan sampai sekarang belum siuman. Nyonya tidak memikirkan kondisi cucu perempuan anda?”

“Cucu perempuan apa?! Ngelindungin kakaknya aja tidak bisa.”

Pintu bangsal terbuka. Sagara keluar karena keributan di koridor. “Kenapa berisik banget?”

“Oh Big Bos!” Zahair yang tadinya asyik menonton perseteruan langsung berdiri. “Nenek lamp— tua ini dateng-dateng marahin Skaya.”

Nenek Naya menatap Zahair dengan mata melotot, namun laki-laki itu tetap bergeming di tempat sambil menjaga martabat yang tenang. Hah, dikira dia takut? Tentu saja tidak. Ada banyak pelindungnya di sini.

Tatapan Sagara beralih ke sisi kanannya, menatap dua wanita itu dengan alis terangkat. “Oh ini keluarganya Skaya?”

Sagara sudah tahu banyak mengenai perlakuan keluarga Skaya kepada gadis itu. Dari Skaya yang enggan bercerita banyak mengenai keluarganya hingga cerita Cici yang ditambah bumbu sehingga pandangan Sagara terhadap keluarga gadisnya semakin buruk.

“Siapa kamu?” Nenek Naya menatap Sagara dari atas hingga bawah. “Ini kamar Skaya, kan? Biarkan saya masuk.”

Dengan cepat Sagara menutup pintu rapat, memblokir wanita tua itu di depan pintu.

“Bukannya kamu temennya Skara? Temen kalian kesusahan kenapa gak dijenguk?” Meski pertemuan mereka sudah lama, Verana masih samar-samar mengingat remaja yang datang ke rumahnya dan mengaku sebagai teman Skara.

“Mereka temen Skara? Ayo ikut saya bertemu Skara, pasti dia seneng liat temennya dateng.” ujar Nenek Naya agak melunak.

Sagara tidak memperdulikan mereka dan menatap Iris serta Danar yang diam mengamati. “Mami inget Skaya sakit dan berobat di luar negeri? Yang temenin dia ke sana itu orang luar, bukan keluarganya. Jadi gak usah peduliin mereka.”

Iris tercengang mendengarnya dan menatap Verana dari bawah hingga atas. “Anda Ibunya Skaya? Gak kasihan sama anak gadismu sendiri?”

Verana bergerak sedikit gelisah dengan kerutan tidak sabar di keningnya. “Dia udah besar, bisa ngurus diri sendiri.”

“Anda tau ada Undang-Undang yang mengatur tentang kesejahteraan anak?” Iris bersedekap dada dengan wajah serius. “Dalam pasal 1, dijelaskan kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Anda sebagai seorang ibu apa sudah melakukannya dengan benar?”

“Buat apa anda ikut campur?”

“Saya tidak suka berbicara dengan orang yang tong kosong nyaring bunyinya. Saya nanya, sebagai seorang ibu apa anda sudah melakukannya dengan baik pada putri anda?” balas Iris sengit.

“Tentu saja. Kalau dia tidak diurus dengan benar, dari mana dia bisa mendapatkan pendidikan yang baik, pakaian dan makanan?”

“Lalu di mana tanggung jawab anda selama Skaya sakit? Dia seorang gadis dan pastinya membutuhkan perawatan dan kasih sayang anda.” Iris benar-benar tidak menyukai orang tua seperti ini. Jika memang tidak bisa menjadi orang tua yang baik, kenapa memutuskan mempunyai anak? Ada banyak orang yang menginginkan karunia itu, tetapi dia malah menyia-nyiakannya.

“Sekarang Skaya sembuh, kan? Kenapa anda terlalu mencampuri urusan keluarga kami?” Verana sejak awal merasa tidak nyaman, apa lagi ditatap oleh orang-orang ini.

“Saya belum selesai bicara. Berdasarkan pasal 2, anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar.” Iris menjelaskan dengan panjang lebar. “Anda tidak tahu tentang ini? Perlu saya belikan Undang-Undang perlindungan anak sehingga kalian bisa mempelajarinya dengan baik?”

“Anjir! Mami Iris keren banget,” puji Zahair sambil bertepuk tangan pelan.

“Ayo Mi! Hajar!” celetuk Alwin sambil mengangkat kepalan tangannya saking bersemangat menonton pertunjukan ini.

Mendengar suara samar Zahair dan Alwin, Iris tanpa sadar menegakkan punggung penuh percaya diri. “Jika anda tidak bisa menjaga Skaya dengan benar, saya tidak sungkan mengadopsinya.”

Kali ini Sagara yang menatap Iris dengan tidak suka, sedangkan Danar mengangguk-angguk membenarkan.

“K-kalian....” Nenek Naya yang sejak tadi diam membisu tidak bisa berkata-kata.

“IBU!” Wiro melangkah cepat dengan ekspresi keruh. Dia tahu Ibunya membuat masalah, maka dari itu dia segera mencari mereka ke sini. Menatap Iris dan Danar, dia mengangguk pelan. “Maafkan Ibu saya sudah membuat keributan.”

“Iya, Pak. Tolong didik ya. Cucu perempuan dan putrinya lagi kritis tapi malah mau nyari masalah.” Sindir Iris langsung membuat Wiro menahan malu.

Pria itu segera menarik Nenek Naya menjauh dengan paksa, tak menghiraukan penolakan wanita tua itu. Sedangkan Verana hanya diam mengikutinya pergi.

“Kasihan sekali Skaya punya keluarga kayak gini.” Menghempuskan napas, Iris menggeleng-geleng lalu melirik Danar. “Gimana Pi? Bisa ngurus biar Skaya jadi anak kita?”

“Gak bisa!” tolak Sagara mentah. “Skaya bisa masuk ke keluarga kita, tapi sebagai menantu kalian.”

“Eh, gak papa loh Big Bos.” Zahair ikut menimbrungi. “Biar nanti judul sinetronnya, aku mencintai mantan pacarku yang diadopsi Mamiku menjadi adik tiriku. Mantul gak tuh.”

“Kepanjangan ego. Lebih mantep, aku kawin lari dengan adik tiriku. Beuhh!” Timpal Alwin menggebu.

“Diam.” kata Sagara, Danar dan Iris serempak.

Zahair dan Alwin saling berimpitan karena ditatap nyalang oleh ketiga orang itu.

Sagara menatap Iris dan Danar. “Gak ada yang boleh adopsi Skaya atau rumah aku bakar,” ancamnya sebelum kembali masuk ke bangsal.

TBC

July 12, 2021.

5K komen lagi yak. Spam seperti biasa di sini.

Skaya & the Big Boss ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang