59

196K 37.3K 6.7K
                                    

Di antara kerumunan orang yang hilir mudik, gadis itu tersenyum lebar. Ah, akhirnya dia kembali!

Keira yang menggeret kopernya terhenti begitu menyadari bahwa gadis yang sedari tadi mengekorinya tidak ada. “Skaya, ayo.”

Skaya mengerjap. Alih-alih mengikuti wanita itu, dia malah mengangkat ponselnya dengan ceria. “Aku keluar bentar ya, Tan.”

Wanita itu terdiam sesaat sebelum mengangguk. “Tapi jangan lama-lama. Besok kita balik ke Surabaya. Siniin kopermu, biar Tante bawa sekalian ke hotel.”

“Makasih Tante.”

Setelah melambaikan tangan pada sosok Keira yang sudah menaiki mobil jemputan, dengan cepat Skaya mengaktifkan ponselnya dan memesan ojol. Sudah dua hari dia tidak menghubungi siapa pun dan sengaja tidak memberitahu mereka semua bahwa dia akan kembali.

Empat bulan lebih ini Skaya habiskan untuk kemoterapi sebanyak 6 kali selama 21 hari sekali. Awalnya Skaya takut dia tidak bisa bertahan dengan penyakit ini, namun sepertinya Tuhan masih ingin dia menjalani hidup di bumi. Karena diberikan kesempatan yang besar ini, tentu dia tidak akan menyia-nyiakannya.

Dalam perjalanannya menuju tempat tujuan, alis Skaya terangkat melihat notifikasi yang masuk. Senyum tipis terulas di bibirnya begitu dia membaca chat Sagara.

“Neng,”

Skaya mendongak. “Iya Pak?”

“Eneng gak sekolah? Kan hari Senin.”

“APA? BAPAK ENEK DI SELOKAN?” Teriak Skaya yang tidak mendengar ucapan driver ojol tersebut.

“Nggak Neng. Saya bilang, Neng gak ke sekolah? Habis liburan, ya?”

“HAH? SAYURAN BAPAK HABIS? KOK BISA?”

Sepanjang jalan selain suara kendaraan, terdapat pekikan Skaya yang gagal paham akan pembicaraan driver ojol tersebut hingga sampai di tempat tujuan.

“Makasih, Pak. Udah saya bayar lewat aplikasi.” Begitu driver tersebut pergi, Skaya mengalihkan tatapan pada gerbang sekolah yang sangat familier itu.

Ada perasaan tak terkatakan di dadanya. Terlalu banyak kenangan menyenangkan di sini, membuatnya bernostalgia sejenak. Melirik arloji hitam di tangan kirinya, sekarang saatnya jam istirahat. Tidak mungkin Sagara keluar melewati gerbang utama, jadi Skaya memutuskan berjalan memutar menuju basement.

Namun apa yang tidak disangkanya, dia malah melihat sosok saudara kembarnya keluar dari basement dan berjalan menuju jalan kecil yang tak jauh dari sana.

“Skara?” Gumam Skaya tak percaya. Untuk apa dia berjalan ke sana? Setahunya, tempat itu sangat sepi dan berdasarkan cerita Zahair, jalan itu kadang menjadi tempat sekumpulan berandalan.

Ragu-ragu sejenak, Skaya akhirnya mengetik sebuah kalimat dan berlari kecil menyusul Skara yang tak lagi terlihat. Hanya ada satu jalan, jadi dengan berjalan lurus pasti dia akan menemukan Skara.

“GUA BILANG BELIIN YA BELIIN!”

Mata Skaya melebar melihat kembarannya dipukul secara kasar oleh seorang laki-laki berpenampilan acak-acakan. Nampaknya laki-laki itu sedang mabuk sebab cara berdirinya terhuyung-huyung.

Melihat sekeliling, mata Skaya jatuh pada sebuah ranting pohon yang cukup besar untuk menjatuhkan orang. Dia berjalan dengan pelan agar tidak disadari oleh laki-laki itu dan tatkala berdiri tepat di belakangnya, dengan keras Skaya memukul punggungnya hingga laki-laki itu terjatuh ke samping sambil meringis kesakitan.

Tidak ingin membuang waktu, gadis itu segera membantu Skara bangun dan menariknya pergi.

“Lo ngapain di sini?!” Skara menatap Skaya tajam. “Lepas!”

“Kita harus kabur sebelum dia bangun. Lo gak liat muka lo udah babak belur?” sahut Skaya tanpa melepaskan tangan kembarannya.

Namun sayangnya laki-laki itu tidak mendengarkannya dan menarik kembali tangannya dengan kasar. Langkah Skaya otomatis terhenti dan menatapnya kesal. “Lo ngapain sih pergi ke tempat kek gini?”

Skara terdiam. Kepribadiannya yang terlalu tertutup sejak kecil membuatnya selalu ingin menyendiri. Kemarin dia diajak pergi keluar oleh teman sekamarnya dan secara tak sengaja melihat jalan ini. Nampaknya sangat damai, jadi hari ini dia hendak menenangkan diri di sini. Siapa tahu ada orang mabuk yang menghadangnya dan menyuruhnya pergi membeli bir serta rokok. Tanpa basa-basi Skara menolak, yang langsung disambut pukulan brutal oleh orang tersebut.

Melihat Skaya di sini, suasana hatinya semakin memburuk. “Buat apa lo peduli, hah? Jangan sok care ke gue. Gue gak butuh!”

“Bukannya gue sok care. Tapi kalo terjadi apa-apa sama lo, gue yang disalahin!” balas Skaya. Dia menggertakkan gigi menghadapi sang kakak dengan dada terasa sesak. “Walau gue gak ada di sini dan lo terluka, Bunda pasti salahin gue. Lo gak paham?”

“Itu urusan lo.” Skara berbalik pergi.

“Lo— AH...” Skaya menutup kepalanya yang tiba-tiba dibentur sebuah benda keras.

“ANJING! BERANI-BERANINYA LO MUKUL GUA!” Pekikan nyaring itu terdengar dari belakang.

“Skaya!” Skara membelalakan mata melihat gadis itu terjatuh ke tanah. Mengalihkan tatapan, dia menatap ngeri laki-laki tadi yang sedang memegang botol kaca dari bir. Sepertinya benda itulah yang dia gunakan untuk memukul kepala Skaya.

Mata laki-laki itu cerah melihat Skaya yang terbaring di bawahnya. Menjilat bibirnya, dia membuang botol di tangannya. “Ternyata cewek.”

“Sial.” Sebelumnya Skara takut untuk mendekat, namun melihat laki-laki itu membuka ikat pinggangnya, matanya melotot dan berlari mendorongnya.

“Minggir!” Laki-laki itu menendang Skara hingga tersungkur. Merasa pusing efek mabuknya, dia menggeleng dan kembali menendang Skara ganas. “Dafuq!”

Skara mengerang sakit karena tendangannya. Tidak ada cara melawan laki-laki yang memiliki badan lebih besar itu, apa lagi fisik Skara lemah. Dia kira tendangan itu akan berlanjut, tetapi untuk beberapa saat tidak ada lagi rasa sakit baru membuatnya berusaha membuka mata dan samar-samar melihat sosok kecil yang melawan laki-laki itu.

“Argh!” Laki-laki itu terjatuh kehilangan kesadaran setelah empat kali pukulan di kepalanya.

PRANG!

Botol bir terlepas dari tangan Skaya dan pecah di atas aspal. Kepalanya sangat pusing akibat pukulan sebelumnya. Melirik Skara, dia melangkah mendekat dengan gontai. “K-kak...” Namun dia terlalu melebih-lebihkan kekuatannya karena tak lama setelah berjalan, dia ambruk.

Sebelum kesadaran gadis itu menghilang, samar-samar dia mendengar kebisingan di sekitarnya. Sebuah pelukan hangat melingkupinya dengan aroma samar yang familier serta bisikan maaf namun anehnya membuat hatinya lebih tenang.

TBC

July 10, 2021.

Spam komen di sini biar besok aku update lagi!

Skaya & the Big Boss ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang