44

239K 38.1K 3.9K
                                    

“Stop liatin gue.” decak Skaya memutar bola matanya karena sedari tadi Sagara terus menatapnya sambil bertopang dagu. Tatapannya begitu dalam sehingga Skaya sendiri sampai tidak bisa fokus.

Saat ini kelas mereka jam kosong. Karena pengakuannya kemarin, Sagara semakin gencar mendekatinya dan tidak menahan diri seperti sebelumnya untuk menyatakan rasa sukanya.

Bahkan pagi ini di sekolah, Sagara memaksa Zahair yang duduk di depannya sambil diiming-iming oleh motor sport baru agar dirinya mau menukar tempat dengan Skaya. Setelah berhasil, dia mengangkat meja dan kursinya yang sebelumnya berada di belakang Skaya menjadi tepat di samping gadis itu.

Skaya mengusap pelipisnya sakit kepala. Untung saja mereka duduk paling belakang sehingga tingkah aneh Sagara tidak dilihat oleh yang lain. Dia pun jadi bertanya-tanya, inikah yang dimaksud Zahair dulu bahwa Big Bos mereka berhati hello kitty?

Ketika gadis itu menoleh untuk melihat apa lagi yang akan dilakukan Sagara, matanya melebar karena sesuatu yang laki-laki itu keluarkan dari saku seragamnya. “Lo—”

Sagara tersenyum sedikit sembari membuka lipatan bintang bernomor dua. “Waktunya liat kalimat dari calon pacar gue hari ini.”

Wajah Skaya seketika bersemu. Entah kenapa dia merasa malu menyaksikan Sagara melihat apa yang dia berikan. Karena kemarin dia marah sembari menginjak kaki Sagara tatkala dipanggil pacar, hari ini laki-laki itu malah memberinya tambahan title 'calon'.

Dengan cepat Skaya membuang muka menatap buku yang terbuka di atas mejanya begitu melihat senyum Sagara semakin mengembang membaca sepenggal kalimat yang bagi Skaya tidak begitu berarti.

Padahal kalimat itu cuma berupa motivasi untuk menjalani hari dengan baik, tapi reaksi berlebihan Sagara malah membuatnya berdebar tak karuan. Dia menggigit bibirnya sambil meremas tangannya di bawah meja. Berusaha menetralisir kegugupannya melalui tindakan tersebut.

Dari sudut matanya, Skaya dapat melihat Sagara meraih buku dan menulis sesuatu di sana. Alisnya sedikit terangkat, penasaran dengan apa yang ditulis laki-laki itu.

Nyatanya rasa penasaran Skaya tidak bertahan lama. Karena pada saat ini buku yang ditulis Sagara sebelumnya sudah berada dalam genggamannya. Membaca kalimat yang tertulis di kertas kosong itu, sudut bibir Skaya berkedut.

Pertanyaan dari calon pacar Skaya untuk Skaya :
1) Apakah Skaya menyukai calon pacarmu saat ini?
2) Berdasarkan nomor satu, apa yang Skaya sukai dari dirinya? Pilih opsi di bawah ini!
a. Wajahnya.    b. Badannya.     c. Semua yang dimilikinya.
3) Kapan kita resmi pacaran? Pilih opsi di bawah ini!
a. Detik ini.        b. Sekarang.       c. Saat ini.

Skaya dengan ketus menoleh menatap Sagara, yang disambut laki-laki itu dengan senyuman miring. Sagara bertopang pipi dengan wajah ke samping menatapnya.

“Ayo isi dengan bener. Kalo dapet 100 gue kasih hadiah.” ujarnya tanpa beban.

Kening Skaya mengerut. Melirik buku lagi, tiba-tiba dia mendapat ide. Senyuman puas pun terbit di bibirnya.

Meski Skaya menjauhkan buku darinya sehingga dia tidak bisa melihatnya, Sagara cukup senang melihatnya mengisi pertanyaannya dengan giat.

Tak lama kemudian Sagara menerima jawabannya dengan wajah muram setelah membacanya.

1) Calon pacar siapa? Gue sebenernya punya banyak calon pacar. Apa lagi cowok dari sekolah asal gue.
2) d. Pertanyaan nomor satu gak spesifik, jadi gue gak tau siapa calon pacar Skaya.
3) d. Kapan-kapan.

“Gak ada opsi d.” ujar Sagara datar sembari membuang buku tersebut di atas meja. Lalu dengan kesal dia menunjuk nomor satu. “Banyak calon pacar?” dia mendengkus sinis.

“Gue anak SMA, pilihan ganda udah sampe opsi d.” Skaya diam-diam menggerakkan kursinya bergeser ke samping untuk menjauhi Sagara yang nampak mengamuk. Uh, menyeramkan. Dia tidak pernah melihat Sagara marah seperti ini.

Ketika Sagara menoleh menatapnya, punggung Skaya menegak.

“Lo punya cowok di sekolah lama lo?” tanyanya dengan kening mengerut.

“Itu... hahaha...” Skaya jadi kikuk sendiri, apa lagi menyadari bahwa beberapa orang mulai berbalik menatap mereka yang cukup bising. “Big Bos, semua orang jadi liatin ke sini!” cicitnya.

“Jawab atau gue marah. Lo punya cowok lain? Siapa?”

“Kenapa lo kepo?” balas Skaya bingung.

Sagara tersenyum datar. “Gue mau liat seperti apa cowok yang bisa ambil lo dari gue.”

“Tapi ya Big Bos, ini masalah hati. Meski Big Bos ganteng dan kaya banget, tapi kalo hati lebih milih dia gue juga gak bisa apa-apa.” ujar Skaya sambil mengedikkan pundak.

“Gak mungkin. Hati lo pasti lebih milih gue.” sangkal Sagara dengan pedenya.

Meski geli dengan jawaban Sagara, tapi Skaya mengiyakannya dalam hati. Memangnya siapa yang bisa menolak pesona Sagara? Marah sampai keningnya penuh kerutan pun masih ganteng.

“Oke, gue boong. Kehidupan gue murni, bebas dan bersih dari yang namanya cowok sebelum ketemu lo. Puas?”

Wajah keruh Sagara mulai membaik mendengarnya. “Hm.”

Skaya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat suasana hati Sagara seketika berubah total setelah mendengar jawabannya. Dia mengusap keningnya karena pening. “Big Bos, bentar sore bisa anterin gue ke rumah sakit?”

Sagara tentu langsung menyetujuinya tanpa basa basi lagi.

Sore harinya, seperti ucapannya, Skaya sudah duduk di depan dokter setelah pemeriksaan. Sedangkan Sagara, dia memaksanya untuk menunggu di luar.

“Selain keluhan yang disebutkan nona tadi, apa ada yang lain?” tanya dokter sembari memeriksa kertas di tangannya.

Skaya berpikir sejenak sebelum menggeleng. “Enggak tau, Dok.”

“Nona pernah melihat seperti benjolan di sekitar leher atau ketiak nona?”

Kening Skaya mengerut. Dia tidak pernah memperhatikan tubuhnya begitu teliti, jadi dia menggeleng.

“Pernah berkeringat di malam hari?”

Skaya tertawa pelan. “Sering, Dok. Apa lagi kalo musim lagi panas-panasnya dan kebetulan AC mati.”

Dokter tersebut terkekeh mendengar jawabannya. “Pernah mimisan?”

Oh, kalau ini Skaya tahu. “Kadang-kadang, Dok.”

Dokter tersebut mencatatnya sebentar sebelum mendongak sembari melepaskan kacamatanya. “Mari kita CT Scan.”

“Kenapa?”

Dokter tersebut menatapnya lekat. “Nona...”

Meski menunggu lama, Sagara masih duduk di kursi koridor dengan sabar. Sesekali dia akan memainkan ponselnya sembari menunggu Skaya keluar dari ruangan tersebut.

Setelah satu setengah jam menunggu, pintu terbuka membuat Sagara langsung berdiri. Skaya dengan semangat menuju Sagara lalu merangkul lengannya.

“Ayo ke apotek.” ajaknya sembari melambaikan resep dari dokter.

Sagara tersenyum tipis dan mengelus kepalanya. “Sakit apa?”

“Anemia sama kekurangan gizi aja. Pantes gue sering pusing.” ujar Skaya sebal sambil mencuatkan bibir membuat Sagara gemas.

Sekali lagi Sagara mengacak rambutnya dan menggenggam tangan gadis itu. “Kebanyakan makan junk food. Sekarang gue bakal awasin makanan lo.”

Mata Skaya terbelalak. “Gak bisa gitu dong!” tolaknya mentah berusaha menyamakan langkahnya dengan laki-laki itu.

TBC

June 23, 2021.

Skaya & the Big Boss ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang