Keegoisan memang kejam. Memakan hati nurani seseorang secara perlahan-lahan. Bermula dari hal kecil, ia mengikis dan membutakan seseorang untuk berbuat sesuatu yang bersifat mementingkan diri sendiri.
Skara salah, dia tahu itu sejak lama. Termakan kecemburuan oleh kehidupan normal Skaya, dia menjadi gelap mata dan terbesit keinginan agar membuat kembarannya memiliki kehidupan sepertinya. Melalui Verana, dia mengukung dan membatasi aktivitas kembarannya. Mulai dari tidak bisa mengikuti ekstrakurikuler, berjalan-jalan bebas dengan temannya hingga menyalurkan keinginan dan hobinya.
Sejujurnya, Skara puas. Sangat puas malah. Dia merasa bahwa bukan hanya dirinya yang menderita kesendirian. Hatinya lega, meski ada secuil rasa bersalah melakukannya.
Namun mereka kembaran, bukan? Kembaran selalu berbagi kesusahaan. Darah yang sama mengalir dalam diri mereka, satu rahim yang sama, bahkan wajah mereka sangat identik.
Kenyataannya, mereka bertolak belakang. Baik dari sifat hingga takdir. Skara yang terlahir sakit-sakitan, sedangkan Skaya terlahir sehat. Sifat Skaya bagaikan pagi, yang membawa cahaya bagi orang sekitarnya. Sedangkan Skara seperti malam, yang hanya mendatangkan kegelapan.
Kadang Skara berpikir, jika hanya dia dan tidak ada Skaya, bisakah dia lahir dengan normal tanpa penyakit? Di beberapa kesempatan, dia kadang menyalahkan Skaya yang mengambil semua keberuntungannya dan menyisakannya kemalangan.
Skara sering menutup mata soal hubungan Skaya dengan keluarga mereka. Skaya yang dikucilkan, dikekang, hingga dipaksa untuk menuruti semua kemauannya. Bagi laki-laki itu, takdir yang diterima kembarannya harus seperti itu. Mereka harus merasakan sesuatu yang sama.
Sampai dia mengetahui fakta mengejutkan. Verana dan Wiro, sosok yang selalu memanjakan dan melindunginya bukan orang tua kandungnya. Informasi itu terlalu mendadak sampai dia tidak dapat menerimanya dengan baik.
Di otaknya hanya terbesit, Skaya— objek yang selalui dia cemburui hingga membuat gadis itu menanggung tekanan batin adalah satu-satunya keluarga kandungnya, peninggalan dari orang tua asli mereka. Mama mereka berusaha membujuk Verana menunjukkan bahwa ia sangat mementingkan kehidupan keduanya, kan? Dan di sini, dia malah membuat adiknya menderita.
Rasa sesal mengalir dalam jiwanya. Sejak kemarin tubuhnya terasa kosong, tidak bisa memikirkan hal selain masalah ini.
Dirinya sangat pengecut. Bahkan setelah menyesalinya saat ini, dia masih tidak bisa mengucapkan maaf. Ada sesuatu yang tertahan dalam dirinya, yang mencegahnya untuk melepaskan belenggu egoisme terhadap kembarannya.
Di sini dia berada sejak tadi, menatap sosok kembarannya yang bercanda riang dengan teman-temannya seolah tidak ada beban yang ia pikul. Sedangkan dirinya hanya bisa terpaku di dekat pintu keluar memandangi raut wajah cerah Skaya di taman rumah sakit.
“Ngapain lo? Minggir.”
Suara rendah itu membangunkan Skara dari lamunannya. Dia menoleh ke arah suara dan mendapati sosok yang menatapnya dingin.
Mata Skara perlahan turun menatap tanah, bergeser memberi jalan untuk laki-laki itu tanpa mengeluarkan suara apa pun.
Namun bukannya pergi, Sagara malah memicingkan mata. Apa lagi mengetahui bahwa tatapan Skara tertuju pada Skaya sejak tadi. “Buat apa natap cewek gue? Singkirin pikiran buruk lo. Sekali lagi lo sakitin dia, gue gak sungkan habisin lo. Gak peduli gue sama penyakit lo.”
Sontak Skara tersenyum kecut. Dia hanya ingin menatap adiknya, namun dikira memiliki prasangka buruk kepada Skaya. Lagi pula Sagara tidak salah, Skara sejak dulu selalu menyakiti hati Skaya. Sudah sepantasnya dirinya dicurigai.
Tanpa memandang Sagara, Skara bertanya dengan suara pelan, “Lo ... suka banget sama adek gue?”
“Adek lo?” Sagara terkekeh sinis. Dia menyandarkan punggung pada dinding dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Matanya menelisik Skara dari bawah hingga atas dengan aura mengintimidasi. “Sejak kapan lo nyadar punya adek?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Skaya & the Big Boss ✓
Teen Fiction[SUDAH TERBIT & Part Masih Lengkap] Karena suatu alasan, Skaya Agnibrata harus menyamar menjadi seorang laki-laki dan tinggal di asrama laki-laki sekolah. Penyamarannya menuntut Skaya mengubah kebiasaan dan perilakunya. Ada seorang siswa yang disega...