SMA Gautama, Jakarta Pusat, Oktober 2018.
Sore itu agak mendung, Kayla berlari kecil menuju ke gerbang sekolah. Hari Sabtu, libur seharusnya, tapi Kayla mengikuti ekstrakulikuler tata busana. Bebal dan keras kepala, itulah Si Kayla Manessa. Padahal dia sudah kelas tiga, harusnya dia fokus dengan ujian kelulusannya namun dia bersikukuh tetap ingin ikut eskul yang sudah menjadi kegemarannya itu.
Agak bodoh juga, Kayla terus merutuki dirinya yang hampir terlambat. Eskul dimulai jam tiga sore, sekarang sudah lebih lima menit.
"Excuse me."
"Eh?" Seorang pria bertubuh jangkung berbaju kuning tiba-tiba menghadang langkah Kayla. Terkejut? Tentu saja, apalagi sekarang dia ingin memarahi orang itu. Siapa sih, nggak pernah kenal, batin Kayla menggerutu.
"Are you in hurry?" tanya pria itu. Kayla masih memperhatikan di belakang pria itu ada beberapa anak lelaki lain. Ada yang merekam menggunakan kamera ponsel, ada yang memegang buku catatan, ada pula yang hanya cengengesan.
"Umm, yes. Lil' bit. Sorry." Kayla jelas kesal dalam hatinya, sudah jelas dia terlihat berlari terburu-buru saat masuk gerbang sekolah. Kayla melangkahkan kakinya ingin menghindari pria itu.
"Oh- but can you help me for a minute? Can I ask you some question? Not that much." Wajah pria itu memelas. Anak eskul Bahasa Inggris ya? Tebak Kayla tak bersuara. Aduh, tapi kenapa harus Kayla yang menanggapi? For a minute? Kayla saja sudah terlambat hampir tujuh menit untuk sekarang.
"I think there are other students more fluent in English. So you better can ask them."
"Please, help me just for a moment."
Kayla mengitarkan pandangannya, benar saja memang tidak ada murid lain di sini, selain dia yang terlambat. Kayla memutar bola matanya lalu sedikit mendengus.
"You want me to answer? Just me?" tanya Kayla.
"Yes, just you."
"Okay, I'll answer it for you." Kayla berharap-harap cemas semoga pertanyaannya masuk akal dan sesi wawancara ini segera berakhir.
"We take a video, is it okay?" Kayla mengangguk sebagai jawaban pertanyaan tentang ijin merekam.
Pewawancara berbaju kuning berkacamata itu pun mulai melontarkan pertanyaan. Seputar eskul dan hobi, hati Kayla cukup lega. Tidak macam-macam.
"Thank you. Anyway, you're beautiful."
Lelaki lainnya di belakang sang pewawancara meloloskan tawa mereka. Pipi Kayla merasa sedikit menghangat hanya karena pujian picisan dari sang pewawancara.
"Hehe, you're welcome."
"Nice to meet you." Pria itu mengulurkan tangannya mengajak Kayla bersalaman.
"Nice to meet you too." Kayla membalas jabat tangannya, lalu mengira dia akan menanyai namanya. Mulutnya sudah akan terbuka lagi untuk menyebutkan namanya, tapi ternyata tidak sesuai perkiraannya.
"Sorry for take your time, you can go now."
"It's okay." Kayla tersenyum kikuk.
"Okay, bye!"
"Bye!"
Pewawancara itu melambaikan tangannya tanpa memudarkan senyumannya. Kayla membalas lambaian tangannya dengan canggung. Kayla dan gerombolan lelaki itu berpisah ke arah yang berlawanan.
"Serem amat udah kayak mau cari mangsa nungguin di gerbang, mana tiba-tiba nyamperin, direkam segala udah kayak mau di..lamar." Kayla bergumam sambil melanjutkan kembali langkahnya menuju ruang kesenian.
![](https://img.wattpad.com/cover/263039812-288-k788024.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KARUNA SANKARA | Jungwoo ✔️
Teen Fiction[ Telah dibukukan ] 𝒀𝒐𝒖 𝒏𝒆𝒗𝒆𝒓 𝒓𝒆𝒂𝒍𝒍𝒚 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒔𝒐𝒎𝒆𝒐𝒏𝒆 𝒖𝒏𝒕𝒊𝒍 𝒚𝒐𝒖 𝒍𝒆𝒂𝒓𝒏 𝒕𝒐 𝒇𝒐𝒓𝒈𝒊𝒗𝒆. Memaafkan orang lain terlebih dahulu sebelum orang itu meminta maaf pada kita, apakah itu hal yang mudah? Persaingan pendidi...