34. Epilog

58 7 0
                                    

Aku yang pernah engkau kuatkan
Aku yang pernah kau bangkitkan
Aku yang pernah kau beri rasa
Saat ku terjaga
Hingga ku terlelap nanti
Selama itu aku akan selalu mengingatmu














Langit pagi yang cerah menerangi perjalanan Kayla, Ibunya, dan Janu di antara gundukan-gundukan tanah yang ditumbuhi rumput hijau. Mereka ada di komplek pemakaman tempat Ayah Kayla beristirahat. Janu mendorong kursi roda tempat Ibu Kayla duduk sementara Kayla memimpin langkah di depan mereka.

"Nu.. Ayah.. Ayah udah nggak ada.." Janu masih ingat jelas suara isakan Kayla yang begitu memilukan saat memberitahunya lewat telepon kalau Ayahnya meninggal dunia karena sakit stroke satu tahun lalu. Hari itu hari pertama Janu mengunjungi Ayah Kayla walau sudah tak dapat melihat raganya lagi.

"Yah, nih Janu udah balik ke Indonesia." kata Kayla sambil memegang nisan bertuliskan nama Ayahnya. Janu ikut berjongkok dan meletakkan buket bunga memberi tanda hormat yang mendalam.

"Maaf, Yah. Janu baru dateng sekarang. Ayah udah nggak sakit lagi kan di sana? Janu kangen banget sama Ayah." Janu tersenyum getir.

Kayla mengusap pundak Janu menegarkan. "Ayah setuju kan Kayla nikah sama Janu? Setuju dong.." ucap Kayla seolah-olah meminta restu walau tak mendengar jawaban dari sang Ayah.

"Janu janji bakal jagain Kayla, bakal jagain Ibu juga sama kayak Ibu sama kayak Ayah pernah jagain mereka."

Kayla pun menuntun Janu untuk kembali berdiri. Ibu Kayla mengusap lengan Janu dengan lembut sambil tersenyum.

"Janu apa boleh Ibu minta satu permintaan."

"Ibu minta apa?"

"Biarkan Kayla tinggal dulu di sini setelah kalian menikah. Kayla itu satu-satunya harta yang paling berharga buat Ibu."

"Kayla bakal tetap tinggal sama Ibu kok. Aku nggak kembali ke Belanda karena aku memilih bekerja di Indonesia. Jadi kami bakal tinggal sama Ibu." Janu mengusap tangan Ibu Kayla meyakinkannya.

"Keluarga kamu di sana nggakpapa?"

"Nggakpapa, Bu. Mereka ngerti kok, aku sudah bilang ke mereka. Mereka tahu Ibu sakit dan pasti Kayla juga butuh bantuan."

Ibu Kayla menunduk. "Jadi ngerepotin kamu, Nak."

"Enggak, Bu. Aku mau jagain Ibu sama jagain Kayla di sini, ya?"

Janu pun mendekap Ibu Kayla penuh kasih sayang. Kayla ikut bergabung dalam pelukan mereka yang disaksikan Ayah Kayla dari surga.








***








Malam di hari yang sama, Janu dan Kayla pergi sebuah café untuk sekedar menghabiskan waktu berdua ditemani dengan secangkir kopi milik Janu dan Boba Milk Tea milik Kayla.

"Eh, jadi inget.. Kamu masih inget nggak kita pernah ketemu di Bobatime deket sekolah? Dulu kamu kerja di sana kan?"

"Oh yang waktu itu, iya inget, Kay."

"Aku dulu sempat tanya ke Bunda kamu, kenapa kamu kok bisa kerja di sana. Ternyata eh ternyata, Bunda bilang kalau kamu dulu itu suka banget beli buku. Ketemu buku bagus selalu pengen beli. Beliau bilang kamu minta ijin kerja di sana biar punya penghasilan sendiri buat beli buku. Aku pikir padahal keluarga kamu pasti bisa beliin semua buku yang kamu mau. Tapi ternyata kamu sebegitunya memikirkan keluarga."

"Aslinya nggak hanya mikirin keluarga sih, Kay. Aku juga mikirin diriku sendiri, karena aku pasti nggak bisa bergantung pada mereka terus. Entah, aku juga nggak lama di sana. Sekedar ngelupain hal-hal berat yang terjadi di sekolah aja."

KARUNA SANKARA | Jungwoo ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang