04. Kosong, Semua Kosong

80 8 0
                                    

Tok tok tok.

"Permisi, Pak."

"Iya, masuk, Kayla. Ada perlu apa?"

Kayla masuk ke ruangan kepala sekolah dengan sedikit membungkuk sungkan, di belakangnya Janu mengikuti.

"Ja- Janu?" Kepala Sekolah sekaligus kepala Yayasan Gautama itu terkejut bukan main saat melihat sosok Janu di ruangannya.

"Iya, ini Janu, Pak. Kalau Bapak tanya bagaimana cerita saya bisa ketemu sama Janu, ceritanya panjang, Pak. Sekarang saya mau minta tolong sama Bapak, saya perlu data keluarga Janu. Saya mau cari keluarga Janu, kemarin rumah Janu kosong. Jadi saya mungkin bisa minta kontak keluarga Janu dari sekolah."

Pak Janardana, namanya, masih bergeming. Menatap Kayla dan Janu bergantian. Sedetik kemudian tersadar lalu menanggapi Kayla.

"Sekolah punya data Janu, sudah lama kami tidak menghubunginya juga. Kamu mau coba hubungi?"

"Iya, Pak. Kalau tidak keberatan saya minta kontak keluarganya. Saya akan segera hubungi mereka."

"Pak.." Janu membuka suara. "Bapak tidak tahu keluarga saya kemana?"

"Sayangnya saya dan pihak sekolah tidak tahu, Nak. Kami sudah tidak menghubungi mereka setelah kamu dinyatakan hilang. Kami juga tidak pernah tahu kalau keluarga kamu sudah tidak tinggal di rumah kamu." Pak Janardana menunduk sekilas.

"Pak, kalau Janu kembali bersekolah di sini apa masih bisa?" tanya Kayla setelah menyalin semua data keluarga Janu. Pak Janardana menimang jawabannya beberapa detik.

"Sebenarnya masih bisa, tapi-"

"Bisa kan, Pak? Saya yang bakal bertanggung jawab kok."

"Kayla," Janu berusaha menghentikan Kayla.

"Kamu harus balik sekolah, Nu. Bagaimana, Pak?"

"Janu yakin mau kembali bersekolah di sini?" Sekarang giliran Janu yang menimang jawaban untuk pertanyaan Kepala Sekolah itu. Kayla menoleh ke Janu memberikan anggukan menyakinkan Janu.

"Iya, Pak. Saya mau sekolah lagi." jawab Janu pada akhirnya. Pak Janardana mengukir senyum tipis mendengar jawaban Janu.

"Baiklah, kalau begitu Janu bisa sekolah lagi di sini. Tapi untuk seragam bagaimana? Karena sekolah sedang habis stok."

"Aduh, Kay.. Aku nggak punya seragam." Wajah Janu memurung.

"Oh! Seragam Kak Tirta masih ada kok seingatku. Kamu pakai seragam Kak Tirta aja, nanti aku minta tolong ibu buat jahitin ukuran kamu." Seru Kayla. Janu membangkitkan senyumannya lagi.

"Syukurlah." Pak Janardana ikut menghela nafas lega.

"Oke, beres untuk seragamnya, Pak. Janu bisa sekolah besok kan?" Wajah Kayla begitu semangat.

"Bisa, untuk walinya sekarang bagaimana?"

"Jadikan satu dulu dengan data saya, Pak. Janu tinggal sama saya." Mendengar jawaban Kayla, Pak Janardana sedikit tertegun namun waktu selanjutnya ia menganggukan kepalanya mengerti.

"Baik."

"Setelah ini saya akan coba menghubungi keluarga Janu. Terima kasih banyak, Pak."

"Iya, semoga Janu bisa cepat bertemu dengan keluarganya."

Sejoli itu pun keluar dari ruangan Kepala Sekolah. Kayla tak henti mengucapkan rasa syukurnya kepada semesta karena kini takdir baik berpihak pada Janu. Janu bisa bersekolah kembali, Kayla merasa ada kesenangan tersendiri dalam hatinya.

KARUNA SANKARA | Jungwoo ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang