13. Ayah mana tahu?

51 4 0
                                    

Pekan ujian tengah semester tak terasa akan datang. Murid-murid semakin sibuk bergelut dengan materi pelajaran. Berjalan ke sana kemari dengan buku ada di genggaman mereka, mata tertuju pada tiap kata penting. Ulangan harian semakin banyak menerpa, mempersiapkan mereka menuju ujian tengah semester.

Sepeda kayuh Janu terparkir dengan mulus, Kayla pun turun dari tempat duduknya. Tak berhenti memandang buku catatan Geografi yang berada ditangannya, mulutnya bergerak menghafalkan setiap materi yang ia baca.

"Yuk, Kay." ajak Janu. Beberapa langkah sudah diambil namun terhenti karena mobil yang berhenti di depan mereka. Pintu mobil itu terbuka dan memunculkan sosok Jaden. Jaden berjalan dengan angkuh menghampiri Janu dan Kayla.

"You have to make all your test scores bad." ucap Jaden tanpa basa-basi.

"Jaden!" bentak Kayla tak terima. Tangannya udah bersiap memukul Jaden dengan buku catatannya, namun ditahan oleh Janu.

"If you don't, your both scholarship are in trouble. Oh, kalau nilai lo dibawah gue sih juga bakal ngaruh ke beasiswa ya kan? Ya memang udah nasib lo semua." Jaden menambah langkahnya mendekati Janu.

"Nilai lo jelek ya udah itu nilai lo, nggak usah nyuruh-nyuruh Janu. Atau lo nya aja yang memang—" Ucapan Kayla terhenti karena sadar kata yang ingin dia ucapkan akan hanya menimbulkan masalah.

"Jelekin nilai lo, atau lo gue habisin." ucap Jaden tepat di telinga Janu. Jaden mendorong bahu Janu lalu melangkah masuk kembali ke mobilnya berlalu dari hadapan Janu dan Kayla.

"Nu, kamu nggak bakal nurutin dia kan? Beasiswa kamu aarghh.." Kayla frustasi.

"Kay, kamu percaya kan sama aku? Aku nggak akan nurutin Jaden bahkan sampai sampai kapanpun, dan beasiswa kita bakal baik-baik aja."

Kayla memegangi keningnya, menghembuskan nafasnya kasar. Gadis itu ingin sekali menghajar Jaden namun tentu ia sendiri sadar ia tak akan bisa.

"Kay, sorry. Kamu jadi keseret masalah aku sama Jaden." Janu menoleh menatap Kayla cemas.

"Pokoknya sekarang kamu harus ngerjain ulangan dengan bener. Jangan jelekin nilai kamu sendiri cuma karena ancaman Jaden." Janu mengangguk sambil tersenyum.

"Kamu juga."






***









Papan majalah sekolah kembali terpasang nilai ujian harian yang menjadi pusat perhatian murid-murid SMA Gautama. Nilai ujian beberapa mata pelajaran sudah dirilis. Lembar peringkat nilai Matematika kelas tiga menjadi tempat netra Janu berhenti memandang. Namanya ada di peringkat bertama dengan nilai 100. Sementara di bawahnyanya tepat ada nama Jaden dengan nilai 96.

Senyumannya kala melihat nilanya itu menyimpan rasa gundah. Tubuhnya seperti bersiap menerima segala yang akan dilakukan Jaden setelah ini. Traumanya belum hilang, namun ia tetap menunjukkan pada dunia kalau ia sanggup menghadapi pahit yang akan ia telan.

Hari itu berlalu begitu cepat hingga tak terasa bel pulang sekolah hari itu berbunyi. Tak ada caci maki yang Janu dengar dari mulut Jaden, atau mungkin saja belum, pikirnya. Janu segera menghampiri Kayla yang sudah menunggunya. Senyuman Kayla yang menyambutnya sungguh menyembuhkan rasa cemasnya seharian.

Janu dan Kayla sudah berada di atas sepeda kayuh yang mengangkut mereka berdua pulang. Tak ada obrolan yang menemani perjalanan pulang mereka diawal hingga Kayla membuka suaranya terlebih dahulu.

"Jaden nggak ngapa-ngapain kamu kan?"

"Enggak kok, Kay."

"Kenapa kamu nggak aduin aja ke ayahnya Jaden? Aku ngerasa selama ini kamu pasti dihajar sama Jaden, tapi kamu nggak pernah bilang ke aku."

KARUNA SANKARA | Jungwoo ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang