11. Jatuh

61 5 0
                                    

Mencoba mengerti hatimu
Bersama hatimu yang rapuh
Senyummu yang s'lalu buatku
Tenggelam dalam ragu-ragu

Inginku milikimu selamanya
Bersama jalan di dunia
Namun bagimu pun belum saatnya
Salahkah diriku? 'Tuk mencintaimu





***





Malam itu turun hujan sangat deras, tak ada benda yang bisa melindungi tubuh lunglai Janu dari basah air hujan. Ponselnya habis baterai, tak ingin membuat orang rumah cemas, Janu pun menerjang hujan yang kini membasahi sekujur tubuhnya. Air matanya yang jatuh menyatu dengan air hujan yang menimpa wajahnya. Dalam hati ia ingin meneriaki nama Lavanya namun ia pendam dalam dalam. Perih menjalar ke seluruh tubuhnya. Langkah kakinya terhuyung-huyung, kepalanya masih terasa pusing dan berat.

Terdengar deru knalpot motor mendekat ke arah Janu.

"JANU!" panggil seorang yang turun dari motor itu. Janu menoleh mendapat orang itu berjalan menghampirinya.

"Lo siapa?"

"Gue Lukas. Lo ngapain di sini, Nu? Kok lo bonyok gini, abis digebukin preman lo?" Lukas panik melihat temannya dengan wujud menyedihkan. Menuntun Janu untuk duduk di pinggir trotoar yang diteduhi pohon.

"Lukas.. Kayla.." ujar Janu lirih.

"Kenapa? Kenapa lo nggak telpon Kayla?" Lukas langsung meraih tangan janu yang menggengam ponselnya. "Pake mati segala, anjing. Lo kenapa sih bisa kayak gini hah?"

"Nomor Kayla.. Di belakang.."

"Hah?" Lukas membalikkan ponsel Janu dan menemukan nomor telepon yang Janu simpan di balik casing ponselnya. Dengan cepat Lukas pun menyalin nomor telepon itu dan mengubunginya.

"Lavanya...." Lukas yang mendengar lanturan Janu makin bingung.

"Janu jangan bilang lo mabok? Lo kena cewek bisa jadi goblok gini ya."











Drrtt.. Drrtt..

Ponsel Kayla bergetar tanda ada panggilan masuk. Dirinya sedari tadi diliputi rasa cemas entah datang dari mana dan kenapa, berharap Janu untuk segera pulang karena hujan di luar terdengar sangat deras. Kayla benci mendengarkannya. Kayla menatap layar ponselnya yang menampilkan nomor tak dikenal yang menghubunginya. Agak bimbang memutuskan untuk beberapa detik, akhirnya Kayla menerima panggilan telepon itu.

"Kayla.. Halo, Kayla? Ini Kayla kan?" Terdengar suara panik dari seberang sana.

"Iya saya Kayla, ini siapa ya?"

"Gue Lukas. Kay, gue ketemu Janu di jalan ini di hujan-hujanan mana bonyok lagi."

"Hah? Lo sekarang dimana? Lo bisa anterin Janu pulang sekarang?"

"Iya ini gue mau anterin dia ke rumah lo, lo send alamat lo ke gue ya. Aduh sumpah ini bocah kayaknya lagi nggak baik-baik aja, kayaknya dia mabok, Kay."

Kacau, pikiran Kayla kacau. Setelah memutuskan panggilannya dengan Lukas, ia pun beranjak dari kamarnya menuju ke ruang tamu untuk menunggu kedatangan Lukas dan Janu. Tak lupa ia mengirimkan lokasi alamat rumahnya pada Lukas. Kayla memegangi kepalanya yang tiba-tiba pusing, takut terjadi hal yang tidak diinginkan pada Janu. Orang tuanya sudah tidur, sore tadi Ibunya mengeluh dadanya sedikit nyeri jadi dia ingin tidur terlebih dahulu ditemani ayah Kayla.

Setelah lima belas menit menunggu, Lukas pun sampai di rumah Kayla. Dengan lengan Janu yang ia sampirkan ke pundaknya, ia membantu Janu duduk di kursi ruang tamu. Kayla menghampiri Janu, melihat wajahnya yang terdapat luka lebam. Bajunya basah kuyup, tubuh Janu menggigil.

KARUNA SANKARA | Jungwoo ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang