07. Matematika, Fisika, Biologi, Lavanya.

76 7 0
                                    

"Janu." Suara wanita diterima daun telinga Janu, dan wanita itu berada di sampingnya dengan tangannya yang bertumpu di meja Janu.

"Lavanya?"

"Mau ajarin aku matematika sama fisika nggak? Mau ya?" pinta gadis bernama Lavanya itu agak merengek.

"Tapi aku nggak pinter ngajarin orang, Van."

"Bisa, aku yakin kamu bisa kok ngajarin aku. Ya? Ilmu yang kamu punya nggak boleh kamu simpen sendiri, harus dibagiin biar berkah, Nu." Tangan Lavanya menyentuh tangan Janu, membujuk dengan memanyunkan bibirnya. Janu sedikit tersentak dibuatnya.

"Jaden kan bisa ngajarin kamu.." Janu masih beralasan. Hatinya masih setengah-setengah mau memenuhi permintaan Lavanya.

"Kayak kamu nggak tahu Jaden aja, dia sibuk mabar mulu sama temen-temennya. Aku dicuekin terus sama dia, tadi aku udah minta tolong buat ngajarin aku tapi katanya dia nggak ada waktu." jelas Lavanya, bibirnya makin melengkung ke bawah.

Janu masih geming. Bertanya pada setiap molekul atom di sekelilingnya dalam diam, apakah ia harus menerima permintaan Lavanya, yang ia tahu adalah gadis yang disukai oleh Jaden.

"Hm, oke deh. Boleh. Nanti aku ajarin. Pulang sekolah aja ya?" Janu akhirnya mengiyakan. Sembilan puluh lima persen karena ia memang ingin membantu, lima persen kalau boleh jujur ia terpikat dengan indah Lavanya.

"Kalau tiap hari, tiap pulang sekolah bisa?" tanya Lavanya. Janu kembali bimbang, tentunya dia tidak bisa tiap hari menyuruh Kayla menunggu dirinya.

"Kalau tiap hari aku nggak bisa,"

"Ya udah, kalau aku butuh kamu nanti baru aku bilang ya. Makasih, Janu." Lavanya mengukir senyumnya lalu berlalu dari tempat Janu setelah Janu mengangguk sebagai respon kalimat yang Lavanya ucapkan terakhir.

"Matematika, Fisika, Biologi, dan sekarang Lavanya ya, Nu?" Jaden berucap lirih setelah melihat adegan Janu dan Lavanya berdua dari luar pintu kelas.








***









Hari berikutnya Lavanya meminta Janu untuk tinggal di kelas setelah waktu belajar mengajar selesai. Jaden melirik Lavanya yang menghampiri Janu dan duduk di bangku sebelahnya sejenak lalu keluar dari kelas dengan memutar bola matanya malas. Sedangkan Lavanya terlihat tak peduli, terfokus dengan tujuan belajarnya bersama Janu.

"Vanya, boleh aku ke bawah sebentar? Mau bilangin Kayla biar nggak usah nunggu aku, aku suruh dia pulang duluan." ujar Janu meminta ijin. Lavanya cemberut.

"Kan telpon bisa?" Janu mengangguk setuju untuk menelpon Kayla saja. Diambilnyalah ponsel dari sakunya dan menekan nomor Kayla untuk dihubungi.

"Halo?" Suara Kayla menyahut.

"Emm, hari ini kamu pulang duluan nggakpapa, Kay? Aku masih ada belajar bareng sama temen aku. Kamu pakai aja sepedanya, nanti aku bisa pulang jalan kaki kok."

"Oh, ya udah deh. Mau aku jemput nggak nanti?"

"Nggak usah, Kay. Nggakpapa nanti aku pulang sendiri."

"Oke deh, aku pulang duluan ya. Jangan kesorean pulangnya ya."

"Iya, Kay. Hati-hati ya." Setelah Kayla berdeham panjang sebagai jawaban, sambungan telepon keduanya terputus. Lavanya menopang dagunya menatap wajah Janu.

"Nu, kamu suka sama Kayla?" Janu tersentak untuk kedua kalinya.

"Apaan sih, Van. Ya udah mana yang perlu aku jelasin, mana yang kamu nggak paham aku ajarin." Lavanya tergelak sebentar karena pertanyaan yang ia lontarkan tak terjawab. Detik selanjutnya mereka berdua membahas soal matematika yang Lavanya kurang paham.








KARUNA SANKARA | Jungwoo ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang