26. Separuh Hidup Jaden

45 6 0
                                    

Lukas membawa Kayla untuk duduk, membiarkan Kayla menangis di pundaknya. Tangannya menepuk-nepuk pundak Kayla pelan, mencoba menenangkan gadis itu. "Janu bakal baik-baik aja."

Beberapa murid datang menyusul dan menghampiri Kayla. Berusaha menguatkan gadis yang mereka tahu adalah orang yang paling dekat dengan Janu itu. Di belakang mereka, Pak Janardana bersama Jaden yang sedikit babak belur ikut menghampiri Kayla.

"Janu gimana?" tanya Pak Janardana.

"Masih di dalam, Pak." jawab Lukas menunjuk ruang tindakan yang berada di depan mereka.

Raut cemas tampak di wajah Pak Janardana, menoleh ke anaknya yang bersandar di tembok sambil menundukkan kepalanya.

"Lo harus tanggung jawab, Den." ucap Lukas pelan namun tegas didengar. Jaden masih tetap diam tanpa berani mengangkat kepalanya.

Semenit kemudian dokter keluar dari ruangan itu. Kayla pun berdiri menghampiri dokter itu dengan air mata yang masih mengalir.

"Janu gimana, Dok?"

"Cedera kepalanya cukup parah, dan ternyata terjadi pendarahan juga di otaknya. Dia kehilangan banyak darah, transfusi darah perlu segera dilakukan. Kalau bisa keluarga yang menjadi pendonor supaya cocok dengan golongan darah pasien." jelas Dokter.

Kayla tahu golongan darahnya tidak sama dengan milik Janu, begitu pula Lukas yang menggeleng memberitahukan golongan darahnya juga tak sama dengan Janu.

"Jaden, donorin darah kamu untuk Janu." titah Pak Janardana pada anaknya. Jaden mengangkat kepalanya mengerutkan dahi.

"Aku?"

"Iya, golongan darah kamu sama dengan Janu. Cepat, Jaden."

"Tapi, Yah.."

"Kamu harus tanggung jawab, Jaden!" bentak Pak Janardana. Jaden menghela nafasnya lalu mengangguk pada dokter.

"Baik, ikut saya untuk pemeriksaan darah terlebih dahulu."

Jaden pun mengikuti langkah dokter untuk melakukan pemeriksaan darah. Pak Janardana menyusul anaknya yang pergi dengan dokter.

"Suster, saya boleh lihat Janu?" tanya Kayla pada suster yang keluar dari ruangan Janu.

"Belum bisa, Mbak. Pasien masih kritis dan sedang ditangani. Dokter tadi sudah menyampaikan untuk transfusi darah kan? Mbak berdoa ya.." Lukas kembali menggiring Kayla untuk duduk.

Lukas menyuruh beberapa murid yang ikut menunggu untuk pulang terlebih dahulu, menyuruh mereka untuk tidak perlu khawatir karena dirinya yang akan menjaga Kayla selama menunggu Janu.

"Gue tadi ngambil tas lo, gue nggak bisa hubungin orang tua lo karena hape lo ke-lock. Lo mau hubungin mereka sekarang?" Lukas mengambil tas kecil Kayla yang ia simpan di ranselnya. Kayla mengambil tasnya dari tangan Lukas.

"Makasih, Kas." Kayla mengusap air matanya yang tersisa, walau akhirnya cairan bening itu terus ingin tumpah. Kayla mendekatkan ponselnya ke telinga, menghubungi kontak Ayahnya.

"Halo, kenapa belum pulang, Nak?"

"Yah.. Janu masuk rumah sakit.."

"Hah Janu? Kok bisa masuk rumah sakit, Kay? Dia keadaannya gimana"

"Dia habis jatuh. Sekarang masih kritis.. Ayah bisa kesini kan?"

"Iya, Kay. Ayah ke sana sekarang ya. Kamu sama siapa di sana?"

"Kayla sama Lukas temennya Janu."

Percakapan Kayla dan Ayahnya pun berakhir. Kayla menggenggam ponselnya erat, hidungnya masih mampet karena menangis. Ia dan Lukas masih duduk menunggu hasil donor darah yang dilakukan oleh Jaden.

KARUNA SANKARA | Jungwoo ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang