"Eh, Lavanya. Kamu udah makan? Ini Ayah bawakan pasta kesukaan kamu. Jangan lupa belajar ya, ujian udah deket loh."
Lavanya melipat kedua lengannya di depan dadanya, menatap sang Ayah yang baru saja pulang ke rumah. Tak ada senyuman yang menyambut kedatangan ayahnya. Pria berkemeja biru muda itu pun duduk di sebelah anaknya sembari menyentuh pundaknya.
"Kamu kenapa? Sakit?"
"Sakit, Yah."
"Kalau gitu kamu makan dulu terus istirahat, besok pagi-pagi aja kamu belajarnya."
"Hati Vanya sakit, Yah."
"Hah? Ada yang nyakitin hati Vanya? Gimana?"
"Ayah punya hubungan apa sama Mamanya Jaden?"
"Maksudnya? Ayah nggak ngerti, Van."
"Ayah nggak usah bohong lagi. Selama ini ayah punya hubungan nggak biasa sama Mamanya Jaden."
"Kamu tahu darimana? Ayah nggak ada apa-apa sama dia."
"Tadi Jaden bilang ke Vanya, dia habis ngikutin Mamanya pagi tadi dan ternyata Mamanya pergi nemuin Ayah. Ayah pelukan sama dia, Ayah nyium dia itu apa maksudnya?" Suara Lavanya meninggi. "Ayah suka sama Mamanya Jaden?"
"Enggak gitu, Van."
"Sebenernya aku juga nggak mau percaya sama omongan Jaden, tapi belakangan ini Vanya sendiri juga curiga sama Ayah. Ayah sering pulang tengah malam, aku kira Ayah bener-bener sibuk karena pekerjaan Ayah. Tapi kemarin aku nemu beberapa perhiasan baru, make up baru di ruangan Ayah. Vanya kira itu semua buat Vanya, tapi ternyata bukan. Ayah beliin itu semua buat Mamanya Jaden. Iya kan? Lebih parah lagi Vanya tau beberapa hari yang lalu Ayah pulang dalam keadaan mabuk, baju Ayah penuh sama lipstick. That's very disgusting. Apa aja yang kalian udah lakuin selama ini?" Lavanya berteriak kencang di depan wajah Ayahnya. Pria itu menggenggam pundak anaknya berusaha menenangkan emosinya.
"Vanya.."
"Ayah mau menyangkal apa lagi? Pulang sekolah tadi Vanya juga ngikutin ayah yang ternyata jalan sama Mamanya Jaden ke Mall. Sejak kapan, Yah? Sejak kapan ayah cinta sama Mamanya Jaden. Yang bikin hati Vanya sakit, Ayah sendiri bilang nggak bakal mau nikah lagi, Ayah janji sama Ibu, Ayah cuma cinta sama Ibu walaupun dia udah nggak ada. Satu lagi yang lebih bikin Vanya sakit hati, Yah. Ayah tahu kalau Mamanya Jaden masih punya suami, suaminya Pak Janardana, ayah Jaden. Dia pasti lebih sakit hati lagi ngelihat mamanya selingkuh sama ayah. Ayah punya hati nggak? Vanya minta mulai sekarang ayah jangan berhubungan lagi sama Mamanya Jaden."
Ayah Lavanya segera menarik tubuh anaknya ke dalam dekapannya. "Tapi Ayah sudah cinta sama Bu Linda."
"Vanya nggak peduli! Vanya nggak mau ngomong lagi sama Ayah!" Lavanya melepas paksa dekapan ayahnya dan berlari menuju kamarnya dengan air mata yang keluar dari masing-masing sudut matanya. Hatinya merintih pada sang Ibu, mengungkapkan segala benci dan sakit hati yang disebabkan oleh apa yang telah dilakukan ayahnya.
***
Pak Janardana turun dari mobilnya yang sudah terparkir di garasi rumah. Anaknya masih harus melanjutkan kegiatan belajarnya di tempat les kepercayaannya. Ada sedikit terbesit rasa cemas, ujian kelulusan sudah hampir tiba. Ia mengkhawatirkan nilai Jaden yang belakangan ini malah menurun. Telinganya enggan dan muak mendengar komentar dari sana-sini, orang-orang Yayasan mengomentari nilai anaknya.
Pria itu duduk di sofa ruang tengah setelah melepas sepatu dan jas yang sudah hampir dua belas jam ia kenakan. Istrinya belum tiba di rumah. Di tengah kelopak matanya terpejam melepas lelah, tiba-tiba ingatan membawanya pada kata-kata Jaden saat berada di ruangannya tadi. Matanya perlahan terbuka kembali karena mendengar suara pintu yang terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARUNA SANKARA | Jungwoo ✔️
Ficção Adolescente[ Telah dibukukan ] 𝒀𝒐𝒖 𝒏𝒆𝒗𝒆𝒓 𝒓𝒆𝒂𝒍𝒍𝒚 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒔𝒐𝒎𝒆𝒐𝒏𝒆 𝒖𝒏𝒕𝒊𝒍 𝒚𝒐𝒖 𝒍𝒆𝒂𝒓𝒏 𝒕𝒐 𝒇𝒐𝒓𝒈𝒊𝒗𝒆. Memaafkan orang lain terlebih dahulu sebelum orang itu meminta maaf pada kita, apakah itu hal yang mudah? Persaingan pendidi...