"Ke rooftop." bisik Jaden saat menghampiri bangku Janu selepas bel pulang sekolah berbunyi dan sudah tidak orang yang berada di kelas. Jaden meninggalkan Janu terlebih dahulu, sementara Janu segera membereskan barang-barangnya yang masih tergeletak di atas mejanya. Di kolong mejanya juga terdapat makan siang untuk Jaden yang sampai saat itu belum ia berikan. Tidak layak sudah.
Dengan siap menenteng tasnya, tangannya membawa kotak nasi, Janu berjalan keluar kelas menuju ke rooftop seperti yang dititahkan Jaden. Anak tangga terakhir ia naiki, matanya langsung menemukan Jaden yang bersandar di tembok pembatas sambil menyilangkan lengannya di depan dada.
"Lo tahu nggak gue laper banget?"
"Sorry, Den."
"Mana makanan gue?" Janu menyerahkan makanan Jaden setengah yakin. Jaden yang melihat makanannya tak lagi sempurna menghela nafas lalu mengambil kotak itu dengan kasar.
"Tadi gue nggak sengaja jatuh.."
"GIMANA GUE BISA MAKAN MAKANAN BEGINI? Jatuh? Berarti ini udah nggak bersih. Lo mau ngeracunin gue? Mana minumannya juga tinggal setengah. Lo baru suruh gini aja udah nggak niat ya."
"Sorry, Jaden."
"Lo laper? Makan nih! Itu kan juga duit lo, gue nggak rugi." Jaden melemparkan kotak nasi itu pada Janu hingga isinya terurai mengotori baju Janu dan sebagian besar jatuh ke lantai yang berpasir.
Tak sampai disitu, Jaden meluapkan emosinya dengan mengambil beberapa kamus tebal dan menghantamkannya ke tubuh Janu dengan keras. Janu berusaha mengelak dan melindungi bagian kepalanya dengan tangannya.
"Ini buat kemarin gue belum puas ngasih pelajaran ke Kayla. Lo juga sama-sama cepu kan ke Kayla. Hhh- belum gue abisin lo." Bahu dan lengan Janu berdenyut nyeri karena sampul tebal kamus-kamus milik Jaden menghantam tulangnya. Kepalanya juga pening menerima pukulan Jaden. Ujung-ujung buku yang agak lancip menggores kulit wajah, leher, dan lengan Janu hingga ada yang menggoreskan luka.
"Jaden.. Stop.."
"Berani nyuruh gue? Remember, selama lo masih berani ngelawan gue, selama lo masih berada di atas gue, I'm going to keep going like this to you until you finally give up, or maybe I'll finish you off until you can't do anything else, and I'll win."
Satu tinjuan dan tendangan keras sebagai penutup menyapa wajah dan tulang rusuk Janu. Jaden melemparkan kedua kamus besarnya ke tubuh Janu yang terduduk. Bunyinya keras saat mengantam tubuh Janu, ia hanya bisa meringis menahan sakit. Remuk dirasanya, Janu menatap Jaden yang meninggalkannya dengan langkah yang cepat.
"Bawain kamus gue besok, berat-beratin tas gue aja." ucap Jaden sebelum meninggalkan Janu.
Gawai Janu bergetar, terpampang nama Kayla yang sedang menghubunginya.
"Halo, Nu. Kamu dimana? Udah selesai?"
"Aku di rooftop, Kay." Suara parau Janu menjawab dari seberang. Kayla memutus panggilan sepihak dan segera berlari ke tempat yang disebutkan Janu padanya.
Matahari sore yang masih terik menyengat tubuh Janu yang berusaha berdiri sambil membersihkan seragamnya dari makanan yang berserakan. Ia berjongkok kembali, membersihkan nasi lengket dan ayam yang jatuh ke lantai semen yang kotor dengan tangannya. Uangnya melayang begitu saja. Nasi dan daging ayam, semuanya terbaluri pasir. Seragam putihnya juga tak indah lagi.
"Janu!" panggil Kayla yang telah sampai di tempat Janu berada. Ia mendekati Janu yang masih mengais butir-butir nasi yang jatuh agar tidak ada yang tahu kalau ada yang menumpahkan dan mengotori tempat itu dengan makanan.
"Kay.." Wajah mereka saling berhadapan. Lagi-lagi, Kayla melihat pria di hadapannya terluka. Goresan-goresan yang nampak perih seperti sehabis dicambuk. Kayla dengan sigap membantu Janu membersihkan tempat itu. Gadis itu tak dapat menahan isakannya, dalam sekejap Kayla menangis dengan suara yang ditahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARUNA SANKARA | Jungwoo ✔️
Fiksi Remaja[ Telah dibukukan ] 𝒀𝒐𝒖 𝒏𝒆𝒗𝒆𝒓 𝒓𝒆𝒂𝒍𝒍𝒚 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒔𝒐𝒎𝒆𝒐𝒏𝒆 𝒖𝒏𝒕𝒊𝒍 𝒚𝒐𝒖 𝒍𝒆𝒂𝒓𝒏 𝒕𝒐 𝒇𝒐𝒓𝒈𝒊𝒗𝒆. Memaafkan orang lain terlebih dahulu sebelum orang itu meminta maaf pada kita, apakah itu hal yang mudah? Persaingan pendidi...