Kayla masih terbayang dengan apa yang terjadi semalam. Bangun pagi tadi ia mengira kalau ia hanya bermimpi, namun setelah melihat buket bunga ia berada di meja belajarnya benar-benar nyata adanya, ia tahu apa yang terjadi semalam adalah nyata.
Kayla berjalan melewati lorong menuju ke kantin sekolah. Tak tersirat apa yang akan ia beli di kantin, tapi ia perlu mengisi perutnya yang sudah terasa lapar siang itu.
"Kayla, ikut gue yuk." Lavanya tiba-tiba menghampiri Kayla dan menarik tangan Kayla mengikuti langkah Lavanya.
"Eh? Apa sih, Van?"
"Lo ulang tahun ya? Janu nitip pesen hadiah di gue."
"Hah?"
Lavanya membawa Kayla masuk ke ruangan OSIS dan sudah terdapat beberapa teman Lavanya yang duduk. Di atas meja ada sekotak kue tart. Lavanya pun menggiring Kayla untuk duduk.
"Tapi Van.. Ini beneran dari Janu? Mana Janu? Kok nitip pesennya ke lo?"
"Ya karena kan gue punya toko roti, so dia nitip deh ke gue."
Kayla sangsi, jelas-jelas ia sudah pernah bilang kalau ia tidak bisa makan kue karena pasti terdapat telur di dalamnya.
"Yuk, duduk sini dong. Katanya kuenya harus lo makan, dibagi-bagi juga. Nah ini gue undang temen-temen gue boleh kan ya?" Lavanya mendorong paksa bahu Kayla untuk duduk. Satu teman Lavanya membuka kotak kue tart di depan Kayla.
"Hmm, keliatan enak banget loh ini." Lavanya mengambil satu sendok lalu menyendok seonggok kue tart dan menyodorkannya ke depan mulut Kayla. "Makan dong, kasihan Janu udah buang duit buat beliin lo kue."
Mulut Kayla masih enggan ia buka. Tentu saja Kayla tidak ingin benda itu masuk ke mulutnya bahkan ke lambungnya. Teman-teman Lavanya yang lain mencolekkan krim tart ke wajah Kayla bak sedang merias wajah.
"Aaaa ayo dong, makan.." Pemaksaan yang dilakukan Lavanya pun berhasil membuat Kayla membuka mulutnya menerima suapan kue darinya. Kayla tak ingin mengunyah kue yang berada dalam mulutnya, rasanya ingin memuntahkannya. Satu suapan dari Lavanya datang lagi, mendorong isi mulut Kayla hingga berhasil ditelan. Mulut Kayla kini penuh dengan kue tart dan krim berwarna putih.
Lavanya tertawa puas dengan apa yang ia lakukan pada Kayla yang kini terlihat menahan mual. Kayla menelan bongkahan kue yang berada di mulutnya dengan susah payah. Setelah puas menyuapi dan menghiasi wajah Kayla dengan krim, Lavanya dan teman-temannya pun meninggalkan Kayla di ruangan OSIS dengan kuenya yang masih tersisa banyak. Perutnya mulai bereaksi tidak nyaman. Ia membersihkan krim yang lengket di wajahnya dengan sapu tangan yang ia bawa di saku seragam.
"Hmmmpt." Isi perut Kayla benar-benar ingin keluar. Tak tahan, Kayla pun berlari menuju kamar mandi. Ia memuntahkan semua kue yang baru ia makan dan sebagian isi lambungnya yang lain. Kepalanya pusing, bau telur dari krim juga masih tercium pekat. Kayla berjongkok di depan toilet setengah lemas. "Aku tahu kue itu bukan dari Janu."
Di balik pintu Lavanya terkekeh, berencana merilis rencana berikutnya. Kala Kayla menyeret langkah kakinya perlahan menuju keluar kamar mandi, ia terkejut karena sudah ada gerombolan siswa menatapnya sedikit jijik.
"Kenapa, Kay? Muntah ya? Biasanya yang mual mual muntah gini kan tanda.."
"Lavanya...." Kayla mendelik, Lavanya menyenggangi kalimatnya sebelum ia lanjutkan.
"....Hamil?" Gerombolan siswa yang terprovokasi itu mulai berbisik riuh sambil menatap Kayla yang masih memegangi perutnya yang masih bergejolak.
"Lavanya lo gak usah nyebar fitnah ya!"
"Ya gimana yaa, Kay. Sebenernya kita tuh udah curiga, apalagi Janu sama lo serumah."
"Lavanya! Nggak, yang dibilang Lavanya itu nggak bener! Gue muntah-muntah karena dia ngasih gue kue."
![](https://img.wattpad.com/cover/263039812-288-k788024.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KARUNA SANKARA | Jungwoo ✔️
Novela Juvenil[ Telah dibukukan ] 𝒀𝒐𝒖 𝒏𝒆𝒗𝒆𝒓 𝒓𝒆𝒂𝒍𝒍𝒚 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒔𝒐𝒎𝒆𝒐𝒏𝒆 𝒖𝒏𝒕𝒊𝒍 𝒚𝒐𝒖 𝒍𝒆𝒂𝒓𝒏 𝒕𝒐 𝒇𝒐𝒓𝒈𝒊𝒗𝒆. Memaafkan orang lain terlebih dahulu sebelum orang itu meminta maaf pada kita, apakah itu hal yang mudah? Persaingan pendidi...