21. It's Okay To Not Be Okay

42 5 0
                                    

Janu menatap wajah Kayla yang tengah tidur dengan damai di ranjangnya. Wajah Kayla sudah tidak sepucat saat ia membawanya pulang tadi siang. Tak mampu berucap apa-apa, Janu hanya mengusap lembut punggung tangan Kayla, menyingkirkan rambut Kayla yang mengenai wajah gadis itu dengan lembut. Hanya senyum tipis yang terpampang, bersyukur Kayla tidak apa-apa, tapi dalam hatinya begitu banyak sayatan akibat ia tak bisa benti menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi pada Kayla.

Janu menyelimuti tubuh Kayla dengan berusaha tak menimbulkan suara apapun. Ia melangkahkan kaki dari kamar Kayla, menutup pintunya dengan pelan. Malam sudah sangat larut, ia menaiki tangga menuju kamarnya. Janu merapihkan beberapa barang yang tergeletak tak beraturan di kamarnya, beberapa tumpukan buku dan alat tulis di mejanya. Ia duduk di kursi belajarnya, jam menunjukkan pukul sebelas malam. Kaca jendela yang tepat berada di depan meja belajarnya menampilkan langit malam yang gelap, tak ada bintang yang menghiasi.

Dadanya semakin sesak, Janu menangis tanpa bersuara. Ia memukul-mukul dadanya sendiri hingga terbatuk-batuk namun ia tak peduli. Di dalam hati dan pikirannya, ia hanya bisa terus menyalahkan dirinya. Detik itu Janu benar-benar merasa lelah dengan semuanya. Ia mengangkat kepalanya menatap langit, membiarkan air matanya terus membanjiri wajahnya.

"Maafin aku, Kay. Andai kamu nggak nemuin aku, andai kamu nggak pernah nerima aku di rumah kamu, andai kamu nggak pernah di sampingku, kamu pasti nggak akan terlibat dengan semua ini. Aku bodoh, udah ngebiarin kamu yang nggak punya salah apa-apa malah ikut sakit karena aku. Aku nggak guna, aku cuma ngerepotin kamu dan keluarga kamu, kenapa kamu mau, Kay? Kenapa saat itu aku nggak bener-bener mati aja biar nggak ketemu kamu dan semua masalah ini.."

Buku catatan Janu yang terbuka di meja kini sudah basah, beberapa coretan tinta di lembaran itu luntur.

"Bunda.. Janu capek. Bunda kenapa ninggalin Janu.. Lebih baik Janu mati daripada Janu hidup tapi nggak ketemu Bunda. Janu capek jadi biang masalah orang lain, Janu tahu Janu yang bikin hubungan Jaden dan ayahnya nggak baik, dan sekarang Kayla ikut kena karena Janu.. Bun, Janu pengen semua ini selesai."

Janu beranjak ke kasurnya, isakan tangisnya masih belum dapat ia hentikan. Terlalu banyak yang ia pendam, hingga Bunda menghampirinya dalam mimpi, memeluknya dengan erat.








***








"Janu, kamu habis nangis? Mata kamu bengkak banget." tanya Kayla kala melihat wajah Janu pagi itu. Janu sendiri tak bisa menutupi matanya yang memang membengkak.

"Nangisin apa, hahaha.. Kayaknya kecapekan semalem aku ngebut belajar soalnya hari ini ada ulangan." Janu mengenakan kacamatanya sambil tersenyum pada Kayla. Kayla mengangkat dahinya ber-oh-ria menanggapi jawaban Janu.

Dua siswa berseragam itu pun segera naik ke sepeda berangkat ke sekolah. "Kamu udah nggakpapa kan, Kay?"

"Udah nggakpapa kok, Nu."

"Maaf ya.."

"Maaf apa? Emang kamu salah?" Janu tak menjawab, terus mengayuh sepeda lebih cepat.

Memasuki gerbang sekolah, Jaden sudah menunggu sambil bersandar di mobil milikya. Kayla menyorot Jaden dengan tatapan malas. Setelah memarkirkan sepeda, tanpa disuruh Janu pun mengambil alih tas milik Janu. Namun Kayla tiba-tiba mencegah langkah kaki Janu, menadahkan tangannya.

"Aku aja yang bawain." Tangan Kayla menyahut paksa tas milik Jaden dari tangan Janu. Gadis itu berlari menjauhi Janu yang berdiri bersama Jaden.

"Kalau ulangan matematika hari ini lo mau jelekin nilai lo, gue bakal lepasin lo." ucap Jaden lalu melangkahkan kaki lebih dahulu. Janu masih diam di tempatnya, menghela nafas berat menimang keputusan yang harus ia ambil.








KARUNA SANKARA | Jungwoo ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang