Beberapa hari Jaden dan Kayla bergantian untuk menjaga Janu yang belum juga bangun dari tidurnya yang panjang itu. Dokter mengatakan kondisi tubuh Janu pasca operasi sudah mulai membaik. Mereka perlu menunggu sebentar lagi untuk Janu sadar.
Amsterdam, Belanda.
Gawai milik seseorang berjas putih ala dokter itu bergetar tanda ada panggilan masuk. Lelaki itu baru saja keluar dari mobilnya yang terparkir di garasi mobil. Tangannya dengan cepat mengambil gawainya dari dalam saku jasnya. Ia menatap layar yang menampilkan nomor telepon tak dikenal, berkode +62.
"Halo." Ia mengangkat panggilan itu sambil meneruskan langkahnya masuk ke dalam rumah.
"Halo? Danu? Ini Danu?" tanya seorang dari seberang sana.
"Iya, saya Danu. Ini dengan siapa?"
"Gue Yudis, temen SMA lo." Pria bernama Danu itu membelalakan matanya. Tasnya ia taruh di sofa ruang tamu, menghempaskan tubuhnya yang amat lelah.
"Yudis? Lo Narendra Yudistira?"
"Iye. Apa kabar sob? Gue pusing banget nyari nomor lo, akhirnya dapet juga."
"Haha, kabar gue baik. Lo gimana? Lo masih di Jepang? Eh, tapi ini nomor Indo. Kok bisa dapet nomor gue? Mau ngajak reunian apa?"
"Iya, gue udah balik ke Indonesia, Dan. Ehm, tentang gue dapet nomor lo dari mana nggak penting. Ada hal yang mau gue kasih tahu ke lo, bukan tentang reuni apalah itu."
"Kenapa?"
"Ini.. tentang Janu."
"Hah?" Senyuman karena Danu mendapat telepon dari teman lamanya itu memudar kala mendengar nama adiknya yang telah lama tak pernah ia ungkit lagi.
"Janu, adik lo."
"He's gone, Yud."
"I found him."
"Are you kidding me right now?" Suara Danu memelan.
"I am serious, Dan."
"But, how?"
"Tell your family to return to Indonesia asap, and I will show you where Janu is."
"Lo yakin itu bener-bener dia?"
"Yakin, Dan. I will wait for you in Indonesia."
Sambungan telepon antara keduanya terputus. Danu menggenggam ponselnya yang agak hangat sehabis meneriam telepon. Bimbang apakah dia harus percaya pada apa yang Yudis baru katakan padanya.
"Eh, udah pulang, Dan?" Bundanya dan kakak perempuannya, Saras keluar dari dapur membawakan masakan makan malam yang baru saja matang. Melihat Danu duduk di ruang tamu mereka segera menata makanan dan mengahmpiri Danu yang masih diam di tempatnya tak menjawab.
"Mandi sana, Dan. Abis situ makan. Sekalian panggilin Jihan ke kamarnya." Saras bertitah.
"Bun, kita perlu kembali ke Indonesia." ucap Danu dan menatap tatapan heran dari Bunda dan kakaknya.
"Mau ngapain, Dan?"
"Janu masih hidup, Bun." Jantung Bunda berdegup kencang setelah sekian lama tidak mendengar nama itu.
"Masih hidup gimana? Ada yang nemuin Janu?" cerca Bunda.
"Teman SMA-ku barusan telepon aku, dia bilang dia nemuin Janu. Dia nyuruh kita buat ke Indonesia secepatnya."
"Kamu serius, Dan? Temen kamu ini nggak bercanda kan?"
"Mana ada yang berani bercanda soal Janu, Kak. Bun, Danu yakin, Danu percaya kalau sebenarnya Janu itu masih hidup. Ayo, Bun kita ke Indonesia jemput Janu."
KAMU SEDANG MEMBACA
KARUNA SANKARA | Jungwoo ✔️
Teen Fiction[ Telah dibukukan ] 𝒀𝒐𝒖 𝒏𝒆𝒗𝒆𝒓 𝒓𝒆𝒂𝒍𝒍𝒚 𝒍𝒐𝒗𝒆 𝒔𝒐𝒎𝒆𝒐𝒏𝒆 𝒖𝒏𝒕𝒊𝒍 𝒚𝒐𝒖 𝒍𝒆𝒂𝒓𝒏 𝒕𝒐 𝒇𝒐𝒓𝒈𝒊𝒗𝒆. Memaafkan orang lain terlebih dahulu sebelum orang itu meminta maaf pada kita, apakah itu hal yang mudah? Persaingan pendidi...