8. Waktu yang Tepat

316 50 11
                                    

Taehyung mengetuk-ngetuk jemarinya di atas meja. Harusnya 2 jam setelah home schooling-nya selesai. Joohyun datang seperti biasa dengan suara cerianya. Pria itu rindu sekali.

Dilihat dari gerak tubuh, cara mengigiti bibir bawahnya dengan tidak sabaran. Sungguh pria itu gelisah luar biasa. Kegelisahan itu sudah berada di titik puncak yang bisa pria itu tampung.

Mengingat hari ini sudah dua minggu Joohyun absen mengunjunginya. Ia tidak bisa untuk tidak khawatir. Untuk tidak bertanya-tanya. Ingin rasanya menghubungi gadis itu, tetapi bahkan nomornya saja tidak dapat dihubungi walau sambungan telepon Taehyung terhubung.

Ada apa sebenarnya dengan gadis itu, kenapa tiba-tiba menghilang secara tiba-tiba? Taehyung benar-benar tidak bisa menarik kesimpulan.

Rasanya ada yang kurang jika Joohyun tidak datang. Gadis misterius itu ... sihir apa yang ia miliki sampai Taehyung bisa begini?

Padahal waktu terakhir mereka bertemu, mereka tertawa bersama. Sungguh, Joohyun itu. Kepergiannya seperti kedatangannya, tiba-tiba dan tanpa peringatan.

"Jimin, apa kau tidak khawatir dengan Taehyung? Dia gelisah seperti menunggu kabar penting saja."

Seulgi yang melihat gelagat Taehyung mencoba menghubungi Jimin. Wanita itu tentu selalu menjaga jarak selama Taehyung tinggal bersamanya. Dia bahkan tidak pernah menunjukkan batang hidung. Alasannya, tentu Taehyung akan bingung mengetahui Jimin dan Seulgi tinggal bersama padahal masih SMA--jangan lupa ingatan Taehyung mundur 10 tahun.

"Bagaimana lagi? Aku harus melakukan ini," jelas pria yang akan segera memiliki keturunan itu.

"Bukankah kau yang meminta Joohyun untuk melakukan semua ini?"

Seulgi sedikit meninggikan suara. Beginilah jika suaminya asal bicara dan tidak memikirkan efek samping dari kalimat yang keluar dari bibirnya. Semuanya jadi berantakan.

"Mana aku tahu jika akan seperti ini? Sudah biarkan saja, Taehyung."

"Kau ini!" Seulgi gemas sendiri dengan suaminya. Heran, kenapa dulu dia mau menjadi kekasih pria Nam ini. Parahnya dia mau menikah dengan pria yang satu tahun lebih muda darinya itu.

"Aish, Noona. Kau kenapa sih marah-marah terus seperti ini? Rindu, ya? Tunggu, aku pulang sebentar lagi," goda Jimin pada Seulgi.

"Siapa yang rindu!"

"Oh, atau kau berpura-pura saja datang berkunjung. Kau kan satu sekolah dengan kami." Jimin mengusulkan, mengingat Seulgi adalah kakak tingkat mereka di sekolah. Sepertinya itu tidak masalah.

"Baiklah, baiklah. Aku akan berpura-pura."

"Pastikan Taehyung tidak menyentuh perutmu."

"Iya, anak ayam. Jangan cerewet."

Seulgi segera mematikan ponselnya tanpa menunggu jawaban Jimin. Pria itu segera menjauhkan ponselnya dari telinga, lalu melihat layar dan menahan bibir untuk tidak mengumpat. Astaga. Seulgi. Jika belum dia hamili, wanita itu akan Jimin habisi setelah sampai rumah.

"Permisi."

Seulgi berusaha mengetuk pintu kaca depan ruang televisi yang langsung menuju taman. Ia geser pintu itu dan berdiri di samping Taehyung yang sedang duduk di beranda.

Our Secret EventTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang