Semuanya terjadi begitu cepat hingga yang dapat Taehyung lakukan adalah membanting stir ke kanan untuk menghindari gadis kecil itu. Mobil yang dikendarainya menabrak beton pembatas jalan hingga remuk di bagian depan. Kepala Taehyung terbentur stir mobil dengan kuat hingga suara klakson panjang terdengar setelah insiden.
"Yeri!" Wendy segera menghampiri putrinya yang masih berdiri di tengah jalan. Bocah itu menangis ketakutan.
"Mama, aku takut." Bocah itu mengadu dalam pelukan sang ibu. Nyaris saja sebuah mobil menabrak tubuh kecilnya.
"Gwenchana, gwenchana. Mama di sini." Wendy berusaha menenangkan putrinya. Sementara Joohyun ikut berlari menghampiri Wendy dan Yeri.
"Yeri tidak apa-apa? Maafkan aku, harusnya aku tidak meninggalkan Yeri sendirian." Raut wajah Joohyun terlihat menyesal dan khawatir sekaligus.
"Yang penting sekarang Yeri baik-baik saja."
Keduanya menoleh pada mobil yang hampir menabrak Yeri. Semua orang sudah mengerumuni bagian depan mobil di mana sang pengemudi tergolek tidak sadarkan diri. Joohyun segera berlari dan menerobos keramaian. Meski banyak penonton tetapi tidak ada satu pun yang bergerak untuk menelepon ambulan. Sementara kepala pengendara itu mengeluarkan begitu banyak darah hingga menetes. Pria itu harus segera ditolong sebelum kehabisan darah lebih banyak lagi.
Joohyun segera mengambil ponselnya dan menghubungi rumah sakit. Wanita itu masih menunggu sambungan teleponnya diterima sambil memandang panik wajah pria di dalam mobil itu. Sejenak berpikir. Bagaimana jika pria ini tidak terselamatkan? Semua ini salahnya, andai ia tidak meninggalkan Yeri seorang diri. Bocah itu tidak mungkin berlari menyeberang jalan hingga menimbulkan kecelakaan seperti ini.
Tim medis datang tidak lama kemudian, mereka mengangkat pria itu yang semula dahinya menekan stir mobil. Ketika sudah dibawa ke brangkar. Joohyun memandang laki-laki itu lamat. Wajah itu, hidung itu. Astaga. Joohyun mengenali pria berlumuran darah ini.
"Taehyung?!" Joohyun memekik. Tidak salah lagi, itu adalah pria yang telah memberikan tumpangan untuknya satu minggu yang lalu.
"Kau kenal pria ini?" Entah bagaimana caranya, kini Wendy sudah ada di samping Joohyun. Wanita itu hanya mengangguk.
Joohyun masuk ke dalam mobil ambulan saat mereka membawa Taehyung. Wanita itu ketakutan luar biasa di dalam sana hingga rasanya ingin menangis. Entahnya, ia hanya sedih jika pria yang pernah menolongnya malah celaka karenanya.
"Tolong selamatkan dia," ucap Joohyun bergetar.
.
.
."Apa dia baik-baik saja?" Seorang pria berlari dan menghampiri seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan Taehyung. Jimin datang setelah mendapat telepon bahwa sepupunya mengalami kecelakaan tunggal.
"Kami harus menyampaikan bahwa Tuan Nam Taehyung mengalami patah tulang di bagian lengan kanan. Kepalanya mengalami benturan yang cukup keras, namun syukurlah tulang tengkoraknya tidak retak. Tuan Nam kehabisan banyak darah. Jika terlambat sedikit saja, mungkin kita sudah kehilangan dia. Syukurlah seseorang menelepon di waktu yang tepat." Jimin dapat bernapas lega mendengar penuturan dokter. Walau Jimin kesal dan kadang marah dengan kelakuan Taehyung, pria itu masih tetap saudaranya. Ia tidak bisa acuh.
"Syukurlah. Di mana orang yang telah menyelamatkan Taehyung? Apa dia masih di sini?"
Dari awal kedatangan Jimin, Joohyun telah membuang wajah ke lain arah agar keberadaannya tidak menjadi perhatian. Wanita itu hanya tidak ingin Jimin mengetahui bahwa orang yang telah menyelamatkan Taehyung adalah orang yang juga membuatnya celaka. Ditambah, orang itu yang menjadi alasan pertengkaran Jimin dan Taehyung tempo hari. Kebetulan yang sangat tidak menguntungkan bagi Joohyun. Ia menjadi pahlawan sekaligus menjadi penjahat di waktu yang bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secret Event
RomansaKetika sang istri terbaring koma di rumah sakit. Taehyung bertemu dengan Joohyun yang malam itu babak belur. Keduanya yang telah memiliki kehidupan pernikahan masing-masing sering dipertemukan kembali dalam sebuah tragedi. Apa pertemuan itu adalah t...