22. Pengakuan dan Keputusan

190 30 3
                                    

Taehyung mengusap hidung hingga darah segar menempel di punggung tangan. Bahunya yang naik turun menandakan pria itu kesulitan menjangkau udara. Mimpi yang baru ia alami terasa begitu nyata hingga dadanya sesak. Cekikan itu seperti akan benar-benar membunuhnya.

Sambil duduk di atas ranjang, Taehyung menundukkan wajah dan mencengkeram dada yang terbalut kaos itu kuat-kuat seperti menahan rasa sakit.

Bahkan Taehyung belum pernah bertemu dengan anaknya sendiri. Darah dagingnya. Namun, mengapa terasa sangat nyata? Terasa sakit hingga ingin mati?

Tanpa disadari. Bersamaan dengan darah yang terus mengalir dari hidungnya, air mata ikut jatuh membasahi sprei berwarna putih itu.

Taehyung tidak pernah berpikir bahwa keputusannya ini akan menyerang balik dirinya pada satu titik. Dia tidak pernah mengantisipasi untuk yang satu ini, karena pria itu kira jika ingatan tentang kehidupannya kembali. Ia akan  baik-baik saja. Ia akan tetap menjalani hidup yang menjadi pilihannya sekarang dengan damai.

Fakta bahwa Taehyung terus menerus merasakan perasaan yang campur baur saat ingatannya kembali membuatnya hampir gila.

Pikiran Taehyung kacau. Ia tidak dapat mengelak lagi. Semua mimpi itu menghadirkan rasa yang selama ini selalu ingin dia sangkal. Perasaan-perasaan yang hanya Taehyung sendiri yang mampu mendeskripsikannya. Dan, di antara rasa yang melebur itu. Taehyung mengenali salah satunya.

Penyesalan.

Penyesalan yang terbagi pada dua arah. Pada Joohyun, wanita yang ia cintai saat ini dan Sooyoung, istri sahnya.

Hati pria tampan itu rasanya kini terombang-ambing. Taehyung rasa ia tidak kuat menghadapi ini sendiri. Ia tidak kuat menerima potongan ingatan itu bertubi-tubi melesak ingin masuk dalam kotak ingatannya.

Ia seperti kehilangan arah.

Taehyung makin terisak di atas ranjang tanpa melakukan apa pun. Hanya memikirkan bagaimana selanjutnya kehidupannya.

Ia sudah sejauh ingin bersama Joohyun. Apa ia akan menyerah dan mengalah pada cintanya untuk Joohyun yang masih ia rasakan begitu besar? Atau ... tidak.

Taehyung tidak mungkin melakukan itu. Ia tidak mungkin kembali pada Sooyoung meski sedikit demi sedikit perasaan itu kembali tumbuh.

Mungkin sudah sewajarnya begini meski Taehyung sangat tidak ingin. Kata Jimin, ia sangat mencintai Sooyoung. Tinggal menunggu waktu hingga rasa cinta itu penuh kembali dan membunuh Taehyung perlahan. Yang artinya menunggu hingga puzzle ingatannya kembali utuh.

Oh, tidak! Taehyung tidak mau. Ingatannya baru kembali sebagian dan rasanya ia sudah sekarat.

Bukan karena Taehyung harus merasakan kepalanya sakit luar biasa dan darah segar mengucur dari hidungnya. Lebih kepada ia tidak ingin ingatan dan juga perasaan untuk Sooyoung kembali utuh.

Taehyung masih menunduk dan terisak saat suara langkah kaki terdengar. Joohyun kembali ke kamar setelah mengambil air di dapur.

Reflek yang terjadi pada Joohyun ketika melihat Taehyung yang berantak di atas ranjang adalah matanya terbuka lebar dan bahunya terangkat. Ia seketika membatu dengan tangan masih menggenggam gelas.

Mendengar pria itu juga terisak. Ia lantas  bergerak dan mendekat pada Taehyung cepat-cepat.

Joohyun segera meletakan gelas di nakas. Dilihatnya sprei mereka yang putih bersih, berubah warna menjadi merah pekat karena darah yang mengalir dari pria yang masih tertunduk itu.

"Taehyung, apa yang terjadi padamu?" Joohyun mencoba meraih wajah Taehyung.

Tatapan khawatir wanita itu yang pertama kali Taehyung dapati ketika netranya terbuka. Dahinya juga ikut mengeryit. Wajahnya seperti bertanya-tanya mengapa Taehyung seperti ini.

Our Secret EventTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang