17. Sebelum Memulai

185 46 2
                                    

Tidak ada pilihan bagi Joohyun dan Taehyung selain mencari penginapan terdekat yang bisa mereka jangkau untuk menghabiskan satu malam sebelum kepindahan mereka ke tempat baru. Padahal, Taehyung ingin cepat-cepat pergi ke tempat tujuannya bersama Joohyun di sebuah pedesaan kecil. Pria itu bahkan sudah membayangkan bagaimana kehidupannya di sana nanti.

Setiap pagi, Joohyun akan memasak untuknya. Dan Taehyung, tentu setelah mendapatkan pekerjaan, entah di kantor pos atau di pabrik. Akan berjalan ke tempat ia kelak akan menghasilkan uang, menghabiskan berjam-jam duduk di meja kerja yang pasti amat membosankan. Dan memandang foto Joohyun dalam figura yang bertengger di atas meja akan menjadi kegiatan mengasikkan untuk mengusir bosan.

Lalu, ketika pulang kerja ia akan melihat wanita itu sedang menyiram bunga atau sedang memasak di dapur rumah kecil mereka. Wanita itu akan tersenyum lebar ketika menyambutnya di rumah. Hanya dengan memandang wanita itu. Membuat rasa lelah Taehyung setelah bekerja terbayar.

Taehyung sudah membayangkan itu.

Sayangnya Taehyung harus menunda satu hari untuk mewujudkan mimpinya. Meski itu sangat tidak masalah, karena keterlambatan ini Taehyung jadi tahu sisi dari diri Joohyun yang lain.

Seingatnya, Joohyun adalah wanita yang irit untuk tertawa. Sesekali wanita itu tertawa walau seperti tidak bergairah. Namun, saat Taehyung salah membeli tiket. Wanita itu tidak dapat menahan tawa riangnya. Mungkin karena itu, mood Joohyun jadi bagus sepanjang malam. Dia riang sekali seperti anak kecil yang baru pertama kali pergi ke karnaval. Walau, jika boleha jujur. Taehyung malah merasa dirinya seperti orang bodoh di mata Joohyun. Biarlah. Asal wanita itu bahagia. Taehyung tidak masalah.

"Bisa-bisanya kau salah membeli tiket."

"Kau masih membahas yang itu?" Taehyung terkekeh sambil menikmati soda dan camilan yang ia beli sebelum ke hotel.

"Dasar ceroboh." Joohyun mencium pipi Taehyung singkat hingga kacamatanya merosot. Entah mengapa, Taehyung tidak tahu mengapa kini wanita itu memakai alat bantu melihat.

"Aku terlalu bersemangat," balas Taehyung dan mencium bibir Joohyun yang wajahnya mendongak polos padanya. "Begitu saja kau tertawa terbahak-bahak. Bagaimana jika aku menceritakan tentang hal-hal konyol?" lanjutnya kemudian.

"Ceritakan satu atau beberapa hal konyol yang bisa membuatku terus tertawa malam ini."

Joohyun memeluk Taehyung setelah berkata. Kemudian pria berhidung bangir itu tersenyum hangat. Lucu sekali melihat Joohyun manja seperti ini. Sebelum-sebelum ini wanita itu tidak banyak berekspresi. Entahlah, mungkin karena pada akhirnya wanita itu memilih mengalah pada apa yang dia inginkan. Mungkin, Joohyun hanya ingin jujur pada perasaannya sendiri. Tidak ingin menyangkal apa pun. Taehyung mengambil kesimpulan.

"Ayo ceritakan," rengek Joohyun sambil menggoyang lengan kekar kekasihnya.

"Setelah kupikir-kupikir ... malas, ah."

"Kenapa? Apa tawaku berisik?"

Taehyung segera menggeleng.

"Aku malah senang jika kau tertawa. Cantik sekali. Tapi aku juga tidak ingin melihatmu terlalu banyak tertawa," jelas pria itu sambil menoel hidung Joohyun.

"Karena yang terlalu banyak tertawa akan menangis pada akhirnya?" Ekspresi Joohyun tiba-tiba serius.

"Hey, kenapa berubah serius seperti itu. Bukan, bukan begitu maksudku. Hmm ... mau mendengar alasannya?"

Joohyun melepaskan pelukannya pada pria itu dan duduk tegak. Ia mengangguk berkali-kali. Sejujurnya, memang tawanya sangat menggelegar. Kata orang, berbanding terbalik dengan wajahnya yang terlihat kalem dan lembut. Maka dari itu sebenarnya Joohyun menghindari tawa yang terbahak.

Our Secret EventTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang