27. Kesempatan

164 27 1
                                    

Kesempatan tidak datang sering kali dalam hidup. Kadang penawaran berharga hanya datang sesekali. Maka manusia harus pandai memanfaatkan kesempatan yang datang dengan sebaik mungkin.

Bisa jadi, ini adalah kesempatan pertama dan terakhir yang dimiliki Joohyun.

Ia bertekad tidak akan menyia-nyiakannya, ia akan memanfaatkan ini dengan baik. Untuk menebus kesalahannya, Joohyun benar-benar akan melakukan perannya sebagai istri Suho dengan hati ringan kali ini.

Senyum yang sudah lama tidak ia pertontonkan di rumah megah itu kembali ia latih di depan cermin. Bibirnya yang membentuk garis lurus ia angkat tinggi hingga pipinya ikut naik.

Joohyun harus terlihat bahagia meski banyak hal-hal di dalam kepalanya yang harus segera disingkirkan karena hanya akan menghambat dirinya. Terlebih akan membuat semangatnya menguap dan menjadikan hari-harinya jadi mendung.

Seperti; ia harus bertahan menjadi istri Suho karena takut dibuang dan menjadi gelandangan.

Dulu sejujurnya hal itu membuat Joohyun berpikir bahwa kegiatannya sebagai istri hanya sebagai penggugur kewajiban. Ia tidak menikmatinya sama sekali, terutama setelah mengetahui sifat asli Suho.

Tapi, semuanya sudah diatur ke pengaturan awal. Semuanya sudah dimaafkan.

Di stasiun kemarin, setelah mereka tiba di Seoul. Suho berbisik lembut pada Joohyun, "Kita harus melupakan semuanya setelah keluar dari tempat ini. Kesalahanmu, keselahanku. Kita akan memulai hidup baru tanpa melihat ke belakang. Langkah pertama kita menginjak Seoul, adalah awal mula dari segalanya."

Di hari itu, Joohyun menghapus semua kenangan buruknya bersama Suho. Kenangan manisnya bersama Taehyung, dan segala perihnya.

Joohyun menarik napas panjang hingga bahunya terangkat.

Semuanya akan baik-baik saja.

Berkali-kali Joohyun mengucapkan kalimat itu dalam hati. Semuanya akan baik-baik saja. Selagi ia mengabaikan masa lalu yang masih muncul sekelebat di kepalanya.

Terutama ia harus berusaha keras mengabaikan perasaan sakit dan sesak yang kemudian menjadi amarah saat tidak sengaja mengingat Taehyung. Ia hanya perlu mengabaikannya. Tidak perlu terlalu diingat dan dikenang.

Ia hanya harus hidup di hari ini dan maju ke depan. Begitu akan lebih mudah untuk dijalani.

Dan ia yakin semuanya akan terasa lebih mudah karena Suho sama-sama memanfaatkan kesempatan untuk memperbaiki rumah tangga mereka dengan baik.

"Apa yang membuatmu tersenyum lebar di depan cermin seperti ini?"

Suho melingkarkan tangannya di perut Joohyun. Dagunya ia sandarkan ke bahu.

"Tidak ada. Hanya ingin saja," jawab Joohyun. Senyumnya semakin lebar membalas Suho.

"Karena mood-mu sedang baik. Bagaimana jika kita pergi keluar malam ini? Makan malam romantis mungkin. Atau, terserah padamu."

Sebuah kecupan ringan mendarat di perpotongan leher dan bahu Joohyun. Wanita itu tertawa geli.

"Aku tidak mau ke mana-mana. Lagi pula aku sudah memasak makanan kesukaanmu."

Joohyun meletakkan tangannya di atas punggung tangan sang suami. Mengeratkan kembali pelukannya.

"Baiklah. Kalau begitu ...."

Suho mengangkat dagu Joohyun dengan lembut hingga tatapan keduanya saling bertemu.

"Biarkan aku menikmati appetizer-nya, terlebih dahulu."

Our Secret EventTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang