Mimpi itu terus menerus datang meski tidak pernah diundang. Tubuh itu sering kali bangun penuh keringat sebelum matahari benar-benar naik. Nam Taehyung tidak pernah bisa tidur dengan tenang setelah satu ingatannya kembali. Senyum itu, tawa itu, semuanya terekam jelas dan nyata seperti ingatan melamar Sooyoung di biang lala baru dibuat detik itu.
Seperti beberapa malam terakhir, pria itu bangun setelah memimpikan hal yang sama. Mengganti kaosnya yang basah kuyup dan pergi ke dapur untuk meminum sesuatu.
Agaknya malam ini teman tidurnya terusik juga dengan aktivitas malam pria itu yang tidak biasa beberapa hari ke belakang. Taehyung tidak tahu apakah selama ini sebenarnya Joohyun terusik dan memilih pura-pura tidur atau wanita itu memang baru menyadarinya sekarang jika Taehyung sering menyelinap keluar kamar.
"Taehyung, apa kau baik-baik saja?"
Pria itu mendongak dan menemukan Joohyun sedang mengeratkan gaun tidurnya. Wanita itu terlihat cemas.
"Aku baik. Hanya sedikit kepanasan," tukas Taehyung sekenanya.
"Apa kau masih kepanasan meski beberapa hari ini menyalakan AC di suhu minimal? Aku bahkan sampai kedinginan meski menggunakan selimut," protes wanita itu pada Taehyung yang hanya menunduk dengan pemandangan gelas yang berembun.
Tidak mendapat jawaban, wanita berambut pendek berkacamata itu menghampiri Taehyung yang terlihat sangat kelelahan. Tidak biasanya Taehyung jadi pendiam seperti ini. Meski bibir itu bungkam. Joohyun tahu bahwa pria yang ia cintai itu sedang menyimpan sesuatu.
"Aku juga tahu kau menyelinap keluar kamar beberapa malam ini. Sebenarnya ada apa?"
Taehyung mendapat jawaban tanpa perlu mengajukan pertanyaan. Ternyata wanita yang tidur dengannya memang sangat peka.
Wanita itu lantas mendekat pada pria yang sangat tidak bersemangat itu. Joohyun mencoba memijat bahu Taehyung, hingga pemuda itu menggerakkan lehernya kiri dan kanan secara reflek sambil menutup mata. Wanita itu benar-benar tahu apa yang Taehyung butuhkan. Beberapa hari tidurnya tidak berkualitas. Membuat tubuh kekar pria itu rasanya seperti habis dipukuli. Pegal dan sakit.
"Kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku? Apa ini ada hubungannya dengan sesuatu yang terjadi di biang lala?"
Taehyung segera menyentuh tangan Joohyun hingga kegiatannya terhenti. Wanita itu terpaku karena gerakan tiba-tiba itu membuatnya terkejut. Apakah Taehyung masih enggan menjawab pertanyaannya yang ia ajukan pertama kali ketika mereka turun dari biang lala waktu itu? Apa alasannya terlalu pribadi hingga Joohyun tidak perlu tahu?
"Jika kau tidak mau mengatakannya tidak apa-apa. Tapi jika kau berubah pikiran. Aku akan selalu ada untuk mendengarkanmu."
Wanita itu akhirnya melepaskan tangan Taehyung. Memutuskan untuk tidak memaksa pria itu terlalu jauh agar mau menceritakan sesuatu yang mungkin memang tidak ingin dia ceritakan.
Pria itu memutar kursinya agar menghadap pada sang lawan bicara. Taehyung yang masih duduk mendongak melihat Joohyun yang menunduk melihat ke arahnya.
Tanpa sepatah kata, pria itu memeluk pinggang wanita di hadapannya. Wajahnya tenggelam dalam kehangatan sang wanita yang mengusap surainya lembut.
"Aku sebenarnya takut ketinggian. Aku hanya malu saja mengatakannya padamu."
"Kenapa perlu malu? Semua orang punya ketakutannya masing-masing," gumam Joohyun masih menyisir rambut Taehyung dengan jemarinya.
"Apa ketakutan terbesarmu?"
Ketakutan?
Joohyun terdiam sesaat. Kepalanya berusaha mencari jawaban. Ia coba mengingat-ingat pada apa yang ia takutkan dalam hidup ini meski sebenarnya ketakutan mudah melekat dan akan selalu teringat. Jika begini, apa sebenarnya Joohyun tidak takut pada apa pun?
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Secret Event
RomanceKetika sang istri terbaring koma di rumah sakit. Taehyung bertemu dengan Joohyun yang malam itu babak belur. Keduanya yang telah memiliki kehidupan pernikahan masing-masing sering dipertemukan kembali dalam sebuah tragedi. Apa pertemuan itu adalah t...