13. Mungkin Harus

272 49 13
                                    

Joohyun memang yang meminta agar mereka berdua tidak saling bertemu untuk beberapa saat. Dia pula yang berkata bahwa semua yang dia lakukan bersama Taehyung tidaklah benar. Namun, berbanding terbalik dengan semua ucapannya. Kini wanita berambut panjang itu malah berakhir di rumah sakit. Mengantar Taehyung ke dokter spesialis untuk membicarakan tentang donor mata.

"Jika nanti sudah ada perkembangan tentang pendonor. Saya akan menghubungi Tuan Nam Taehyung."

"Terima kasih, Dokter. Saya tunggu kabar baiknya."

Setidaknya dengan begini. Joohyun juga ikut andil dalam mengusahakan kesembuhan penglihatan Taehyung. Dia tidak pernah lupa bahwa semua ini adalah salahnya.

Hari ini, Taehyung pulang ke rumah Jimin. Joohyun menemaninya menunggu taksi di depan rumah sakit dan menuntunnya agar duduk dengan nyaman setelah kendaraan itu sampai.

"Hati-hati, hubungi aku jika kau sudah sampai rumah."

Harusnya Joohyun yang berkata seperti itu. Namun, Taehyung yang mengatakannya lebih dulu. Hanya ingin memastikan bahwa wanita itu akan menghubunginya setelah ini.

"Aku akan mengabarimu setelah sampai rumah nanti," timpal Joohyun sebelum menutup pintu taksi.

"Oh, Joohyun. Aku juga memberikan nomor teleponmu pada dokter. Jika dia sulit menghubungiku, dia akan menghubungimu."

"Baiklah. Hati-hati."

Taehyung tersenyum ke arah depan. Taksi melaju setelah Joohyun mengangguk pada sang supir. Kendaraan itu perlahan meninggalkan rumah sakit dan juga Joohyun yang masih berdiri diam.

Wanita itu menarik napas panjang, lalu bergegas pergi ke suatu tempat. Dia tidak akan langsung pulang ke rumahnya sore ini. Ia akan bertemu dengan seseorang terlebih dulu.

.
.
.

"Joohyun, katakan padaku bahwa semua yang kau ucapkan itu hanyalah fantasi liarmu saja."

Wanita berambut pendek itu tidak bisa untuk menaikkan nada bicaranya. Wajahnya terlihat sangat tidak santai, begitu juga hatinya. Di depannya sang sahabat baik terisak sambil menggeleng. Kepalanya tertunduk. Seperti maling yang sudah tertangkap basah dan sedang mengakui dosanya.

Baru saja, Joohyun mengatakan semuanya pada Wendy. Menceritakan tentang pria yang hampir menabrak Yeri, bagaimana mereka saling mengenal sebelumnya, dan bagaimana mereka sekarang. Menjalin hubungan terlarang di belakang pasangan masing-masing.

"Egois, kau egois, Joohyun. Bagaimana kau bisa melakukan--"

"Egois? Bukankah Suho juga egois padaku. Pernikahanku tidak bahagia, Wendy. Aku tidak mencintai pria itu." Joohyun membalas kalimat Wendy dalam linang air mata.

Tentu ia ingin membela dirinya. Siapa yang egois? Bukankah Suho juga egois? Semaunya sendiri? Sering memukulnya sesuka hati? Ia bahkan tidak tahu apa pria itu mencintainya dengan sungguh-sungguh. Jika pria itu mencintainya dengan sungguh, harusnya Suho melindunginya bukannya merusakkan dan menodainya dengan luka lebam.

"Sekarang, kutanya padamu. Siapa yang menerima lamaran Suho? Kenapa kau menerimanya menjadi suamimu jika kau tidak mencintainya?"

"I-itu rumit."

Joohyun menjawab terbata, sementara Wendy mengembuskan napas berat dan menyandarkan tubuhnya ke kursi sambil melipat tangan di dada. Seperti sudah sangat kehilangan kesabaran.

"Joohyun, yang aku kenal akan berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu. Jelas, sebelum kau menikah dengan Suho, kau sudah memikirkannya dengan matang. Semua ini adalah konsekuensi dari pilihanmu sendiri, Joohyun. Aku sudah mengatakannya. Agar kau berpisah dengan Suho. Kau malah menolaknya, dan kini kau ...."

Our Secret EventTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang