Additional Part 2

125 14 2
                                    

Air mata jatuh di sudut mata Joohyun setelah ia menutup ceritanya pada Ibu Choi malam itu. Wanita itu menggenggam tangannya erat, tidak menghakimi apalagi mengusirnya.

"Sudahlah, kadang manusia melakukan kesalahan dan kebodohan. Kau bukan satu-satunya yang melakukan itu."

Joohyun hanya mengangguk. Beruntung Ibu Choi mau menerimanya di panti. Ia harus banyak-banyak berterima kasih.

Selain itu pengurus panti lain juga menerimanya tanpa pertanyaan perihal kehamilannya. Walau mungkin di belakang Joohyun mereka saling berbisik dan menjadikannya bahan gosip. Setidaknya di depan Joohyun mereka memperlakukannya dengan baik.

Sebagai usaha balas budi Joohyun membantu pekerjaan di dapur panti. Melakukan hal yang bisa ia lakukan. Ia tidak ingin menjadi beban di sana meski kondisi membuat ruang geraknya sedikit terbatas.

"Eonnie, turunkan keranjang kentang itu. Biar aku saja yang mengangkatnya."

"Tidak apa-apa Jisoo, lagipula ini tidak terlalu berat."

"Tentu saja. Keras kepala Eonnie ternyata masih belum luntur." Joohyun tersenyum mendengar ucapan Jisoo, teman kecilnya ketika berada di panti dulu.

Beruntungnya ia bertemu dengan gadis manis itu lagi setelah sekian lama. Kabarnya setelah tamat kuliah dari program beasiswa, gadis yang usianya jauh di bawah Joohyun itu sempat bekerja menjadi guru TK, tapi akhirnya memutuskan untuk kembali ke panti karena ingin membantu balita-balita di sana yang kurang pengawasan, pengasuhan, dan bimbingan.

Satu hal lain yang harus ia syukuri atas keberadaan Jisoo di sini adalah, Joohyun merasa punya teman lagi. Gadis itu selalu mengajaknya mengobrol ketika jam tidur siang anak-anak.


Di siang hari, Joohyun jarang sekali melamun karena ditemani oleh Jisoo.

Tapi di malam hari, saat hanya ada suara-suara serangga yang dapat ia dengar, Joohyun tidak dapat mengendalikan isi kepalanya.

Ia pikir setelah lelah berada di dapur seharian, kantuk akan datang lebih awal. Namun kenyataannya tidak.

Satu hal yang ingin dia rasakan setelah pindah ke pedesaan tidak ia dapatkan. Suasana pedesaan yang sepi ternyata tidak membuat jiwa Joohyun damai dan tenang. Nyatanya sunyi dan sepi membuat pikirannya berkali-kali dihantam hal-hal rumit yang seharusnya sudah berhenti ia sesali.

Sebelum sampai di tempat ini. Mendengar kabar perceraian Taehyung membuat Joohyun bahagia. Mengetahui pria itu menderita membuatnya merasa menang. Seperti kehidupan adalah kompetisi. Siapa yang paling bahagia ia pemenangnya.

Padahal jika ditelusuri penyebabnya, kemungkinan besar satu-satu sebab adalah Joohyun. Mungkin pada akhirnya Sooyoung tahu bahwa Taehyung berselingkuh di belakangnya ketika koma, lalu mereka bercerai.

Jika benar seperti itu, lalu bisa-bisanya Joohyun merasa bangga dan bahagia akan hal itu? Padahal ia menjadi sebab hancurnya hati wanita lain dan juga rumah tangganya?

Joohyun jadi berpikir, ia yang terlahir tidak beruntung, ternyata memang tidak pernah beruntung sampai kapanpun. Ia yang sejak kecil terluka ternyata setelah dewasa malah menjadi penyebab luka bagi banyak orang.

Pikiran-pikiran negatif seperti itu yang selalu menemani Joohyun di malam hari.

Harusnya ia dapat menghentikan pikirannya sendiri yang lama kelamaan menenggelamkannya pada penyesalan. Tapi setiap malam ia membiarkan dirinya terlarut lagi dan lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our Secret EventTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang