Drakyle Arvedam.Si sulung dari 3Dam, yang selalu merasa bahwa perhatian orang tua dan abangnya tidak adil terhadap mereka, kini perlahan membuka matanya, melihat sekeliling.
Ia sedang dikamar si bungsu, setelah menyelesaikan tugas membuat taman, ia dan Damaru memutuskan langsung pulang, tidak ada namanya jalan dengan crush, keduanya khawatir dengan kondisi si bungsu.
Saat sampai dirumah mereka melihat kedua orang tua dan abangnya yang sedang bersantai dihalaman belakang.
"Adek mana Mi?" tanya Arvedam pada sang Mami sambil mencium kedua tangan orang tuanya.
"Tidur, gih kalian juga makan terus istirahat ya, jangan ngambis mulu." jawab sang mami sambil mengelus kepala dua bujangnya bergantian.
Baik Damaru dan Arvedam keduanya terdiam, kenapa mereka baru menyadari jika perhatian yang diberikan keluarga mereka seimbang dan sesuai porsi.
Arvedam langsung berlari kekamarnya, memutuskan untuk membersihkan diri setelah itu langsung menuju kamar si bungsu.
Dilihatnya Idam yang tertidur dengan tangan kiri yang berada disebelah kepalanya, tangannya luka.
Sejak kecil Idam selalu diperingatkan agar tidak terluka, jika ia terluka lalu berdarah, darahnya sulit untuk berhenti keluar.Arvedam menghela nafas, kenapa selama ini ia tidak mencoba peduli ada apa sebenernya dengan si bungsu sampai orang tua dan abangnya begitu menjaga bungsu mereka.
Arvedam merebahkan dirinya disamping Idam, memejamkan matanya. Memikirkan apa yang sudah dilakukannya selama ini. Mendengar ucapan si bungsu hari ini membuatnya merenungkan semua sikapnya selama ini.
Ia yang selalu bersikap tangguh dan dapat diandalkan didepan keluarganya, menjadi abang yang baik untuk dua kembarannya.
Berusaha menjadi tempat sandaran adiknya namun pada kenyataannya ialah yang lebih bersandar pada adiknya.
Arvedam selalu menceritakan bagaimana harinya pada Idam, apa yang membuatnya marah, apa yang membuatnya senang, apapun itu ia bagi kepada Idam, tanpa sekalipun ia bertanya 'bagaimana harinya Idam?'.
Selama ini ia selalu merasa perhatian dan perlakuan keluarganya tidak adil, ia juga ingin diperhatikan seperti si bungsu, selalu dituruti seperti si anak tengah.
Tapi ia kini sadar, orang tuanya memberinya kebebasan dan kepercayaan dengannya, dengan dibiarkannya ia mandiri.
Ia juga sesekali manja kepada kedua orang tuanya, dan itu tidak masalah untuk si bungsu maupun si tengah.
Lagi-lagi ia tersadar, bahwa selama ini yang perhatian ke dia ya adiknya, adik yang ia irikan karena perhatian orang tua, padahal adiknya begitu perhatian padanya.
Baik Idam maupun Damaru selalu ada untuknya, selalu menemaninya.
Drakyle Arvedam merupakan anak yang berprestasi, ia sudah memenangkan beberapa perlombaan sajak & puisi, tulisan-tulisan yang ia ciptakan juga menyabet beberapa penghargaan.
Selain itu ia juga anak yang supel dan friendly, siapa aja dia temani, jadi tidak heran jika kenalannya dimana-mana.
Damaru Kylevan.Si tengah yang selalu merasa tersisihkan, selalu merasa tidak dianggap, sampai akhirnya ada rasa sedikit tak suka pada si bungsu.
Tapi karena ucapan si bungsu hari ini membuatnya kini tersadar. Tak seharusnya ia menaruh perasaan yang akan membuat pertikaian diantara mereka.
Damaru berpikir apa yang buat si bungsu mengatakan hal itu, dan ia mendapati jawabannya, ia memang memperlakukan Idam seperti Bayi, Bayi yang tidak bisa mengungkapkan apa yang dirasa, bukan hanya dia tapi orang rumah seperti itu. Damaru bahkan kadang menyiapkan bekal untuk Idam hanya untuk memastikan tidak akan ada udang dalam makanan yang akan Idam makan. Ya semua perlakuannya selama ini sedikit demi sedikit membatasi pertumbuhan adiknya.
Damaru menatap Idam dari pintu kamar Idam, melihat sang abang yang sudah terlelap disamping adiknya. Sedikit menimbang apakah ia harus masuk atau tidak, akhirnya ia masuk. Ikut bergabung dengan saudara kembarnya, merebahkan diri disebelah kiri Idam, menatap langit-langit kamar, memikirkan apa yang selama ini telah ia lakukan.
Selama ini Damaru lebih suka membagi cerita kesehariannya dengan Idam, curhat perihal kisah cintanya, perihal lomba-lomba yang akan ia ikuti, apapun itu ia akan menceritakannya pada Idam, tanpa ia sadari selama ini hanya dia yang bercerita, ia sama sekali tidak pernah mendengar cerita apapun dari sang adik.
Damaru juga termasuk ke dalam list siswa populer dengan otak genius.
Tapi kenapa ia tak peka kalau adiknya juga tidak baik-baik saja.
Damaru merutuki keegoisannya selama ini. Damaru pintar gambar, bahkan sudah mendapat beberapa penghargaan atas karyanya.
Selain itu ia juga pintar dalam hal olahraga.Damaru menghela nafas, menatap wajah tertidur si bungsu yang begitu tenang.
Sorry, satu kata yang terucap sebelum ia masuk ke alam mimpi.
Aidam Kyleyaksa.
Si bungsu dari empat bersaudara, yang mendapatkan perhatian lebih diantara saudaranya. Si bungsu yang selalu merasa bahwa ia harus baik-baik saja, ia harus lebih baik dari orang tuanya ataupun abangnya.
Idam berbeda dengan Arvedam dan Damaru, jika Arvedam dan Damaru kenalannya dimana-mana maka Idam tidak, Idam tidak biasa bahkan bisa dikatakan sulit bersosialisasi, Idam lebih suka menyendiri.
Idam juga tidak sepintar abang-abangnya. Ia tidak bisa menggambar ataupun menulis puisi. Ia juga tidak pandai dalam hal olahraga, Satu-satunya hal yang ia sukai hanya menyanyi.
Karena sadar diri ia tidak bisa menjadi anak yang membanggakan orang tuanya, Idam tumbuh sebagai anak penurut, setidaknya ia tidak akan mengecewakan orang tuanya kan.
Idam selalu memendam semuanya sendiri, selalu baik-baik saja didepan semuanya terutama didepan keluarganya, ia harus menjadi sumber kebahagiaan mereka dan selalu terlihat baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
3DAM VS 3DO
Fanfikce"Can we talk again? just like how we talk before." - Damaru Kylevan. "I hide all my pain with the word I'm fine." - Aidam Kyleyaksa. "What if... I told you I like you? would you love me back?" - Drakyle Arvedam. "Talk to me, I miss you." - Dobbyan R...