Maaf

242 57 0
                                    

Day 1

Setelah merenungkan apa yang sudah dikatakannya, Dobbi memutuskan untuk meminta maaf pada Idam. Ia merasa bersalah karena telah mengucapkan kata-kata yang menyakiti Idam dan adiknya.

Dobbi menunggu dengan tidak sabaran dikursinya, sesekali ia melihat jam hitam yang melingkar manis dipergelangan tangannya.
Sudah hampir jam masuk pelajaran, kenapa 3Dam belum datang.

Langkah kaki terdengar, ia yakin 3Dam datang, tapi yang datang hanya Arvedam dan Damaru.
Dobbi hendak bertanya tapi pak June sudah masuk kelas, jadi ia urungkan hal itu.

Bel tanda istirahat berbunyi, semua siswa merapihkan meja mereka.
Ada yang langsung lari ke kantin, ada yang modus ke kelas gebetan, ada yang mencari dedek gemes, dan banyak lagi.

Dobbi berdiri dari kursinya hendak bertanya pada Arvedam, kenapa Idam tidak masuk.

"Dam, kenapa Idam gak masuk?" bukan itu bukan Dobbi, itu Doyogi adik kembarnya yang bertanya pada Arvedam dan Damaru. Dobbi sendiri masih berdiri terdiam dikursinya melihat hal itu. Sejak kapan adiknya itu dekat dengan adik dari Arvedam? Begitu pikirnya.

Selama ini tak ada interaksi apapun dari kedua orang itu, Idam yang seperti mengisolasi diri dan adiknya yang kelewat hyper aktif bukanlah perpaduan yang bagus.

"Masih mau tidur katanya." jawab Arvedam.

Arvedam tidak berbohong, sebab tadi pagi saat membangunkan Idam anak itu menjawab ia hanya ingin tidur hari ini, jadi yasudah Damaru dan dia memutuskan untuk berangkat tanpa Idam.

"Tidur mulu, kek koala." ujar Doyogi dengan raut sebal lalu pergi dari dua anak kembar yang kini saling tatap tak mengerti.

"Bentar deh, sejak kapan Idam deket sama Doyogi?" ujar Damaru setelah berpikir sebentar tadi.

"Lah iya si bocil sejak kapan temenan gitu?" sahut Arvedam.

Lalu keduanya larut dalam pikiran, sejak kapan kedua anak bungsu itu dekat.

Day 2

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Day 2

Dobbi masih menunggu kedatangan 3Dam, berharap kali ini Idam masuk sekolah, namun harapan tinggal harapan karena pada kenyataannya Idam tidak masuk lagi.

Rasa bersalah semakin menumpuk dihatinya, andai saja ia bisa mengontrol emosinya mungkin ia tak akan merasa bersalah gini.

Setelah kejadian beberapa hari lalu, Arvedam semakin dingin padanya, mereka masih adu mulut hanya saja terlihat jelas jika Arvedam malas menanggapinya.

Apa Arvedam marah padanya? Jelas pasti iya, siapa dia sudah menilai orang lain sesukanya terlebih orang itu adalah kesayangan Arvedam dan Damaru, dan mungkin kesayangan semua orang.

Dobbi menghela nafas, lagi-lagi, saat ia hendak bertanya, tapi Doyogi sudah bertanya duluan.

Dobbi menghela nafas, lagi-lagi, saat ia hendak bertanya, tapi Doyogi sudah bertanya duluan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Day 3

Dobbi berdiri dipintu kelasnya, masih dengan harapan Idam akan masuk sekolah, tapi lagi dan lagi Idam tidak masuk.

Apa anak itu sakit? Ia tau tangan Idam terluka karena Dobbyan bertanya pada Doyogi ada apa dihari mereka membuat taman, Doyogi bercerita bahwa mereka hanya memandang bunga Dandelion, Idam berusaha mengambil itu dan terluka. Hanya itu saja.

Dobbi menghela nafas. Apa iya luka kecil begitu membuat Idam sakit berhari-hari? Atau jangan-jangan anak itu tidak masuk sekolah karena ingin menghindarinya? Terlalu marah pada perkataannya? Dobbi makin menyesali perkataannya hari itu.

 Apa iya luka kecil begitu membuat Idam sakit berhari-hari? Atau jangan-jangan anak itu tidak masuk sekolah karena ingin menghindarinya? Terlalu marah pada perkataannya? Dobbi makin menyesali perkataannya hari itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Day 4

Seperti tiga hari lalu, Dobbi masih menunggu kedatangan Idam, ia berharap hari ini anak itu masuk sekolah.

"Idam!" panggil Doyogi dengan antusias, binar ceria menghiasi netra hazel milik Doyogi, menatap seksama wajah yang sedikit pucat itu.

"Lo sakit apa? Kenapa gak masuk?" Doyogi bertanya seraya mengikuti Idam yang berjalan menuju kursinya.

"Nggak sakit, cuma males masuk." Jawab Idam menaruh tasnya lalu duduk.

"Kenapa?" tanya Doyogi ikut duduk dikursi milik Eunsang.

"Lagi males liat Arvedam sama Dobbi taruhan, padahal gak pernah ada yang menang." jawab Idam diikuti kekehan.

Doyogi terdiam, ia tidak menyangka respon Idam sebaik ini, biasanya Idam selalu jutek padanya.

Dobbi yang mendengar namanya disebut Idam memberanikan diri menghampiri Idam yang sedang duduk dengan Doyogi.

"Dam, Idam, ada yang perlu gue omongin sama lo." ujar Dobbi agak ragu, ia takut Idam tidak mau berbicara dengannya.

"Ciee ada yang mau confess ciee." kompor Jay dari pojokan kelas.

"Ciee Dobbi sama Idam ciee." sahut yang lain.

Idam sendiri hanya tertawa, sedangkan Dobbi sedang menahan malu dan kesalnya.

"Emm disini aja ya kak, gue mager jalan ehe." pinta Idam yang disetujui Dobbi.

Akhirnya Dobbi menempati kursi yang sebelumnya diduduki oleh Doyogi.

"Dam, gue minta maaf buat perkataan gue tempo hari yang nyakitin lo." ucap Dobbi yang entah kenapa membuat kelas menjadi hening.

Idam hanya mengangguk, membuat Dobbi semakin merasa bersalah.

"Hari itu gue kesel dan unmood banget, jadi gak pikir panjang buat luapin emosi gue gitu aja, yang berakhir ngucapin kata-kata yang buat lo sama Ogi sakit hati." Jelas Dobbi sambil menatap Idam.

Lagi-lagi Idam mengangguk, "Emm kak, maaf ya gak sopan, maaf juga udah lancang, sekedar saran aja sih, besok-besok kalo lo lagi kesel atau gak mood mending tenangin diri sendiri dulu, karena kita gak bisa kontrol apa yang mau kita ucap pas kita lagi marah, marah boleh tapi ngucapin atau berbuat kasar yang akhirnya nyakitin semuanya itu gak boleh, gak baik, gak sehat buat keberlangsungan hidup hehe." ucap Idam panjang lebar.

"Sekali lagi, maafin gue Dam." ucap Dobbi.

Idam mengangguk mengiyakan.

"Kak kalo lo taruhan sama Pedam lagi, lo harus menang ya, capek gue liatnya seri mulu, kalian niat taruhan gak sih?" ujar Idam tenang.

Hening lagi.

"Ngapain sih kalian taruhan mulu, kalo saling suka bilang aja." celetukan Idam yang membuat dua orang itu tersedak.

"Taruhan mulu mending kerja sama, belajar bareng atau pacaran aja sekalian." timpal Doyogi.

"Jadi orang dewasa susah ya gi, banyak gengsi yang akhirnya malah nyiksa diri sendiri." ujar Idam yang membuat mereka merasa tersentil.

"Karena kita bayi, kajja kita bermain, btw Ogi udah nanem dandelion loh." ujar Doyogi kemudian menarik tangan Idam, mengajaknya keluar dari kelas. Kabur sebelum ditendang ke mars oleh Arvedam dan Dobbi.

3DAM VS 3DOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang