Ngadu

215 38 10
                                    

"Poppo dulu nanti Idam maafin." Ucapnya sambil menampilkan wajah yang mengesalkan.

Sudah seminggu ini Arvedam dan Idam saling diam, jujur saja Idam kangen dengan Arvedam begitu juga sebaliknya, tapi yang sudah seperti diketahui bersama, Arvedam adalah orang dengan gengsi tinggi jadilah ia uring-uringan sendiri.

Arvedam bukan tanpa sebab marah pada Idam, karena setelah beberapa waktu lalu saat Idam dengan berani menyatakan keinginannya pada Dobbi di depan kelas, itu membuat Idam semakin dekat dengan Dobbi dan Dobbyan, membuat Arvedam dan Damaru merasa posisi abang tersayangnya Idam akan tergeser oleh dua makhluk itu.

Beberapa waktu lalu, tepat tiga hari setelah Arvedam dan Damaru mengikuti Idam ke hotel yang hanya untuk mempresentasikan seorang Damaru, Idam melakukan hal yang tak terduga lainnya.

Hari itu guru matematika mereka tidak masuk, kelas menjadi ramai, lalu dengan langkah perlahan tapi pasti Idam menghampiri Dobbi yang sedang menggambar random dipapan tulis, keduanya jadi pusat perhatian murid dikelas, apalagi Idam membawa bucket bunga dandelion yang ia sembunyikan di balik punggungnya.

Idam menepuk bahu Dobbi, keduanya bertatapan sebentar, lalu Idam perlahan memberikan bucketnya pada Dobbi.
Seketika kelas menjadi hening, menantikan kata apa yang akan keluar dari bibir manis Idam. Sedangkan Arvedam sedang menahan emosinya, ayok lah sejak kapan Idam menyukai Dobbinya, bukankah adiknya itu menyukai Doyogi lalu kenapa hari ini dia menyatakan perasaannya pada Dobbi.
Diwaktu yang sama Doyogi juga terkejut, ia pikir dekat dengan Idam, ia pikir Idam menaruh rasa padanya.

"Samdobbie Arjundara will you be my mommy?" pinta Idam pada Dobbi dengan senyum manisnya oh jangan lupakan puppy eyesnya yang membuat orang-orang gemas ingin melemparnya dengan sepatu.

Hening, ya masih hening.

Semuanya berpikir, Idam meminta Dobbi menjadi mommy nya bukan pacarnya. Setelah semua mengerti maksud Idam kelaspun kembali berisik.

"Angjeng, gue udah pegel-pegel videoin taunya minta jadi emak." Jisung mengeluarkan emosinya sambil duduk kembali dikursinya.

Mereka saling menyahuti tidak jelas. Idam masih menunggu jawaban Dobbi yang kini sedang berpikir kemudian menganggukan kepalanya, Idam tersenyum manis sebagai balasan.

"Kalo Dobbi maknya, bapaknya siapa Dam?" pertanyaan dari Eunsang membuat anak-anak dikelas makin berisik.

"Gue." sahut Arvedam yang membuatnya dapat tatapan tak percaya dari murid dikelasnya.

Lalu tak lama kelas menjadi ramai lagi menggoda Arvedam dan Dobbi, sedangkan Idam hanya tersenyum simpul kemudian pergi keluar kelas.

"Anjeng keceplosan." Gerutu Arvedam sambil menutupi wajahnya dengan buku.

"Cie bapak baru." Goda Damaru sambil mencolek bahu Arvedam.

"Diem, lo juga bapak." sahut Arvedam yang membuat Damaru menatapnya dengan sinis.



" sahut Arvedam yang membuat Damaru menatapnya dengan sinis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Abang kata mamih, hari ini adek mau ditraktir ice cream."

"Mamih yang mana?" tanya Damaru dan Arvedam bersamaan.

Ketiganya sedang duduk disofa dengan Idam yang berada ditengah-tengah.

"Dua duanya dong." Jawab Idam sombong.

Ya begitulah, jika didepan orang lain Idam akan diam seperti batu, jika bertiga saja akan sangat berisik dan mengesalkan.

"Gue beliin lo ice cream tapi lo gak boleh kemana-mana." usul Arvedam merayu si bungsu.

"Ihh kok gitu." Idam tidak terima, sengaja mendebat abangnya. Ada rasa senang saat abangnya yang sudah mendiamkannya selama seminggu ini mau berbicara padanya.

"Lo gak boleh kemana-mana, kalo lo luka gimana." Arvedam mulai mengeluarkan alasannya.

Idam memutar bola matanya malas, malas sekali karena sekarang dua abangnya ikut-ikutan protektif seperti bang Ajun. Dulu pun mereka protektif tapi tidak berlebihan seperti sekarang. Idam kadang berharap agar abangnya cepat-cepat memiliki pacar agar mereka sibuk dengan pacarnya.

"Bang Damar ku yang tampan, ayok kita keluar." ajak Idam pada Damar yang berada disebelah kanannya.

"Dibilangin gak boleh kemana-mana." sahut Arvedam menarik Idam untuk duduk lalu ia mengapit tubuh si bungsu diantara ia dan Damaru.

"Dahlah Idam mau ngambek aja." ucapnya sambil menghadap Damaru, tidak mau menghadap Arvedam.

"Aduhh, jangan ngambek dong." Pinta Arvedam, ya bagaimana ya, mereka baru baikan tadi masa iya Idam udah mau ngambek lagi.

"Poppo dulu nanti Idam maafin." Ucapnya sambil menampilkan wajah yang mengesalkan.

"Lah kan yang marah gue." sahut Arvedam tak percaya dengan apa yang Idam bicarakan.

"Ihh poppo dulu." paksa Idam.

"Geli anjing." sahut Arvedam sambil menjauh dari Idam.

'"Yaudah gak Idam maafin." ucapnya sambil melirik Arvedam.

"Lah bocil, kan yang marah gue." Arvedam menatap tidak percaya pada Idam.

"Y."  jawab Idam kelewat singkat.

Arvedam menghela nafas.

"Yaudah sini poppo." Ujarnya menuruti kemauan si bungsu.

"G, timekasi." balasan Idam membuat Damaru tertawa seketika sedangkan Arvedam menahan emosinya.

"Udah sini gue poppo." Arvedam memaksa Idam, yang buat Idam berlari.

"Mamihhh liat deh, masa pedam mau poppo adek." ucapnya dari balik tubuh Dobbyan.

Iya hari ini rencananya mereka akan mengerjakan tugas kelompok di kediaman 3Dam. Arvedam menggelengkan kepalanya sedangkan Damaru terkekeh pelan, jaga image didepan Byan.

"Lo mau ngapain anak gue hah?" Dobbi sang mamih Idam bertanya jangan lupakan matanya yang memicing Arvedam.

"Dia duluan yang minta poppo." Jawab Arvedam dengan datar.

"Gak mih, Pedam fitnes adek." sahut Idam masih bersembunyi dibelakang Dobbyan.

"Kalau dia gamau di poppo gausah maksa dong Drakula." Kata Dobbi sambil memastikan Idam baik-baik saja dibelakang Dobbyan.

"Tanya Damaru kalo gak percaya, si Idam tadi ngambek terus minta poppo ya kan damn?" Arvedam minta persetujuan Damaru.

"Enggak tau ya, gak merhatiin." Damaru cari aman.

"Daripada maksa-maksa poppo Idam, poppo Dobbi aja sana, enak tuh pasti pipi Dobbi di poppo." sahut Doyogi yang sedari tadi diam saja.

"Heh sembarangan." Ucap Dobbi sambil memukul lengan Doyogi.

"Belum sah Gi." sahut Arvedam.

"Kapan mau di sah in?" Damaru ikutan kompor.

Sedangkan yang digoda hanya menampilkan wajah kesal dengan wajah yang memerah, yang lain hanya tertawa.

3DAM VS 3DOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang